AS Memanas, Seorang Wanita Dikabarkan Tewas Dalam Aksi Demo Gedung Capitol, Reaksi Donald Trump

Sebelumnya, presiden 74 tahun itu berkicau tidak meminta massa untuk meninggalkan Gedung Capitol, tempat parlemen berkantor.

Editor: Weni Wahyuny
(AFP PHOTO/JOSEPH PREZIOSO)
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden. 

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Amerika Serikat memanas saat aksi demo ricuh di Gedung Capitol Amerika Serikat (AS), Rabu (6/1/2021).

Aksi demo dilakukan oleh pendukung Donald Trump.

Seorang wanita dikabarkan tewas.

Setelah demo di Gedung Capitol AS ricuh, Donald Trump minta massa pendukungnya pulang.

Namun dalam video yang dipublikasikan, si Presiden AS ini memberi pesan acak antara meminta pendukungnya tertib dan di sisi lain menyerang rivalnya, Joe Biden.

Sebelumnya, presiden 74 tahun itu berkicau tidak meminta massa untuk meninggalkan Gedung Capitol, tempat parlemen berkantor.

Rabu (6/1/2020), Kongres AS memang menggelar sesi gabungan untuk mengonfirmasi sertifikat kemenangan Biden.

Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden.
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden. ((AFP PHOTO/JOSEPH PREZIOSO))

Dalam serangkaian pidato sebelumnya, Trump meminta pendukung MAGA (Make America Great Again) untuk berdemo, dan dia akan mendukung mereka.

Pada akhirnya, demo AS berlangsung rusuh, di mana massa yang mencoba masuk Capitol bentrok dengan pasukan keamanan.

Terdapat kabar bahwa ada seorang perempuan yang tewas ditembak di dada, dengan pemerintah Washington DC menetapkan jam malam.

Merespons kekisruhan itu, si presiden kembali menyiram bensin dengan menyatakan kerusuhan tentu terjadi karena Pilpres AS dicurangi.

"Inilah yang terjadi jika kemenangan suci ini direnggut dari patriot yang sudah diperlakukan buruk sejak lama," kata dia.

"Pulanglah dengan damai dan penuh cinta. Ingatlah hari ini. Selamanya!" lanjut presiden dari Partai Republik tersebut dikutip Daily Mail.

Twitter kemudian memberi tanda bahwa twit sang presiden dianggap memberikan pernyataan yang salah, sebelum menghapus keseluruhannya.

Kemudian dalam video diunggah CNN di YouTube, dia kembali mengulangi ucapannya bahwa dia memahami rasa sakit para pendukungnya.

Dia mengeklaim, kembali tanpa disertai bukti, dia sudah memenangkan Pilpres AS dengan gap yang begitu besar dari Biden.

Trump melanjutkan pesan itu dengan meminta pendukungnya pulang, dan menyerukan mereka untuk mematuhi ketertiban.

Video ini disikapi sejumlah politisi di Republik yang mengaku pesan presiden kurang kuat untuk memadamkan suasana rusuh tersebut.

Di sisi lain, mereka melontarkan pujian kepada Wakil Presiden Mike Pence yang datang ke sesi gabungan Kongres AS.

Pence sendiri sudah menekankan bahwa dirinya tidak mempunyai kewenangan untuk mengabulkan permintaan Trump, dan mendeklarasikan Pilpres AS tidak valid.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampil di hadapan pendukungnya di Washington DC pada 6 Januari 2021
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampil di hadapan pendukungnya di Washington DC pada 6 Januari 2021 (AP PHOTO/Jacquelyn Martin)

"Saya baru saja berbicara dengan Wapres Pence. Dia pria baik dan sopan. Dia menunjukkan keberanian di Gedung Capitol"

"Saya bangga bertugas bersamanya," kata Penasihat Kemanan Nasional AS, Robert O'Brien.

Petugas dari Kepolisian Capitol yang berjumlah 2.000 personel tidak kuasa membendung massa yang marah, di mana mereka memecahkan kaca dan merangsek masuk.

Bantuan pun dikerahkan dari wilayah tetangga seperti Montgomery County, Maryland, untuk memadamkan kekacauan di ibu kota.

Trump sendiri disebut memerintahkan Garda Nasional dan pasukan federal untuk membantu kepolisian dan memulihkan ketertiban.

Sejak dinyatakan kalah dalam Pilpres AS 3 November, Trump selalu mengeklaim terjadi kecurangan dalam penghitungan.

Ia bahkan menyerukan dalam berbagai kondisi agar pendukungnya bergerak ke Washington, dan menghentikan proses pengesahan di Kongres.

Para Pemimpin Dunia Mengutuk Keras

Para pemimpin dunia dan diplomat top telah mengeluarkan kecaman keras terhadap para perusuh yang menyerbu gedung Capitol AS di Washington DC pada Rabu (6/1/2021), melansir CNN.

Beberapa mendesak Presiden Donald Trump bisa segera menghentikan kekerasan.

Pendukung Trump menerobos Gedung Capitol dan seorang wanita ditembak ketika protes bergerak di luar kendali.

Kondisi yang memanas mengganggu penghitungan suara pemilihan Kongres untuk mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

Biden akan mengambil alih kursi presiden akhir bulan ini.

Kekerasan meletus setelah Trump berbicara kepada pengunjuk rasa untuk mengulangi klaim palsunya bahwa dia memenangkan pemilihan AS pada November.

Para pemimpin dunia di seluruh dunia bereaksi dengan keprihatinan melalui unggahan online, menggambarkan adegan kacau sebagai "mengejutkan" dan "memalukan."

Beberapa pemimpin tampaknya menganggap Presiden AS secara pribadi bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut dan mendesak agar kekerasan segera dihentikan.

"Apa yang sekarang kita lihat dari Washington adalah serangan yang sama sekali tidak dapat diterima terhadap demokrasi di Amerika Serikat"

"Presiden Trump bertanggung jawab untuk menghentikan ini. Gambar yang menakutkan, dan luar biasa bahwa ini adalah Amerika Serikat," tulis Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg.

"Adegan yang mengejutkan dan sangat menyedihkan di Washington DC, kita harus menyebut ini apa adanya: serangan yang disengaja terhadap Demokrasi oleh seorang Presiden yang sedang duduk dan pendukungnya, mencoba untuk membatalkan pemilihan yang bebas dan adil! Dunia sedang menonton! Kami berharap untuk pemulihan ketenangan, "kata Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berbicara langsung kepada Trump.

"Gambar-gambar mengerikan dari Washington D.C. Donald Trump yang terhormat, akuilah Joe Biden sebagai presiden berikutnya hari ini."

“Invasi Gedung Capitol AS ini pertama kalinya terjadi sejak bangunan itu dibanjiri serangan Inggris selama Perang 1812,” menurut Samuel Holliday, direktur beasiswa dan operasi dari US Capitol Historical Society.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa Josep Borrell menggambarkannya sebagai "serangan yang tak pernah terlihat sebelumnya terhadap demokrasi AS, institusi dan supremasi hukumnya," dan menambahkan: "Ini bukan Amerika."

Banyak dari mereka, termasuk diplomat dan pemimpin top di Islandia, Prancis, Austria, Kolombia, dan Skotlandia, menyatakan ketidakpercayaan dan berusaha mengingatkan AS akan perannya sebagai model demokrasi di dunia.

"Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia," tulis Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Twitter.

"Kongres AS adalah kuil demokrasi. Menyaksikan adegan malam ini di #WashingtonDC sungguh mengejutkan," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak warga AS untuk menghormati hasil pemilihan November.

Seruan yang digaungkan oleh Presiden Parlemen Eropa David Sassoli, yang menambahkan, "Kami yakin AS akan memastikan bahwa aturan demokrasi dilindungi."

Beberapa pemerintah asing, termasuk Turki, juga memperingatkan warganya untuk mewaspadai potensi kekerasan lebih lanjut.

"Kami percaya bahwa AS akan mengatasi krisis politik domestik ini dengan matang. Kami merekomendasikan agar warga kami di AS menjauh dari tempat keramaian dan tempat pertunjukan diadakan," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demo AS Rusuh, Trump Akhirnya Minta Pendukungnya Pulang" dan "Para Pemimpin Dunia Mengutuk Demo di Gedung Capitol AS"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved