Mengenal Ruwatan atau Buang Sial, Tradisi Jawa Masih Dilestarikan Hingga Sekarang

Ruwatan, dalam Bahasa Jawa, yang memiliki arti “membuang sial” atau “menyelamatkan” orang atau sesuatu dari gangguan tertentu

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Melisa Wulandari
Diajeng sedang meruwat seseorang di acara pameran bersama warisan sejarah dan budaya Sumsel di Museum Balaputera Dewa, Selasa (10/11/2020). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Budaya nusantara di Indonesia begitu, diantaranya ruwatan.

Ruwatan merupakan budaya dari Pulau Jawa yang terus dilestarikan oleh Paguyuban Olah Spiritual dan Kebatinan Kusuma Sejati Palembang.

Ketua Paguyuban Olah Spiritual dan Kebatinan Kusuma Sejati Palembang, Diajeng Kartika Sari mengatakan ruwatan adalah membersihkan segala sial.

"Setiap manusia itu pasti punya apes atau sial hal ini bisa karena kesalahan diri sendiri, kesalahan keluarga, kesalahan leluhur atau kesalahan lain," jelasnya ditemui setelah melakukan ruwatan kepada beberapa tamu yang hadir di acara pameran bersama warisan sejarah dan budaya Sumsel di Museum Balaputera Dewa, Selasa (10/11/2020).

Pihaknya berupaya untuk melestarikan budaya nusantara.

Menurutnya kalau bukan bangsa ini siapa lagi.

"Budaya-budaya seperti ini sudah sangat jarang diangkat atau dilestarikan," ujarnya.

"Dan banyak yang selalu beranggapan ruwatan ini hal-hal yang melenceng bahwa sebetulnya nilai-nilai spirit yang ada setiap ritual atau pun doa, ya kita harus menghormati," katanya.

Sementara itu, Ruwatan, dalam Bahasa Jawa, yang memiliki arti “membuang sial” atau “menyelamatkan” orang atau sesuatu dari gangguan tertentu.

Gangguan itu bisa dikatakan sebagai kelainan dari suatu kondisi yang umum dalam suatu keluarga maupun pada diri seseorang.

Gangguan yang harus diruwat yakni gangguan bagi seseorang yang disebabkan oleh suatu perbuatan yang dapat menimbulkan sial/celaka atau dampak sosial lainnya.

Ruwatan itu terdiri dari 2, Ruwatan Sukerto dan Sengkolo.

Berikut Ruwatan Sengkolo/Kesialan antara lain :
1. Kebo Kemali : Sulit mendapat anak
2. Bahu Laweyan : Jika menikah pasangan atau anaknya pasti mati
3. Jlompong : Dirundung banyak penyakit yang tidak kunjung sembuh
4. Cluwak Bodas : Pasangan selalu bentrok, karena beda weton, tanggal perkawinan tidak cocok
5. Sambit : Lupar bayar utang, berakibat hidup susah, usaha selalu gagal dan mendapat musibah beruntun
6. Cekal Khendir : Karir macet, Jabatan tidak naik-naik
7. Gotro Patri : Rejeki seret, kerja siang malam tidak ada hasil
8. Kantong Bolong : Hasil yang diperoleh selalu habis, Boros Sekali
9. Gendring Bumi : Usaha/Rumah Tangga gagal karena tanah/rumah yang ditempati tidak bagus/angker
10. Rerewo Bodes : Sial karena sering ingkar janji
11. Ruwing : Sial dan sengsara karena dosa orang tua
12. Bandor Sari : Sial karena disumpah/dikutuk oleh ibu
13. Jeblak : Sial karena disumpah/dikutuk oleh Ayah
14. Cengis : Sering difitnah orang
15. Cluring : Hidup sial, usaha gagal, sering sakit-sakitan
16. Branjang Sunu : Sial karena sering makan-makanan dari hasil yang haram
17. Srigunting : Cinta selalu ditolak
18. Blunuk Glontar : Hidup sengsara karena cinta
19. Blorong : Tidak kerasan kerja selalu berpindah-pindah
20. Gombak Gimbal : Sial karena penampilan/wajah/rambut diubah
21. Jebluk : Sering mengalami kecelakaan
22. Blorong Cokro : Sial karena mengingkari nazar/janji
23. Cleret Timbal : Sial karena hukum karma
24. Gendrung Bedes : Selalu sial karena sering berbuat maksiat
25. Dewi Sri : Sering menyia-nyiakan/membuang makanan
26. Blokong Suji : Sial karena pernah membunuh/mencelakakan orang
27. Birowo : Hidup Sial karena sabda orang sakti

Diajeng mengatakan seorang juru ruwat harus melalui tahapan-tahapan, minimal sudah sepu, sudah mempunyai keluarga, mengetahuai tata cara untuk meruwat.

"Harus bisa membentengi diri sendiri karena segala kotoran, sial akan ditampung setelah ditampung kemudian dilepaskan," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved