Sinetron Ikatan Cinta RCTI

Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta RCTI Episode 91, Maukah Sarah Menolong Elsa? Rahasia Reyna Dibongkar

Misteri pelaku pembunuhan Roy (Fiki Alman) akan mencapai titik terang.

Editor: Moch Krisna
youtube
ikatan cinta 

TRIBUNSUMSEL.COM - Sinopsis sinetron ikatan cinta RCTI Episode 91 makin menarik.

Alur cerita sinetron ikatan cinta Rcti episode 91 membuat penonton tegang bukan main.

Akankah rahasia Reyna terbongkar? Elsa dipenjara lagi.

Al semakin yakin Reyna itu Nindi anak Andin yang dibuang ke panti asuhan dan Elsa yang membuang Reyna menjadi Sarah sebagai tameng guna menutupi kebohongan yang besar. 

Misteri pelaku pembunuhan Roy (Fiki Alman) akan mencapai titik terang.

Sebab Aldebaran (Arya Saloka) selama ini meyakini Andin (Amanda Manopo) lah yang memang membunuh adik kandungnya, Roy.

Itulah salah satu alasan Al menikahi Andin untuk membalaskan dendam kematian adiknya.

Walau pada akhirnya Al jatuh hati setelah mengenal Andin secara langsung.

Al jadi jatuh hati dengan ketulusan dan kepolosan Andin sampai-sampai perasaannya mendua.

Rahasia besar Al itu ditutup rapat-rapat dari Andin, bahkan sampai episode ini.

Namun bau bangkai tak selamanya akan tertutup.

Karena, Al menemukan anting Elsa (Glenca Chysara) yang tersimpan di koper mereka sewaktu mencari akta kelahiran Nindi, anak Andin yang dikatakan telah meninggal itu.

Anting Elsa itu jadi bukti kunci siapa pelaku pembunuh Roy.

Selama ini, anting Elsa itu dianggap remeh karena dikira anting Andin yang jatuh.

Nino meletakan anting itu di tas Andin, sampai akhirnya kini Al menemukan anting Elsa.

Akankah sebentar lagi Elsa akan kembali ditangkap karena pelaku pembunuhan Roy terungkap lewat anting itu?

Ternyata masalah anting itu belum disentuh.

Berikut rangkuman Ikatan Cinta episode 91.

Pada episode kemarin, Al menemukan anting Elsa saat mencari dokumen tentang akta kelahiran Nindi, anak Andin yang dikira Andin meninggal.

Akta itu jadi bukti Al memperoleh hak adopsi Reyna yang sebenarnya Nindi.

Nindi sendiri anak Andin yang dikira telah meninggal.

Bayi itu telah dibawa oleh Nur alias Elsa saat Andin dipenjarakan, lalu dinamakan Reyna.

Sesudah mengambil berkas, Al menyuruh Uya satpam rumah keluarga yang gedongan itu membuka pagar gadangnya lagi untuk pergi ke Panti Asuhan.

Masuk ke dalam mobil, Al melemparkan berkas coklat itu ke bangku penumpang belakang yang berlonggok beraneka map.

Mobil dimundurkan dan Al pergi.

"Tinggal ini satu-satunya cara yang tersisa supaya gua bisa dapetin Reyna lagi."

"Demi Roy, Rosa (Sari Nila), dan untuk Andin," Al membatin dengan wajah memburu.

Andin dan Surya pun dibawa Rendi ke cafe Alabama.

Melihat ke sana kemari, Andin pun bertanya ke mana Al.

Rendi memastikan Al sedang dalam perjalanan ke sini, jadi Andin dapat menunuggu.

“Sudahlah macet kali, din,” jawab Surya (Surya Saputra) yang dibantu duduk oleh Andin dan menyuruh Andin duduk.

Dengan kaki yang masih ngilu, Surya duduk dengan bantuan Andin.

Sesudah mengantarkan Andin dan Surya, Rendi pun permisi pergi dulu.

Nino yang mengemudi pun tak tenang karena teringat dengan Reyna.

“Kenapa aku tak bisa berhenti memikirkan Reyna, ya?” bicara Nino saat menyetir.

Kesedihan Reyna membuat Nino ikut sedih karena harus kembali ke panti, jadi Nino memastikan keadaan Reyna baik-baik saja.

Sewaktu Al datang, anak panti yang sedang bermain bola itu menendang bebas.

Bola melesat dengan kencang, dan

"Baak.."

Bola itu menghantam kepala Al, lalu surat itu terjatuh dan basah terkena air lumpur.

"Ah, rusak lagi!"
"Rusak dong akte beserta fotonya!"
"Gimana bisa aku membuktikan ke ibu panti (Astri), kalau bukti ini rusak?" keluh Al melihat berkas coklat itu terendam lumpur coklat.

Anak itu berlari menghampiri, mengambil bola yang tergeletak di samping ban mobil, dan meminta maaf kepada Al yang terhantam bola kaki di kepala.

Melihat map yang basah kotor, Al berpikir akan sulit membuktikan legalitas Reyna.

Jadi, sempat-sempat dibukanya map yang basah itu.

Lalu ada laporan keuangan kantornya, ternyata Al salah ambil map.

Dia pun buru-buru ke mobil dan memeriksa map yang ada di bangku penumpang.

Alhamdulillah, akta itu ketemu dan tak tercemplung.

Lantas Al berlari ke dalam panti

Kemudian Nino yang datang ke panti terlihat heran ada mobil Al.

Lalu bertanya dalam hati, ada apa Al datang ke panti.

Melangkahlah Nino ke dalam panti.

Al yang sedang menuju ruang kerja Astri disalami dua gadis kecil lalu mengetuk pintu kantor panti dua kali.

Astri menyambut dan bertanya maksud kedatangan Al.

Al ingin bicara tapi minta dirahasiakan, Astri menyilakan.

Lalu saat mau menyadap dan mengetuk pintu, Nino disapa Reyna.

Nino pun memanggil Reyna yang amat didambakannya.

Kemudian Reyna mau mengajak Nino yang sudah rindu dengannya bermain putaran.

Niat Nino menguping pun tak jadi.

Al tak menyerah, dia mengajukan kembali hak adopsi.

Astri pun tak bermaksud mempersulitan menjelaskan syarat jadi orang tua asuh di panti adalah bebas dari masalah, sedangkan Andin mantan narapidana berat.

Reyna hanya dapat diadopsi pasangan baru atau diambil walinya, orang yang menyerahkannya ke panti ini.

"Karena itu saya ke sini sekarang, bu!" sela Al dengan tegas.

Arkian, Al memberitahukan sesuatu yang diketahuinya dan belum diketahui Astri.

"Sebenarnya istri saya (Andin) adalah ibu kandung Reyna," ungkap Al.

Astri tambah bingung dan menganggap Al mengada-ada.

Tanpa mengada-ada Al menunjukkan akta kelahiran yang menunjukkan akta Nindi sebelum menikah dengannya.

Tanggal lahir Nindi berdekatan dengan tanggal Reyna dibawa ke panti.

Al pun menunjukkan foto Nindi.

Astri melihat Reyna mirip dengan Nindi.

“Ibu bisa lihat, kan?"
"Dan saya rasa ibu harusnya sependapat dengan saya," tegas Al serius.

Al kembali menekan Reyna sama persis dengan Nindi.

Astri membenarkan Al dan tak menyangka, ternyata Reyna itu anak Andin.

Al terus menatap Astri dalam-dalam, seolah-olah memastikan yang disampaikan benar.

Di taman bermain panti asuhan, Reyna dan Nino bermain putaran.

Wajah Nino pun bahagia dan senang.

"Saya akan lakukan apa saja agar Reyna bahagia", gumam Nino.

"Bentar, ada yang bunyi," Nino menyela yang sedang asyik melepas rindu dengan Reyna.

Ponselnya menerima panggilan.

"Reyna bentar, ya?"
"Om angkat telepon dulu, ya?"
"Main dulu sendiri, ya?"

Lalu Mama menelepon Nino yang memintanya mampir ke apotek untuk membeli obat Papa yang nyaris habis.

Nino pun pergi ke apotik rumah sakit karena lebih lengkap.

Sebab obat Papa harus dimakan satu setengah jam sesudah makan.

Nino terpaksa harus meninggalkan Reyna, dan berjanji akan kembali.

Dengan jari kelingking bertemu, dia pergi dan bertanya mana telepon jam tangan yang dikasihnya.

Kalau ada apa-apa, Reyna hubungi Nino dengan telepon jam tangan pemberiannya.

Saat reyna ditinggal, ada dua gadis kecil yang memberitahu keberadaan Al.

Bersama dua gadis itu, Reyna pun ikut menyusul.

Rosa heran, makan siang belum siap, lalu mencari Mirna dan Kiki, dua pembantunya.

Sembari menyirami tanaman, Mirna yang sempat terlihat pun terpikir benarkah foto tadi anaknya Andin.

Datanglah Kiki yang bingung melihat Mirna ngedumel.

Mirna pun kepikiran dengan Andin, lalu bertanya pernahkan Andin menceritakan masa lalunya.

Kiki pun blak-blak mengatakan Andin bercerita pernah menikah dan punya anak.

"Andin punya anak?!" tanggap Rosa yang kaget.

Rosa yang mencari mereka berdua mendengar, dan memastikan kebenaran itu.

Kiki dan Mirna terkejut. Tak dapat mengelak, Mirna mengiyakan saat Rosa memastikan ucapan Kiki tadi.

Anaknya itu sudah meninggal, cerita Andin yang diteruskan Kiki saat Rosa bertanya ke mana anak Andin itu.

Mirna pun menjelaskan alasan Andin dan Surya pergi berziarah ke makam anak Andin.

"I never knew about this (Saya belum pernah tahu soal ini)," pikir Rosa yang baru tahu.

Hari ini, Rosa pun baru mendengar soal anak Andin yang sudah wafat.

Rosa merasa dibohongi dan tak habis pikir, mengapa Al dan Andin tak pernah menceritakannya.

Rendi pun datang ke pemakaman untuk mencari Mang Dadang, penggali kuburan palsu Nindi yang disuruh Elsa.

Dia mendekati tukang gali kubur dan bertanya keberadaan Mang Dadang.

Ternyata, Rendi belum dihubungi Mang Dadang, ketika penjaga kuburan itu bertanya.

Tukang itu memberitahu alamat penggali itu yang tinggal di Kampung Rawa, Jalan Haji Junaedi.

Dia pun pergi meninggalkan penjaga makam menuju alamat rumah Mang Dadang.

Kembali ke ruang kerja panti, Al coba meyakinkan Astri soal cerita kemiripan Reyna dengan Nindi beserta bukti di tangannya.

"Bukti yang saya bawakan, cukup akurat, 'kan?" tanya Al memastikan.

Astri pun bertanya mengapa Al tak pernah bilang selama ini.

Tak hanya baru sekarang memberi tahu Andin ibu kandungnya Reyna, Astri pun bertanya mengapa Andin tak ikut.

Astri meminta Al datang dengan Andin.

Mendengar pertanyaan Astri, Al berusaha tenang.

"Ceritanya panjang, dan saat itu keadaannya sangat rumit," buka Al.

Al menuturkan Andin sempat masuk penjara dalam kondisi hamil.

Astri pun menyimak cerita Al.

Lalu, Andin melahirkan di dalam penjara.

Karena tidak mungkin merawat anak di dalam penjara, Andin menitipkan anaknya pada keluarganya.

Lalu, keluarganya menaruh anak itu ke panti, karena tak seorang pun yang mampu membesarkannya.

Setelah keluar dari penjara, Andin diberitahukan anaknya sudah meninggal.

Setelah itu, Andin mengalami depresi dan sempat dirawat di rumah pemulihan jiwa.

"Karena itu, saya mencari anaknya Andin, dan saya menemukan anak itu di sini" tutup Al mengisahkan.

Al berkata Andin belum tahu soal ini, karena takut memberitahu Reyna anak kandung istrinya.

Al takut depresi Andin kembali kambuh dan mentalnya kembali terganggu lagi.

Makanya Al belum memberitahukan Andin.

Astri menyarankan Al memberitahukan ini kepada Andin jika sudah merasa siap.

Al memastikan akan memberitahukannya.

Reyna memanggil papanya yang ada bersama Astri.

Reyna yang dipeluk Al bertanya mau menjemputnya.

Al berkata belum dan sedang ada urusan dengan Astri.

Ketika Reyna bertanya kapan soalnya mau ke rumah papanya, Al berkata sabar.

Al berjanji akan membawanya ke rumahnya dan meminta Reyna menunggu.

Melihat Reyna yang semakin pintar dan mampu
memberikan informasi kepada siapapun, Al memilih mengakhiri pembicaraan dengan Astri yang akan disambung lain waktu, ataupun besok.

Astri akan mengabari Al untuk memastikan soal ini lagi, serta mengkaji kebenaran informasi yang diberikan Al.

Al bersama Reyna mohon pamit kepada Astri, tapi Reyna harus berpisah darinya dan menyuruh mematuhi Astri.

Pun meminta Reyna bersabar dan berjanji akan membawanya untuk pulang sebentar lagi, jadi dapat bersama sama mama dan papa.

Mereka harus berpisah sekali lagi, Al memeluk dan mencium rambut Reyna.

Reyna melambaikan tangan ke Al dengan menangis, lalu Laras pun datang menghampiri dengan mengelus rambutnya.

Elsa sedang berada di toko perhiasan, lalu melihat kalung model baru.

Lalu, tiba pesan dari Cantika Cosmetic, uang dp Rp. 200 juta atas endorsement Elsa sudah ditransfer yang hendak dihabiskan untuk dibelanjakan.

Memandangi kalung yang ditunjukkan, Elsa suka dan bertanya harga kalung itu.

Karena koleksi baru, kalung itu seharga Rp. 100 juta.

Elsa pun langsung membayar dengan kartu kredit karena mendapat transfer.

Ada telepon dari Astri yang ingin membicarakan perihal anak yang pernah dititipkannya.

Elsa akan ke sana dan ditunggu Astri.

Mendadak Elsa berpikir, adakah hubungan pembicaraan Astri dengan Reyna.

Kalung yang dibeli itu sudah dibungkus dan diambil Elsa.

Astri yang sedang duduk memandangi dua selimut bayi sembari mengingat balik pertemuan dengan Al, terutama foto Nindi.

Diraihnya dua selimut bayi itu, lalu diingat-ingat, selimut yang satu dikenakan saat Reyna bayi datang ke panti dan yang satu lagi sama persis dengan bayi di foto yang dibawa Al tadi.

Harap Astri keterangan Elsa sama dengan Al.

Agar jelas, ada saksi dan bukti, Reyna itu anak Andin dan Andin pun dapat memperoleh Reyna kembali.

Sudah setengah jam lebih menunggu, Surya bertanya kepada Andin ke mana Al.

Baru sebentar Surya menyuruh Andin menelepon Al, baru tiba Al.

Al beralasan jalanan macet.

Andin merasa aneh sampai menyuruh Rendi mengantarkan Andin dan Surya.

Al pun mengatakan tidak apa-apa sebab sebelumnya Andin berkata mau ziarah ke makam anaknya bersama Surya.

Al pun kepikiran mau mengajar Surya dan Andin makan siang bersama.

Andin pun bertanya soal Rendi yang mengecek makam Hartawan, ayah Al.

Tadinya, Andin dan Surya ingin berziarah ke sana karena belum pernah, tapi tidak sempat karena Al memintanya ke cafe.

Andin pun ingin berziarah lain kali bersama Al.

Mereka pun memesan makanan.

Di panti, Astri sudah bersama Elsa dan mau menanyakan sesuatu kepada Elsa.

Astri bertanya soal anak yang diserahkan ke panti pada 2017 lalu.

Tiba-tiba Elsa tersentak, Astri ingin tahu benarkah itu anak Andin.

Elsa seperti tersengat.

Waktu itu Nino bilang, Elsa menyerahkan bayi itu dari saudara Elsa.

Tanpa disadari, Astri tahu Elsa dan Andin bersaudara, jadi dia pun bertanya lagi benarkah anak itu anak Andin.

Elsa seperti terjepit, mengetahui Astri tahu hubungan darah mereka.

Lalu, Elsa mengelak dengan menjelaskan bayi itu anak saudaranya yang sakit keras dan sekarang sudah meninggal.

Astri semakin penasaran, memang ada saudara lain selain Andin.

Elsa mengiyakan, lalu Astri mau tahu keberadaan anak Andin sekarang.

Selagi mengarang cerita, Elsa berkata anak Anding sudah meninggal pas masih bayi.

Elsa berusaha meyakinkan keberadaan makam anak itu dan akan mengantarkan Astri seraya menjelaskan nama lengkap Nindi.

Astri pun semakin bingung dengan cerita ini, siapa yang benar di sini, Elsa atau Al?

Elsa ingin tahu alasan Astri bertanya dadakan soal anak Andin dan permasalahannya.

Astri hanya ingin memastikan, tapi Elsa tidak yakin karena pasti ada sesuatu.

Elsa harus berusaha meyakinkan hal itu tidak benar, kemudian memohon dan tahu sekali anak Andin sudah meninggal.

Juga meminta Astri jangan sampai diketahui Al dan Andin, karena Elsa anggap tidak dan tak mau jadi salah paham.

Astri mencukupkan pembicaraan dengan Elsa.

Di taman bermain, Reyna sedang bermain ayunan dengan anak-anak di panti yang didorong Laras.

Waktu Elsa melangkah pergi, Reyna melihat dan memanggilnya.

Reyna menghampiri dengan berlari dan memeluk Elsa.

Apakah mau bertemu dengannya, tanya Reyna.

Elsa dan Reyna rindu, mereka berpelukan.

Tapi Elsa merasa bersalah kepada Reyna, dia harus menutupi kenyataan Reyna itu anak Andin.

Sewaktu memeluk Elsa memohon maaf dalam hati karena telah jahat kepada Reyna dengan memisahkannya dari Andin yang sebenarnya ibu kandung Reyna.

Reyna pun melihat Elsa yang menitikkan air mata karena bersalah kepadanya dan meminta Elsa tidak bersedih.

Disekanya air mata Elsa yang berusaha tidak mengatakan bersedih, tapi Reyna bertanya mengapa menangis.

Elsa berkata tidak apa-apa dan meninggalkan Reyna, tapi sebelum pergi Reyna berkata punya rahasia.

Apa gerangan rahasia itu? Elsa mendekat lagi.

Ternyata Reyna berkata akan kembali ke rumah Al.

Jadi, Aldebaran akan mendapatkan hak adopsi Reyna lagi? menung Elsa mendengar perkataan Reyna.

Tapi Elsa berpikir bagaimana cara Al dapat melakukan itu dan mengaitkannya dengan pertanyaan Astri tadi.

Elsa berkata senang mendengar Reyna dapat pulang bersama Al dan Andin.

Reyna pun meninggalkan Elsa yang akan pergi.

Sesudah mendapatkan alamat rumah Mang Dadang, Rendi tiba dan mengetuk pintu.

Lalu, ada istrinya yang sedang menggosok pakaian.

Istrinya berkata Mang Dadang sedang pergi ke dokter sudah lama dan sebentar akan pulang.

Rendi berkata ada urusan dengan Mang Dadang soal makam di pemakaman Teratai Indah, dan menunggu sampai kembali.

"Hari ini juga, saya harus dapatkan informasi soal makam palsu itu," senandika Rendi pasti.

Elsa pun masuk ke mobil dan tertegun soal pertemuan dengan Astri tadi.

"Kenapa tiba-tiba Bu Astri bertanya soal itu," tanya Elsa yang merasa Astri mulai curiga, Reyna itu anak Andin.

Sepertinya benar, pikir Elsa, Aldebaran mulai menyelidiki soal anak Andin dan dia harus waspada, apapun cara, agar rahasia-rahasianya tidak bocor.

Tiba-tiba Mang Dadang menelepon Elsa karena tak tahu mau menghubungi siapa lagi dan mau bertemu dengan Elsa.

Elsa takut Mang Dadang berulah dan dapat membocorkan rahasia ke Rendi atau Al.

Mang Dadang berada di rumah sakit Sejahtera dan Elsa akan menuju ke sana.

Elsa meminta Mang Dadang menunggu di parkiran.

Sesudah makan, Surya yang dipapah Al dan Andin pulang ke rumah.

Lalu, menjelang berangkat, Astri pun menelepon Al.

Al memilih keluar sebentar dari mobil untuk jawaban panggilan Astri.

Mendadak Andin curiga mengapa Al menjawab telepon sampai-sampai keluar dari mobil.

Astri memberitahukan baru bertemu dengan Wali Reyna, orang yang menyerahkan Reyna ke panti ini, yang tak lain Elsa.

"Ternyata Astri masih saja merahasiakan siapa wali Reyna," pikir Al yang menduga-duga Elsa wali Reyna.

Wali memastikan anak yang diserahkan bukan anak Andin.

"Elsa!"
"Dia pasti Elsa!"
"Dan dia nggak mau ngaku!"
"Dasar perempuan licik!"
"tapi saya takkan nyerah," duga Al dengan yakin.

Astri meminta Al menghadirkan saksi yang menjamin anak yang dibawa ibu Al itu anak Andin, lalu Al berkata bisa.

Andin yang syak wasangka bertanya soal telepon dari siapa, tapi Al berbohong dengan mengatakan telepon dari kantor karena ada proyek kantor.

Al pun mengantarkan Surya dan Andin pun pulang.

Elsa tiba di RS Sejahtera, dengan tergopoh-gopoh datang Mang Dadang.

Mang Dadang meminta bantuan Elsa karena perlu biaya untuk operasi batu empedu sebesar Rp. 50 juta.

Karena tak tahu mau meminta tolong dengan siapa, Mang Dadang berjanji akan melakukan semua perintah Elsa soal makam Nindi yang kosong itu, asal Elsa mau membantunya.

Elsa mendua, jika tidak membantu, takut rahasia makam Nindi itu dibocorkan kepada Rendi.

Pinjaman itu akan ditransfer dengan syarat kalau ada yang menanyakan kuburan itu, Mang Dadang memberitahu yang membikin makam itu adalah ...

Nino yang kebetulan ke apotek membeli obat papanya melihat Elsa sedang berbicara dengan Mang Dadang.

"Baik, bu. Saya paham," jawab Mang Dadang.

Nino bingung Elsa sedang apa, berbicara dengan siapa, dan ada urusan apa, dia pun menghampiri Mang Dadang.

Elsa yang istri Nino pun bertanya kepada Mang Dadang tentang urusan tadi, mendadak Mang Dadang berkata tidak ada dan langsung pergi.

Nino pun merasa aneh melihat Mang Dadang berjalan seperti ketakutan, pikir Nino, Elsa berulah lagi.

Nino menelepon Elsa, karena nadanya sibuk, akan menanyakannya di rumah.

Masalah semakin rumit bagi Elsa, lalu dia pun menghubungi Sarah.

Tapi Sarah sedang memasak di dapur saat Elsa menghubunginya.

Sebab, Elsa ingin Sarah tahu soal ini.

Saat Sarah mau mengangkat telepon, ternyata baterainya habis sehingga harus dicas dulu.

Elsa mengira Sarah menolak panggilan teleponnya.

Dicoba sekali lagi, dan tak dapat menerima panggilan.

Makin panik saja Elsa, jadi bertemu langsung ke rumah orang tuanya.

Mang Dadang sudah tiba di rumahnya, dengan ditunggu Rendi.

Lalu kilas balik, Rendi pernah berurusan dengan Mang Dadang soal makam tapi yang berbeda.

Mang Dadang pernah bertemu dengan Rendi yang pernah mengasih kartu nama.

Rendi pun langsung bertanya soal makam bayi yang bernama Nindi.

Rendi bertanya siapa yang menggali makam itu.

Mang Dadang menjawab bukan Elsa tapi Sarah, ibu Andin dan Sarah.

Terperanjat dengan informasi itu, Rendi langsung bergegas.

Mang Dadang pun melakukan sesuai suruhan Elsa pun langsung melapor kepada Elsa.

Elsa pun senang, berarti Al tak akan pernah tahu dia yang membuat makam palsu itu.

Sekarang Elsa harus memberitahu Sarah, jangan sampai salah omong kepada Al.

Rendi pun melaporkan itu kepada Al.

Al, Andin, dan Surya sudah tiba, lalu ada pesan dari Rendi yang melaporkan pemesan makam palsu itu adalah Sarah.

"Berarti benar, Mama Sarah terlibat dalam penyingkiran Reyna ke panti dan membuat makam palsu itu," simpul Al.

Andin memapah Surya, baru disusul Al.

Ponsel Sarah yang tidak aktif bikin Elsa panik, jadi Elsa akan mendatangi Sarah sebelum Al menemuinya.

Waktu mobil Elsa baru masuk lorong, dia pun melihat ada mobil Al yang berarti Al ada di rumah Sarah dan sempat menduga Al dikasih tahu oleh Rendi.

"Kalah cepet gue," geram Elsa sambil membanting tangan ke setir.

Dia pun menelepon Sarah lagi dan tak aktif.

Daripada berpapasan dan ketahuan, Elsa yang cemas memilih mundur dan menunggu Al pergi.

Surya pun dipapah sampai ke sofa.

Sarah sudah memasakkan makaman, tapi karena Surya sudah makan di luar, jadi diambilkan teh.

Saat sedang menghidangkan teh, Al pun berkata mau ke kamar kecil ternyata menuju ke dapur menemui Sarah.

Al meminta sesuatu dari Sarah dan berharap tak mengecewakannya, karena masih hapal betul belum waktu Sarah membatalkan wawancara di panti asuhan waktu itu.

Keadan makin tegang.

Sarah meminta maaf soal itu dan sampai sekarang masih menyesal.

Al yakin Sarah pasti tahu soal masalah anak Andin yang dibuang di panti asuhan, bukan meninggal seperti yang diketahui Surya.

Sarah tak duga dari mana Al tahu anak Andin ditaruh di panti asuhan.

"Saya cuma minta, Mama bersaksi kepada Astri,"
"Bahwa Sarah 100% yakin dan tahu, anak yang dibuang yang dibuang ke panti asuhan Mutiara Bunda adalah anak Andin."
"Karena Andin sedang menjalani hukuman di penjara," tutur Al.

Sarah bertanya-tanya, apakah Al sudah menemukan anak itu di panti, atau jangan-jangan ini yang bikin Elsa ketakutan setengah mati waktu itu.

Pikir Sarah, tahukah Andin dengan anak itu jika Al sudah menemukannya.

Mustahil Andin masih setenang itu jika sudah tahu soal anaknya, mungkin baru Al yang tahu soal ini, lalu siapa anak itu? begitu Sarah bertanya-tanya.

Al tak masalah kalau Sarah tak mau, tapi akan buka mulut ke polisi bahwa Sarah sudah membuang anak Andin ke panti asuhan dan merekayasa makam palsu untuk anak Andin.

Sarah makin terjepit dengan ucapan Al.

Apalagi kalau Surya tahu soal ini, Al yakin Surya tidak tahu soal ini.

Bahkan, Sarah tak sangka, Al tahu makam itu palsu dan dia yang diancam.

Baginya dapat celaka kalau Surya tahu semuanya.

Sarah dengan terbata-bata berkata tak mungkin membuang anak itu dan tak tahu sama sekali soal makam palsu.

"Lalu siapa, ma?" tekan Al.
Kemudian dia mengatakan pembuat makam palsu menyebut nama Sarah yang menyuruhnya.

Sarah yang tak kenal dengan tukang makam itu tak tahu mengapa namanya disebut-sebut.

Padahal Elsa yang melakukannya.

"Ya Tuhan, Elsa?!" jerit Sarah dalam hati.

Dugaan Sarah, Elsa yang menyuruh tukang makam itu menyebut namanya.

Betapa tega Elsa, sampai jadikan Sarah tameng atas semua yang dilakukannya.

Tapi Sarah tak mau mengatakan itu perbuatan Elsa karena tak mau anaknya itu dipenjarakan lagi dan Surya akan marah besar kepada Elsa jika sampai tahu.

Bahkan, Sarah tak dapat membayangkan yang akan terjadi nanti.

Al pun memohon Sarah memikirkan penawarannya baik-baik.

Jangan sampai salah langkah dan sampai Elsa tahu dirinya meminta Sarah bersaksi di depan Astri.

Pinta Al, Sarah harus berpura-pura seperti tidak tahu apa-apa, karena kalau tidak dia tak segan-segan menyeret Elsa ke dalam masalah ini.

Baginya Sarah melakukan ini tidak sendiri, pasti dibantu orang lain.

Hanya satu permintaan Al, Sarah berkata jujur.

Sesudah Al meninggalkan dapur, Sarah bertekad agar Surya tidak tahu soal ini dan tak membiarkan Al melaporkan Elsa ke polisi.

"Sepertinya, aku nggak ada pilihan lain," Sarah berpikir pasrah.

Teh yang dihidangkan Sarah pun datang, dan Al pun sudah kembali dari 'kamar mandi'.

Saat mau meminum, Al menyindir, tadi Andin dan Surya berziarah ke makam Nindi serta mengapa Sarah tidak ikut.

"Sepertinya, Mama kelihatan cucu mama tercinta itu, ya?" sentil Al dengan tersenyum sinis.

Sarah yang sedang meminum teh pun tersedak dan mengejutkan Andin dan Surya.

Dilaplah mulut dan cangkir oleh Andin.

Al meminta maaf kepada Sarah atas pertanyaannya yang menyentil itu.

Surya pun membenarkan Al dan berkata lain kali Sarah ikut berziarah bersama Andin dan dirinya, sebab jarang melihat istrinya ke makam Nindi.

Ikut sekali-kali untuk menunjukkan peduli.

Sarah pun mengiyakan dengan gelagapan.

Andin tahu Sarah ikut mendoakan.

Al dan Andin pun pamit pergi.

Saat menyalami Sarah, Al menatapnya dengan meringis.

Sarah tahu Al sengaja menyindirnya, dan pasti tak akan berhenti sebelum Al melakukan yang dimintanya.

Sarah tak punya pilihan selain menuruti permintaan Al.

Sesudah melihat Al dan Andin pergi, Elsa yang menunggu di luar barulah masuk ke dalam rumah.

Saat Elsa mengetuk pintu, dan berharap bukan Surya yang membuka pintu jangan sampai ketahuan oleh Surya.

Cepat-cepat Elsa mengajak Sarah berbicara di luar.

Elsa bertanya saat Al ke rumah menanyakan apa saja kepada Sarah, pasti menanyakan sesuatu.

Sarah yang ingat ucapan Al pun mendua, lalu berkata tidak dan terpaksa berbohong.

Elsa pun memberitahu Sarah dan membantunya.

"Apa lagi, Elsa?" tanya Sarah yang tertekan.

Elsa memohon Sarah yang menyuruh untuk membikin makam palsu jika ditanya.

Sarah semakin pasrah saat tahu Elsa yang menyuruh tukang makam menyebut namanya.

Sarah terus bertanya-tanya, mengapa dia yang dikatakan melakukannya, padahal rekayasa makam itu ulah Elsa.

Lalu, Sarah pun jemu dengan Elsa yang melulu memintanya jadi bantalan peluru untuk menutupi semua perbuatan Elsa.

"Kenapa?"

Elsa melakukan ini terpaksa karena takut kehilangan Nino dan ingin bahagia, sebab hanya Sarah yang diandalkan.

Sarah bertanya sampai kapan sampai berandai Surya tahu semua soal ini dan mengira Sarah yang melakukan, bahkan marah besar.

Pernahkah memikirkan dan peduli sedikit saja dengan Sarah, dan belum cukup jadi bantalan peluru bagi Elsa, keluh Sarah.

Elsa pun menyesal dan berjanji akan melindungi Sarah, bahkan sampai Surya tidak tahu.

Maukah Sarah menolong Elsa atau melihatnya masuk penjara dan tahu betapa tega Al kepada Elsa.

Aoakah Sarah membantu Elsa, anaknya atau Al, menantunya.

Kamis mungkin jadi jawabannya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved