My Lecturer My Husband

Rangkuman My Lecturer My Husband Episode 7 , Ayah Inggit Meninggal, Tristan Tahu Inggit Menikah

Rangkuman Episode 7 My Lecturer My Husband: Ayah Inggit meninggal, Tristan menyusul Inggit, tapi melihat Arya telah menikah dengan Inggit.

Editor: Moch Krisna
screenshot dari WeTV
Rangkuman Episode 7 My Lecturer My Husband: Ayah Inggit Meninggal, Tristan Tahu Inggit Telah Menikah 

TRIBUNSUMSEL.COM - Tinggal satu episode lagi My Lecturer My Husband melabuhkan sauhnya.

Sebelumnya Tristan tertular Covid-19 dari dosen yang meninggal, lalu Arya menolongnya tanpa diketahui Inggit.

Kemudian Inggit hampir dijambret dan tangan Arya disabet pedang penjambret.

Hingga Inggit merasakan getar-getar kepada Arya, meski sulit melupakan Tristan yang tenggelam dalam cita-citanya.

Namun, satu musibah menghampiri Inggit dan saat itulah semua rahasia tersingkap dengan sendirinya.

Inilah Rangkuman Episode 7 My Lecturer My Husband yang mengudara pada Jumat (8/1/2021) pukul 18.00 di WeTV dan iflix.

Benih cinta Inggit kepada Arya pun seakan-akan bertumbuh, walau sempat menolak.

Ditambah kondisi ayahnya makin memburuk.

Tristan pun harus diisolasi setelah Profesor Agus yang bersamanya meninggal tertular Covid-19.

Ayah dan Ibu Inggit melihat album foto dari bayi hingga perkawinannya.

Arya dan Inggit mendatangi kedua orang tuanya.

Arya pun ikut melihat foto Inggit yang sudah cantik dari kecil.

Ayahnya memuji Inggit yang cantik sejagat.

Tapi, ibunya melanjutkan, saat mendapatkan nilai jelek, Inggit meremas kertas ujian yang bernilai jelek itu dan membuangnya.

Arya pun ikut nimbrung dan mengatakan itu terus berlanjut sampai sekarang.

Kalau mendapat nilai jelek, Inggit marah kepada Arya.

Inggit bercerita, Arya memang pelit memberi nilai tinggi, hingga satu kelas mendapat nilai C.

Arya pun berusaha membela diri, tapi ayahnya membela Arya.

Karena kemampuannya segitu.

Keadaan ini demikian akrab, dan Ayahnya benar-benar bahagia.

Bahwa mereka berempat dapat berkumpul dan bercengkerama lagi.

Entah mengapa, badan ayah lebih sehat dan ringan.

Inggit merasa ayahnya hanya bermanja ingin bertemu dengannya.

Terutama, Ayah Inggit berpesan kepada Arya.

Dia merasa lebih yakin, Arya dapat jadi pemimpin untuk keluarganya suatu saat nanti.

Arya mengaminkan dan berusaha menepati janjinya kepada Ayah dan Ibu untuk menjaga Inggit.

Inggit semakin malu Arya melihat foto kecilnya.

Di rumah orang tua Inggit, Yogyakarta, Arya masih berbalut kasa karena berkelahi dengan penjambret yang hampir mencelakai Inggit.

Dia sedang membuka laptopnya.

Arkian, Inggit pun mengantarkan teh dan mengetikkan laptopnya.

Arya meminta Inggit mengetik laporannya dengan fokus.

Soalnya laporan itu untuk Profeosr Johnson.

Inggit pun menanggapi, hanya dapat mengetikkan bukan membuat laporan.

Mereka pun bersebelahan, sambil Arya menunjukkan bagian yang harus diketik sambil menyeruput teh.

Inggit antara canggung atau tak nyaman.

Tangan Arya pun hampir menyelinap ke ketiak Inggit.

Arya benar-benar kikuk, Inggit menjawab dengan galak.

Mendengar jawaban Inggit yang galak dan terburu-buru, Arya meredakan.

Hatta, Arya mendiktekan tulisan lengkap dengan titik-komanya.

Baru sebentar, Arya mau mengambil satu lagi dan Inggit pun menghela nafas tak sabaran.

"Permisi," ujar Arya.

Inggit ternyata mengambil camilan, karena lapar.

Arya tahu Inggit doyan ngemil, tapi Inggit tak mau tangannya kotor dan terkena kertas, sehingga disalahi lagi.

Lantas, Arya menyuapkan kue ke mulut Inggit dan menggodanya yang suka makan camilan.

Inggit tidak mau tapi kemudian mau juga.

Ternyata Arya mengerjainya, keripik itu dimasukkan cepat ke tangannya.

Muka Inggit kesal.

Ayah Inggit sedang meminum obat dan ada Ibu yang menemaninya.

Saat Ayah bertanya ke mana Arya dan Inggit, Ibu mengatakan sedang mengerjakan tugas.

Ayah sempat ragu dengan keadaan mereka, tapi Ibu mengatakan keadaan mereka baik.

Sampai meminta jangan berpikir yang jelek.

Tapi Arya dan Inggit itu mengerjakan tugas seraya bertengkar.

Arya meminta Inggit merapikan kertas laporannya.

Inggit tidak sabaran.

Kemudian, Inggit men-staples.

Tapi, tangannya berdarah terkena alat staples yang besar untuk genggaman Inggit.

Arya pun menyentuh tangan seraya memintanya hati-hati.

Inggit mengerang sakit saat Arya menyentuh tangan Inggit yang terluka kecil.

Lalu meniup bagian luka di tangan Inggit.

Ibunya pun turun dan melihat tingkah mereka sambil tertawa kecil terus naik lagi ke kamar mereka.

Lalu, ibu membenarkan dugaan, Arya dan Inggit semakin mesra.

Buktinya wajah mereka semakin dekat seperti mau berciuman.

Mendengar itu, Ayah senang.

Sempat juga Ayah kuatir, Inggit tak ikhlas menikah karena mereka menjodohkan dengan Arya.

Ibu Inggit merasa, kalau semua menantu seperti Arya yang ganteng dan kematik, tak ada yang menolak perjodohan.

Lagipula, Inggit semakin mesra.

Ibu pun tak sabar beroleh cucu, Ayah mengaminkan.

Padahal, mereka seperti mesra karena tangan Inggit terluka dan Arya tak dapat mengetik.

Melanjutkan merapikan laporan, Arya meminta Inggit berhati-hati mengokot staples ke kertas laporannya.

Inggit semakin risau dengan kedekatan Arya, khususnya mukanya.

Tangan Arya pun menekan tangan Inggit mengokot laporannya.

Kemudian Inggit ditelepon oleh Tristan, dan dia pun menghindar.

Arya pun terpaksa menjepit staples laporannya dengan tangan kirinya.

Setelah menjauh ke ruang terbuka, Inggit pun mengangkat panggilan Tristan.

Tristan mengabarkan hasil swab pertama negatif dan menunggu hasil swab kedua, jadi dapat keluar dari isolasi mandiri.

Arya hanya makan hati mendengar percakapan Inggit dengan Tristan.

Sedangkan Inggit dengan nada sebal meminta maaf kepada Tristan karena tidak mengontak Tristan.

Tristan mengerti dan tahu Inggit berada di Yogyakarta.

Inggit pun menoleh ke belakang.

Tristan tahu kabar ayah Inggit dan menjaganya.

Tristan merindukan Inggit.

Inggit lega Tristan tidak positif Covid-19.

Tristan terdengar kesal dengan Inggit yang tidak menghiraukan ucapan rindunya.

Inggit semakin tidak enak dan hanya menjawab ya.

Tristan merasa tidak yakin dan ada apa dengan Inggit.

Inggit hanya mengatakan rindu secara kosong.

Tristan berharap dapat bertemu dan Inggit hanya mengucapkan selamat tinggal.

Perasaan Inggit makin kalut.

Ayah Inggit tengah berbaring dan terpejam matanya, lalu Ibu Inggit membawakan kompres.

Syahdan saat mengompres kepala Ayah, Ibu merasakan kejanggalan.

Ibu membangunkan Ayah, ternyata Ayah telah pergi.

Ibu lalu Inggit pun menangis dengan kepergian Ayah.

Ibu dan Inggit memeluk, sementara Arya hanya terdiam dan langsung menelepon dokter.

Ibu berusaha membangunkan Ayah, sedangkan Inggit terus berusaha menelepon.

Inggit semakin panik dan meminta Arya menelepon.

Lalu Arya hanya memeluk untuk menenagkan Inggit.

Mereka mengadakan tahlilan, Inggit dan ibunya amat terpukul.

Arya berusaha menenangkan Inggit yang sedang terpuruk,

Saat jenazah ayah Inggit akan dibawa, Tristan baru tiba dan melihat jasad ayah Inggit.

Di situ dia melihat Inggit, lalu tetangga berbisik.

Tetangga itu mengasihani Rahayu, nama ibu Inggit dan bersyukur ada Arya yang mengurusi jenazah ayah Inggit.

Kalakian tetangga lain mengatakan Inggit sudah menikah sambil memberitahu siapa Arya.

Mata Arya bertemu dengan mata Tristan.

Mendengar ucapan dua tetangga itu, Tristan tak percaya.

Maka, Arya pun membawa Inggit beserta Ibu.

Lalu Ibu Inggit pun menangis terpukul dan Arya memahami ibu mertuanya bersama istrinya.

Tas yang dibawa Tristan pun dijatuhkan, Tristan lemas melihat kenyataan pahit, bahwa Inggit telah menikah dengan dosennya sendiri.

Mengilas balik, pada malam hari Ayah Inggit berpesan kepada Arya untuk bersabar membimbing Inggit.

Ayah Inggit paham permasalahan yang akan dihadapi.

Tapi ada satu hal, Ayah Inggit percaya Arya laki-laki terbaik pilihannya untuk menemani Inggit anak semata wayang.

Walau tak dapat berjanji banyak, Arya pasti akan menjaga Inggit baik-baik dan berusaha dengan sekuat tenaga dan hati untuk membahagiakan Inggit.

Bahkan sampai meletakkan kebahagiaan Inggit di atas kebahagiaannya.

Ayah Inggit menerima janji Arya.

Ibu dan Inggit pun berduka melihat tempat bersemayam Ayah.

Arya pun meminta Ibunya beristirahat.

Tiba-tiba, Ibu Inggit jatuh pingsan dan Inggit memapahnya.

Terus memanggil Arya yang sedang melipat kain batik penutup jasad Ayah Inggit.

Terus dia berlari dan mengendong Ibu Inggit yang terpukul.

Kemudian melepaskan sandal dan menggulingkan Ibu Inggit.

Arya menyuruh Inggit mengambilkan minyak kayu putih untuk mengoleskan tangan Ibunya.

Sedangkan Arya mengambilkan air minumnya.

Inggit menenangkan ibunya dan mencium kepalanya.

Malamnya, Arya meminta Ibu Inggit ikhlas dan akan ada dia dan Inggit yang menemani Ibu.

Arya pun menutup tirai dan pintu rumah.

Sementara Inggit menenami Ibunya yang masih berkabung.

Arya mengambilkan air minum dan nasi goreng, tapi Ibu Inggit tidak mau makan.

Arya berupaya menyemangati Ibu Inggit karena keadaan Ayah akan lebih tenang di sana.

Maka, Inggit menyuapi Ibu.

Ibu bersyukur menemani Arya dan Inggit.

