Jenderal Min Aung Hlaing Kudeta Pemeritahan Aung San Suu Kyi, Sosok Dikenal Kejam ke Etnis Rohingya

Negara Myanmar kini tengah bergejolak setelah pihak militer melakukan kudeta.Pemerintahan Aung Sang Suu Kyi dihentikan oleh sosok Jenderal Ming Aung

Editor: Moch Krisna
Afp
Aung San Suu Kyi Dikudeta oleh Jendral Min Aung Hlaing 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Negara Myanmar kini tengah bergejolak setelah pihak militer melakukan kudeta.

Pemerintahan Aung Sang Suu Kyi dihentikan oleh sosok Jenderal Ming Aung Hlaing.

Aung Sang Suu Kyi ditangkap pagi-pagi buta oleh pihak militer lalu dibawa ke dalam tahanan.

Tak hanya itu, Presiden terpilih Win Myint ikut ditangkap.

Diduga kudeta terjadi lantaran buntut keluhan adanya dugaan pelanggaran dalam pemilihan umum November 2020 lalu.

Melalui siaran televisi, pihak militer mengumumkan bahwa kekuasaan saat ini untuk sementara dipegang oleh Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Nama Jenderal Min Aung Hlaing bukan sosok yang baru didengar dunia, mengingat dia adalah otak dari penindakan terhadap etnis Rohingya.

Pada 26 Oktober 2017, Menteri Luar Negeri AS saat itu, Rex Tillerson, menelepon langsung Min dan mendesaknya agar menghentikan kekerasan.

Jenderal berusia 64 tahun itu sempat mengeluhkan dunia sudah menghakiminya secara tidak adil atas "solusi akhir" atas Rohingya.

Dilansir TIME 3 November 2017, berikut merupakan secuplik profil dari Jenderal Min Aung Hlaing, jenderal yang kini jadi pemimpin sementara Myanmar.

Kadet yang biasa-biasa saja

Menurut keterangan dari mantan teman sekelasnya seperti dikutip Reuters, Min Aung Hlaing hanyalah sosok kadet yang biasa saja.

Min Aung Hlaing disebut baru bisa menembus Akademi Badan Pertahanan yang dikenal elite di percobaan ketiga dan memulai karier kemiliterannya.

Sebagian besar pengabdiannya dihabiskan memerangi pemberontak di perbatasan timur, di mana dia dikenal karena melecehkan etnis minoritas.

Pada 2009, dia memimpin operasi di perbatsan Myanmar-China untuk memberangus pemimpin setempat, Peng Jiasheng.

Peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Kokang ini memang berlangsung selama satu pekan.

Namun dampak yang ditimbulkan luar biasa.

Di antaranya adalah melanggar gencatan senjata selama 20 tahun, membuat 30.000 orang terpaksa mengungsi ke China.

Dan yang paling penting, mengusir kelompok separatis dari perbatasan yang selama ini memang diposisikan untuk jadi jalur perdagangan utama.

Jadi panglima militer, dianggap sosok negarawan

Pada 30 Maret 2011, Min Aung Hlaing menjadi panglima angkatan bersenjata Myanmar, dikenal sebagai Tatmadaw.

Min Aung Hlaing memimpin transisi kekuasaan dari tangan militer yang hampir 50 tahun berkuasa ke tangan sipil.

Namun, pengamat menyebut itu semu. Sebabnya, hubungan itu dianggap sekadar top-down.

Militer tidak ingin gerakan rakyat makin meluas sembari mereka memertahankan kekuasaan.

Selain itu, dia juga membuyarkan harapan negara Barat yang menganggap sang panglima sebagai sosok negarawan dan caranya berbicara sangat jelas.

Pada 2015, kepada BBC, Min Aung Hlaing mengungkapkan tidak bisa mengatakan dengan pasti kapan pemerintahan Myanmar akan diserahkan ke sipil seluruhnya.

"Mungkin saja lima tahun. Mungkin juga bisa berlangsung selama 10 tahun. Saya tak bisa mengatakannya dengan jelas," paparnya.

Min Aung Hlaing, meski hanya memimpin tiga kementerian, pertahanan, urusan perbatasan, dan urusan dalam negeri, pengaruhnya sangat besar.

Sementara pemerintahan sipil bisa menelurkan legislasi, Min Aung Hlaing  dan kroninya memegang kekuasaan dari polisi, pasukan perbatasan, hingga Departemen Administrasi Umum.

Min Aung Hlaing juga mendapat wewenang memilih seperempat anggota parlemen, yang bisa memveto jika ada kebijakan yang tak menguntungkan.

Kemudian mereka sewaktu-waktu bisa melakukan kudeta, dengan klausul "militer berhak mengambil alih dan memimpin negara jika demokrasi dianggap mati".

Melakukan Kejahatan tanpa dihukum

Meski memerangi kelompok pemberontak bahkan menghardik Rohingya secara brutal, Min Aung Hlaing bukanlah sosok yang dikucilkan dunia.

Sejak menggantikan pemimpin junta Than Shwe, Min Aung Hlaing memulai perjalanan kenegaraannya dengan mengunjungi Beijing, China.

Kemudian dia berturut-turut melakoni perjalanan ke India, Jepang, Austria bahkan menyambutnya melalui pasukan kehormatan pada April 2017.

Mark Farmaner, pengamat Myanmar sekaligus Direktur Burma Campaign Inggris berkata, dunia harus lebih tegas menghadapi Min.

''Dia pria yang sangat pintar.

Tahu cara dia melakoni kejahatan seperti pembunuhan dan melenggang begitu saja," papar Farmaner.

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved