Kecelakaan Sriwijaya Air

Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh Kemarin Berusia 26 Tahun, Terbang Perdana 13 Mei 1994

Direktur Utama Sriwijaya Air Jeff Jauwena menyatakan, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berada dalam kondisi baik saat terbang

Editor: Wawan Perdana
(Flightradar24)
Sriwijaya Air penerbangan SJ182 dilaporkan hilang kontak Sabtu (9/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) dibuat tahun 1994. 

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA-Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) dibuat tahun 1994.

Artinya pesawat itu hingga saat ini berusia sekitar 26 tahun.

"Umur pesawat dibuat tahun 1994, jadi kurang lebih antara 25 sampai 26 tahun," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Suryanto Cahyono dalam konferensi pers dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (9/1/2021).

Kendati demikian, Suryanto mengatakan, usia sejatinya tak berpengaruh pada kelaikan pesawat untuk terbang selama pesawat tersebut dirawat sesuai dengan aturan.

"Jadi berapa pun umurnya, kalau pesawat itu dirawat sesuai dengan regulasi yang berlaku dalam hal ini dari Ditjen Perhubungan Udara, harusnya tidak ada masalah," ujar dia.

Saat ini, kata Suryanto, pihaknya masih terus mengumpulkan data-data terkait pesawat bernomor seri Boeing 737-500 itu.

Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jeff Jauwena menyatakan, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berada dalam kondisi baik saat terbang.

"Kondisi pesawat informasi yang saya peroleh juga bahwa pesawat dalam kondisi sehat, karena sebelumnya juga sudah terbang ke Pontianak pulang-pergi, kemudian ke Pangkal Pinang, baru ini rute kedua ke Pontianak," kata Jeff, Sabtu.

"Jadi harusnya tidak ada masalah," tuturnya

Jeff menyebut keberangkatan pesawat memang sempat tertunda 30 menit dari jadwal seharusnya.

Namun, ia menyatakan, hal itu disebabkan karena saat cuaca buruk akibat hujan deras.

"Delay akibat hujan deras, makanya ada delay 30 menit pada saat boarding," tuturnya.

Spesifikasi Pesawat

Pesawat yang digunakan dalam penerbangan ini ditenagai dua mesin CFM56-3C1 besutan CFMI, perusahaan milik bersama Safran Aircraft Engine dari Perancis dan GE Aviation dari Amerika Serikat.

"Tapi sayapnya sudah ada flip, jadi ini termasuk keluaran akhir dari Boeing 737 seri 500," tutur pemerhati penerbangan Yayan Mulyana, Sabtu (9/1/2021) petang.

Sumber: Kompas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved