Berawal dari FB, Kisah Cinta Pasangan Tunanetra Menikah : Saya Tak Mau Cari Pacar, Saya Cari Istri
Pasangan tuna netra ini baru saja meresmikan pernikahan mereka pada Jumat (22/1/2021) di Gereja Paroki Roh Kudus Katedral, Denpasar, Bali.
TRIBUNSUMSEL.COM, DENPASAR - Viral pasangan tunanetra menikah di Bali.
Prosesi pernikahan keduanya tersebar di media sosial hingga viral.
Kisah cinta mereka dimulai dari Facebook.
Adalah Julius Kai Luli Rianghepat dan Mersiana Fatima, pasangan yang kini tengah berbahagia.
Pasangan tuna netra ini baru saja meresmikan pernikahan mereka pada Jumat (22/1/2021) di Gereja Paroki Roh Kudus Katedral, Denpasar, Bali.
"Terimalah cincin ini sebagai lambang cinta dan kesetiaanku kepadamu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin," ungkap Julius kepada istrinya dan sebaliknya.
Meskipun tak dapat melihat dunia karena keterbatasannya, namun Julius dan Mersiana bisa melihat betapa cinta dan rencana indah Tuhan padanya.
Pria berusia 31 tahun itu penuh perjuangan besar demi mendapatkan hati Mersiana yang kini sah jadi istrinya.
Keduanya awalnya berkenalan di Facebook pada Tahun 2015 silam.
Julius menceritakan bahwa dirinya yang tinggal di Denpasar sampai rela datang ke Bandung, Jawa Barat untuk membuktikan kesungguhan hatinya kepada sang pujaan hati.
Kenekatan Julius itu tak dia sampaikan kepada keluarganya.
Julius memang dari awal berniat mencari pendamping hidup.
Saat itu Mersiana bekerja di salah satu tempat pijat shiatsu di Bandung.
“Saya tidak mau cari pacar, saya mau cari istri. Akhirnya dia bilang kalau mau cari istri, kamu ke Bandung saja untuk membuktikan cintanya. Ya udah akhirnya saya bertekad sendiri ke Bandung menemui dia," ungkap Julius saat dijumpai Tribun Bali usai pemberkatan perkawinan di Gereja Katolik Katedral Denpasar itu.
Di laman jendela Facebook pada tahun 2015, Julius berkenalan dengan Mersiana.
Awalnya teman biasa kemudian mereka saling curhat banyak hal.
Meskipun mereka mengalami kebutaan dalam penglihatan, namun Tuhan tak membiarkan mereka buta teknologi.
Sebab kecanggihan teknologi gadget masa kini, memberikan layanan aksesibilitas khusus bagi penyandang disabilitas.
"HP kan sekarang berbasis Android dilengkapi aksesibilitas. Jika di-on-kan akan keluar suara, kami komunikasi menggunakan fitur tersebut," ucap dia.
Perjalanan mereka pun kerap diiringi sandungan kerikil-kerikil.
Julius dan Mersi sempat tak berkomunikasi sekitar dua tahun sampai akhirnya Tuhan mempertemukan mereka kembali.
Keduanya lantas menjalin hubungan yang lebih dekat selama satu tahun terakhir hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.
"Ya, mungkin sudah jalannya bertemu lagi, akhirnya saya komitmen mencari pasangan hidup," tutur penyiar Radio Pemerintah Kota Denpasar 92,6 FM yang dianugerahi suara empuk itu.
Selama menjalin hubungan, keduanya sempat bertemu sebanyak 3 kali.
Bandung, Salatiga, dan Bali menjadi saksi perjalanan cinta mereka.
Berbicara perjalanan kisah cinta, Julius dan Mersiana tak ubahnya pasangan lainnya.
Mereka kerap diterpa prahara hubungan karena perbedaan pendapat.
Namun hal itu dapat mereka tangkal dengan kekuatan cinta berdua.
"Berantem pernah, ada karena beda pendapat, egois, tapi Puji Tuhan bisa dikontrol," beber perempuan yang segera menginjak usia 28 tahun itu.
Mulai sekarang, Mersiana telah keluar dari pekerjaannya di Bandung dan ikut suami, nahkoda cintanya di Bali.
Julius pria kelahiran 18 September 1988 itu juga mengisahkan singkat perjalanan hidupnya yang mengalami kebutaan penuh ini.
Julius yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara itu memang awalnya terlahir secara normal seperti bayi-bayi lainnya.
Namun saat menginjak usia tahun ke-2, Julius mengalami sakit kejang demam atau dikenal dengan step.
Dari situlah kemudian Julius divonis mengalami kebutaan.
"Saat itu saya masih kecil, jadi merasa biasa saja, seiring berjalannya waktu, saya merasakan tidak seperti orang lain, rasanya beda. Tapi rasa itu seketika hilang saat saya bermain dengan teman-teman. Tapi ketika berdiam diri di rumah, saya merasa sendiri. Tapi Tuhan Yesus selalu menguatkan saya hingga detik ini," ungkap alumnus SLB Negeri 1 Denpasar Yayasan Pendidikan Dria Raba itu.
Julius pandai bermain musik, ia memiliki bakat anugerah dari Tuhan yang terus ia asah hingga sekarang.
Julius mendapat pemasukan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil bermain musik di sebuah restoran di Denpasar.
Selain itu, lantaran memiliki suara yang enak didengar, Julius mendapat kesempatan setelah Pemerintah Kota Denpasar membuka lowongan pekerjaan bagi kaum disabilitas.
Julius direkomendasikan hingga lolos terpilih menjadi seorang broadcaster di RPKD.
Sementara itu, pasangan Julius, Mersiana sama-sama tuna netra.
Akan tetapi Mersiana masih bisa mendapatkan sedikit pengelihatan atau low vision.
"Saya lahir normal, namun usia 2 bulan seperti ada keanehan, setelah usia 5 tahun diperiksa dan didiagnosa mengalami katarak. Ya saya jalani saja kehidupan saya sebaik mungkin," ucap perempuan kelahiran 17 Maret 1993 itu.
Sementara Mersiana sebenarnya berasal dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Namun, sejak tujuh tahun lalu dia memutuskan hijrah ke Bandung untuk bekerja sebagai tukang pijat.
"Saya siap mengurus rumah tangga, Puji Tuhan saya bisa masak, bisa mencuci dan urusan rumah tangga lainnya, sebab di sekolah sejak SD hingga SMA saya sekolah di asrama, diajarkan memasak hingga mencuci, dan sekarang seperti menikmati hasilnya, siap berumah tangga," kata Mersi.
Sementara itu, Julius mengaku yang pertama dipersiapkan untuk mempersunting Mersi adalah mental, terlebih jika Tuhan segera menganugerahi mereka momongan.
"Dalam menghadapi rumah tangga, yang dipersiapkan pertama adalah mental, kenapa demikian karena ruang gerak kami terbatas, kami harus mempersiakan mental, agar kelak kalau Tuhan menganugerahkan keturunan, kami bisa melindungi dan memberikan anak kami bekal akal dan pendidikan," beber dia.
Tak Dihadiri Orangtua
Sayangnya, karena situasi pandemi Covid-19, pemberkatan pernikahan pasangan ini tidak dihadiri oleh orangtua dari masing-masing pasangan.
Orangtua Julius berada di Sabah, Malaysia.
Keduanya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sejak Julius masih usia dini hingga dewasa ini.
Julius baru masuk ke Denpasar sejak menempuh bangku SMA.
Sebelumnya sempat menempuh pendidikan di Larantuka, Flores Timur, NTT.
Lantaran tak dihadiri oleh orangtuanya karena bekerja di Malaysia dan tak bisa ke Indonesia karena pandemi Covid-19, maka yang menjadi wali dari Julius adalah Rahman Sabo Nama yang pamannya seorang muslim.
"Orangtua Julius tidak bisa datang karena pandemi Covid-19, sebenarnya yang jadi wali sesama Katolik tapi di Adonara karena khawatir pandemi Covid-19 maka saya yang jadi walinya," ungkap Rahman.
Begitu pula orangtua dari Mersi yang tak bisa hadir karena usia yang sudah tua serta pandemi Covid-19 dan berada di Ruteng, Flores, NTT.
"Saya bahagia, terharu, sampai menangis, apalagi saat dia menyanyi, dia memang punya keahlian dalam bermusik, yang menghidupinya sampai sekarang," ujar Rahman.