Arya berusaha agar Ibunya bangkit lagi, agar tidak sedih.

Nasi goreng itu buatan Arya, beda dengan Inggit yang jarang masak.

Inggit pun merajuk sebentar dan Arya tidak mau.

Arya menyuapi air minum.

Arya dan Inggit saling tersenyum.

Teman-teman Inggit pun bosan, lalu ada mengetuk pintu.

Lalu, ada Tristan yang terlihat kusut.

Tristan melihat Iim yang tampak menutupinya.

"Gua baru pulang dari Yogya," cerita Tristan.

Mereka baru tahu, ayah Inggit sudah tiada.

Iim pun semakin tidak tenang.

Tristan meminta Iim untuk tahu sudah menikah.

Teman-teman Inggit tidak tahu, Iim membenarkan.

Banyak yang marah karena tidak menceritakan semuanya.

Tristan pun marah, Iim merahasiakan pernikahan Arya dan Inggit.

Tristan pun makin kesal dan apa alasan Iim tidak memberitahu Inggit yang menikah dengan Arya.

Dosen mereka, semua teman Inggit lebih teperanjat.

Mereka semakin ribut, sementara Tristan hanya menatap Iim dengan penuh amarah.

Iim meminta temannya diam,

Bagi Iim, ini bukan salah Inggit sepenuhnya.

Tristan pun tak terima disalahkan, apalagi pacarnya menikah dengan orang lain.

"Coba lu dateng nemuin bokapnya Inggit?" tanya balik Iim.

Iim yakin Inggit tidak sehancur sekarang dan meminta Tristan berada pada posisi Inggit.

Sebab, Inggit menceritakan semuanya kepada Iim.

Iim pun dapat merasakan posisi Inggit.

Sampai Inggit memohon-mohon kepada Tristan untuk menemui ayahnya.

Lagipula Tristan juga tahu dengan kondisi ayah Inggit.

Tapi, Tristan justru mengecewakan Inggit.

Bukan hanya itu, Iim melihat, Inggit tidak ada harapan lagi kepada Tristan.

Karena Tristan tidak datang saat Inggit memerlukannya.

Mendengar ucapan Iim, Tristan semakin kesal dan pergi.

Sementara Iim berada pada posisi tidak enak.

Kemudian, teman-teman Inggit video call dengan Inggit menyampaikan duka cita.

Mereka berusaha menabahkan dan salam peluk jauh.

Tak hanya itu tak perlu segan-segan meminta bantuan.

Ibu Inggit yang tengah berbaring meminta tolong Inggit ke kamar mandi.

Lantas Arya menemani ibu Inggit.

Inggit terkejut dan berusaha memalingkan pandangan ponselnya.

Namun, teman Inggit sudah tahu, itu suara Arya, dosen mereka.

Joana patah hati, sebab dosen idamannya menikah dengan temannya sendiri.

Teman yang cowok berusaha mendekati tapi hanya berusaha menghibur.

Tristan hanya termenung di kamar kos.

Di meja makan, Inggit sendirian menghubungi Tristan.

Tapi, Tristan tidak menjawabnya, sebab dia sudah kecewa.

Maka, Inggit menghubungi rumah kos Tristan, tapi sudah pindah.

Tak lama berselang, Arya ke daput dan mengambil teh.

Arya meminta Inggit bercerita kalau ada sesuatu.

Inggit merasa tinggal Tristan yang belum mengucapkan belasungkawa.

Hanya dia yang menghilang dan Inggit terpikir.

Arya berbohong karena sebenarnya sudah melihat Tristan.

Saran Arya, lebih baik Inggit memikirkan ibunya, karena ibunya jauh lebih memerlukan Inggit.

Arya pun pergi meninggalkan Inggit yang hanya terdiam dengan Tristan yang seperti menjauh.

Bagaimana simpulan mini seri ini, tunggu episode terakhirnya pada Jumat (15/1/2021) mendatang.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved