Penjelasan Google Soal Benarkah Tanda SOS di Peta Pulau Laki Berasal dari Korban Sriwijaya Air?

Hingga Rabu siang, tanda SOS yang muncul di Pulau Laki ini masih terlihat saat diakses melalui aplikasi Google Maps. Bahkan tanda SOS tersebut sempat

HAI
Tangkapan layar Google Maps, tanda SOS muncul di Pulau Laki, dekat lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air Sj-128 

TRIBUNSUMSEL.COM - Membuat heboh netizen tanda save our soul atau SOS di Pulau Laki Kepulauan Seribu, di dekat lokasi jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Hal ini dikarenakan melalui aplikasi Google Maps atau Google Earth, tanda SOS itu terlihat jelas di Pulau Laki.

Berdasarkan pantauan di Google Maps pada Rabu 20 Januari 2021, tulisan itu muncul.

Kemunculan tanda SOS di area jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini terlihat dengan simbol berwarna hijau disertai tulisan SOS di Pulau Laki.

Hingga Rabu siang, tanda SOS yang muncul di Pulau Laki ini masih terlihat saat diakses melalui aplikasi Google Maps.

Bahkan tanda SOS tersebut sempat berubah menjadi kata 'TOLOONG'.

Tangkapan layar Google Maps dengan tanda SOS juga diinformasikan warganet dalam kolom komentar di akun Instagram Basarnas dan TikTok @myworst13.

Namun, Google ternyata sejak Minggu, 10 Januari 2021 pagi telah memberikan penanda 'Sriwijaya Air Plane Incident'di sekitar Pulau Laki.

Tanda SOS kerap dipakai untuk menunjukkan tanda bahaya dan meminta pertolongan.

Tanda SOS muncul di Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Tanda SOS muncul di Pulau Laki, Kepulauan Seribu. (TikTok/myworst13)

Sinyal tersebut ditulis dengan huruf warna merah dan tanda seru.

Namun saat Rabu sore, tanda SOS tersebut sudah hilang.

Lantas, apa sebenarnya tanda SOS yang disediakan oleh Google tersebut?

Mengutip dari situs support.google.com/sosalerts, terdapat penjelasan lengkap terkait pemberitahuan SOS.

Pemberitahuan SOS bertujuan untuk mempermudah akses terhadap informasi darurat saat terjadi krisis yang disebabkan oleh manusia atau alam.

"Kami mengumpulkan konten yang relevan dan otoritatif dari web, media sosial, dan produk Google, lalu menyorot informasi tersebut di Google Penelusuran, seperti Penelusuran dan Maps. Anda akan melihat informasi terbaru dari pihak berwenang lokal, nasional, atau internasional, tergantung pada sifat krisis dan lokasi Anda Informasi terbaru dapat meliputi nomor telepon dan situs darurat,, peta, terjemahan frasa yang berguna, peluang donasi, dan sebagainya." bunyi tulisan di situs tersebut.

google mengklaim, pihaknya memiliki tim yang tersebar di seluruh dunia yang mengumpulkan konten sumber dari lembaga pemerintah, responden pertama, media yang tepercaya, dan LSM.

Google juga mengumpulkan informasi dari produk dan layanan Google lainnya, seperti Google Berita, Google Maps, Waze, dan sebagainya.

Bagaimana cara memperoleh Peringatan SOS?

"Jika Anda berada di dekat krisis besar dan mencari kata atau frasa terkait di Google, Anda mungkin melihat banner yang menunjukkan adanya krisis yang sedang terjadi, diikuti dengan referensi dan informasi darurat seperti terjemahan yang berguna atau nomor telepon. Jika telah menginstal versi terbaru Google app (Android dan iOS) serta lokasi aktif, Anda juga dapat menerima notifikasi di layar utama perangkat seluler. Ketuk notifikasi tersebut untuk melihat peringatan selengkapnya di Google Penelusuran.

Anda tidak akan mendapatkan notifikasi jika berada di luar area krisis, tetapi Anda masih dapat menemukan Peringatan SOS dengan menelusuri informasi tentang kejadian tersebut. Informasi yang Anda dapatkan mungkin berbeda dengan informasi yang dilihat oleh orang yang berada lebih dekat dengan area krisis. Misalnya, Anda mungkin melihat link untuk melakukan donasi bagi krisis tersebut, bukan informasi nomor telepon darurat.

Jika menggunakan Google Maps, Anda juga dapat melihat Peringatan SOS tepat di peta jika ada peringatan yang aktif di area yang Anda lihat. Ketuk ikon untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang krisis, seperti nomor telepon dan situs yang bermanfaat." lanjut bunyi informasi di laman tersebut.

Basarnas Lakukan Pengecekan

Merespons ramainya kabar tanda SOS di Pulau Laki yang tidak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Badan SAR Nasional atau Basarnas mengerahkan sejumlah anggotanya untuk melakukan pengecekkan.

Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman mengatakan pihaknya akan memeriksa soal tanda SOS yang muncul di tampilan Google Maps di Pulau Laki dan viral di media sosial media.

Rasman mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima data dan informasi mengenai hal tersebut.

"Sampai saat ini saya belum menerima informsai tersebut, belum menerima datanya. Nanti kita akan cek sesuai informasi yang kita berikan tadi," kata Rasman di kawasan JICT II Tanjung Priok Jakarta Utara pada Rabu (20/1/2021).

Tim Basarnas melakukan pencarian sejumlah pemancing tenggelam di sekitar perairan Kepulauan Seribu, 21 Juni 2020. - 
Tim Basarnas melakukan pencarian sejumlah pemancing tenggelam di sekitar perairan Kepulauan Seribu, 21 Juni 2020. -  (Dok SAR Jakarta/net)

Terkait kemungkinan adanya penumpang Sriwijaya Air SJ 182 yang selamat dan memberikan tanda tersebut, Rasman mengatakan sampai saat ini tidak ada keterangan yang menyatakan ada penumpang pesawat tersebut yang selamat.

"Sampai saat ini tidak ada keterangan yang kita dapatkan bahwa ada penumpang yang hidup. Jadi, untuk yang tanda SOS tadi kita coba dalami nanti ya. saya tidak mau berspekulasi apa yang ada di situ," kata Rasman.

Namun demikian, Rasman membuka kemungkinan jika tanda di Google Maps tersebut dibuat oleh personel SAR Gabungan yang membuka posko di Pulau Laki.

Karena saat ini, kata Rasman, personel SAR Gabungan membuka sejumlah posko di sekitar lokasi pencarian Sriwijaya Air SJ 182 di antaranya di Pulau Laki, Pulau Lancang, dan Tanjung Kait.

Rasman menjelaskan mereka membuka posko di wilayah tersebut untuk memudahkan mereka melaksanakan operasi SAR Sriwijaya Air SJ 182 setiap harinya.

"Karena bisa saja itu juga ada teman kita yang ada disitu. Untuk diketahui, tim penyelam kita itu ada yang berposko di Pulau Lancang, ada juga yang berposko di Pulau Laki. kemudian ada juga yang di Tanjung Kait. Jadi mereka membentuk posko-posko itu untuk memudahkan mereka bergerak, krena tidak semua ada di atas kapal, kapal jumlahnya terbatas," kata Rasman.

Arti SOS dan Sejarah SOS

Mengutip Wikipedia, SOS adalah nama untuk tanda bahaya kode Morse internasional.

Tanda SOS biasa digunakan untuk meminta pertolongan. Namun, SOS sebenarnya bukan merupakan singkatan dari apapun.

Sebenarnya, SOS ini merupakan kode Morse Internasional.

Tanda SOS biasanya digunakan untuk meminta pertolongan, teman-teman. Terutama pertolongan saat ada di laut atau terdampar di pantai sebuah pulau.

Kode Morse SOS terdiri dari tiga titik, tiga garis setrip, dan tiga titik (...---...).

Dalam kode Morse internasional, tiga titik artinya adalah huruf S dan tiga garis setrip artinya adalah huruf O.

Namun, sebenarnya itu hanya kebetulan saja.

Karena kode Morsenya yang kebetulan membentuk huruf tertentu itu, jadilah sinyal untuk minta tolong itu disebut SOS.

Penggunaan kode permintaan pertolongan disimbolkan tanda SOS karena bertujuan untuk memudahkan atau tidak salah diartikan sebagai pesan lain.

Dalam penggunaannya, SOS sering dihubungkan dengan singkatan kata "Save Our Ship," "Save Our Souls," "Survivors On Ship," "Save Our Sailors" "Stop Other Signals", dan "Send Out Sailors".

Kemudian, kode yang dibuat tanpa tanda berhenti secara berlanjutan bisa dikirimkan secara cepat dan tidak membutuhkan daya yang besar untuk dikirim.

Tanda ini pertama kali digunakan oleh pemerintah Jerman pada 1 April 1905, dan menjadi standar di seluruh dunia sejak 3 November 1906.

Sinyal minta tolong ini awalnya digunakan saat kapal-kapal mulai dilengkapi dengan teknologi mesin radiotelegraf di awal abad ke-20.

Para tentara angkatan laut yang mengalami bahaya membutuhkan cara untuk memohon pertolongan.

Nah, kode unik yang bisa dikirimkan dengan cepat dan bisa diartikan dengan benar menjadi penting.

Sebelumnya memang sudah ada kode untuk memohon pertolongan yang lain juga. Tapi, setiap negara memiliki kode yang berbeda dan alat yang berbeda juga.

Ini bisa berbahaya juga karena kalau kapal memasuki wilayah perairan negara lain akan sulit untuk berkomunikasi dan memohon pertolongan.

Akhirnya, sejumlah pimpinan negara berdiskusi dan pada International Wireless Telegraph Convention tahun 1906 ditetapkan kode Morse yang digunakan negara Jerman untuk memohon pertolongan, yaitu kode "...---...".

Alasan memilih tanda SOS adalah karena kode itu singkat, mudah dikirimkan dan mudah diartikan.

Artikel ini telah tayang di Tribunbanten.com dengan judul Benarkah Tanda SOS di Peta Pulau Laki Berasal dari Korban Sriwijaya Air? Ini Penjelasan Google.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved