Long Covid-19, Istilah Baru yang Muncul Bagi Pasien Covid-19, Begini Penjelasannya, Lama Menetap

Long Covid-19, Istilah Baru yang Muncul Bagi Pasien Covid-19, Begini Penjelasannya, Lama Menetap

Editor: Slamet Teguh
AFP/STR
Seorang paramedis Laboratorium memegang sampel virus di laboratorium Hengyang, Provinsi Henan, China, Rabu (19/02/2020). Data terakhir tercatat korban tewas akibat epidemi virus coronavirus COVID-19 melonjak menjadi 2.112 dan pada Kamis (20/02/2020) ada 108 orang lagi meninggal di Provinsi Hubei, Kota pusat penyebaran yang paling parah dari wabah Corona tersebut. (STR/AFP)/China OUT 

TRIBUNSUMSEL.COM - Muncul istilah baru, yakni Long Covid-19 bagi pasien yang positif Covid-19.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) memberi beri penjelasan apa yang dimaksud dengan long covid-19. 

Hal ini disampaikannya pada diskusi bertema Mewaspadai Efek Panjang Jangka Panjang Covid-19 di kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (3/12/2020).

Dokter Agus menjelaskan, istilah long covid dulunya dikenal sebagai post-COVID syndrome atau chronic covid.

"Long covid ini banyak diartikan, suatu kondisi gejala-gejala yang muncul pada pasien yang dinyatakan sembuh dari covid-19."

"Berdasarkan hasil swab yang sudah negatif," jelas Agus.

Menurutnya, gejala ini muncul bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan menetap.

Selain itu, Agus mengatakan beberapa gejala long covid yang bervariasi.

"Dari yang paling banyak adalah chronic fatigue syndrome, yaitu gejala kelelahan kronik."

"Kemudian, gejala sesak napas berat, gejala berdebar-debar, ini terkait dengan jantung," urai Agus.

Ia menambahkan gejala long covid juga bisa berupa nyeri sendi dan otot bahkan gangguan psikologis

"Termasuk, juga gangguan psikologis seperti depresi pascacovid," tambahnya.

Agus menjelaskan adanya long covid pada pasien bukan karena ada virus yang tersisa, namun gejala yang tersisa setelah pasien sembuh.

"Gejala sisa yang muncul pascadinyatakan sembuh."

"Ini bisa terjadi akibat proses ketika sakit menimbulkan kelainan secara anatomik, yang akhirnya mempengaruhi secara fungsional," jelas Agus.

Dokter paru-paru ini menjelaskan karakter pasien yang paling berpotensi mengalami long-covid.

"Sebenernya long covid ini, laporannya bisa semua populasi ya, hanya proporsinya berbeda-beda."

"Tetapi, ada beberapa kelompok yang memiliki resiko lebih tinggi,"

"Contohnya, pasien-pasien yang memiliki penyakit dasar, seperti penyakit jantung, penyakit paru kronik akan lebih mudah mengalami long covid," ujar Agus.

Lalu, Agus menambahkan orang dengan lanjut usia juga berpotensi long covid.

"Seperti orang lanjut usia, itu potensi muncul nya long covid."

"Atau orang-orang yang memiliki potensi penyakit kronik, seperti pasien dengan kebiasaan merokok," ujar Agus.

Di akhir penjelasannya, Agus menyampaikan long covid ini tidak mengenal usia untuk pasiennya.

Vaksinasi dan Protokol 3M, Paket Lengkap Kendalikan Covid-19

Ahli Epidemiologi FKM UI Syahrizal Syarif, MPH,Ph.D., menyatakan masyarakat tetap harus disiplin dalam penerapan protokol kesehatan 3M meski vaksin Covid-19 telah tersedia.

Kombinasi antara program vaksinasi Covid-19 yang disiapkan pemerintah dan kebiasaan baik 3M, menjadi paket lengkap untuk Indonesia dalam mengendalikan penularan virus corona.

Hal itu disampaikan, dalam acara Dialog Produktif bertema Vaksin+3M: Jurus Ampuh Lawan covid-19 yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara virtual, Kamis (3/12).

"Setelah kita mendapat vaksin Covid-19 untuk jangka waktu 6 sampai 1 tahun kita masih harus menggunakan tetap melakukan disiplin untuk protokol kesehatan," ungkapnya.

Dari segi kesehatan, ia mengatakan vaksin merupakan intervensi kesehatan terbaik di abad ke-20.

Dari semua intervensi kesehatan, vaksin ini yang terbukti mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan.

"Saya kira perlu untuk meyakinkan masyarakat agar menerima vaksin Covid-19, ini tidak mudah sehingga perlu contoh dari tokoh-tokoh masyarakat”, ujarnya.

Dr. Syahrizal menerangkan, kondisi pandemi Covid-19 yang fluktuatif ini, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain.

"Pada bulan Mei 2020 saya mengamati, sebetulnya sudah ada 80% negara-negara yang wabahnya dalam kondisi terkendali, dan 20% fluktuatif."

"Tapi hari ini angkanya berbeda, kondisi wabah fluktuatif menjadi 64%, ini artinya bukan Indonesia saja, tapi dunia pun sedang fluktuatif," terangnya.

Menurutnya disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, sangatlah penting dilakukan semua orang sekalipun vaksin telah ada di tengah masyarakat.

“Karena vaksin ini pasti pemberiannya bertahap, munculnya kekebalan kelompok di masyarakat juga bertahap”, terang dr. Syahrizal.

Protokol kesehatan kerap diabaikan oleh masyarakat, terutama dalam menjalankan 3M sebagai satu paket lengkap.

Survei UNICEF bersama AC Nielsen pada 6 kota besar di Indonesia beberapa waktu lalu, menunjukkan bahwa perilaku menjaga jarak kerap terabaikan.

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa perilaku jaga jarak (47%) lebih rendah daripada memakai masker (71%) dan mencuci tangan (72%).

Apabila perilaku ini bisa konsisten dilakukan masyarakat, maka diyakini bahwa akan menekan rantai penularan Covid-19 secara signifikan.

Kedatangan vaksin nantinya akan menjadi pelengkap bagi proteksi kesehatan masyarakat yang paripurna.

(Tribunnews.com/Shella/Rina Ayu Pancarini)
 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Apa itu Long Covid, Gejala yang Muncul Setelah Pasien Sembuh dari Corona? Ini Penjelasan Dokter Paru, https://www.tribunnews.com/corona/2020/12/04/apa-itu-long-covid-gejala-yang-muncul-setelah-pasien-sembuh-dari-corona-ini-penjelasan-dokter-paru?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved