Terpilihnya Joe Biden Jadi Presiden Amerika Serikat Ternyata Berdampak Baik Bagi Indonesia

Terpilihnya Joe Biden Jadi Presiden Amerika Serikat Ternyata Berdampak Baik Bagi Indonesia

Editor: Slamet Teguh
New York Post
Ini keuntungan Indonesia jika Joe Biden berhasil jadi Presiden AS dan kalahkan Donald Trump 

TRIBUNSUMSEL.COM - Joe Biden hampir pasti terpilih mejadi presiden Amerika Serikat yang baru.

Jika Joe Biden terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan berdampak baik Indonesia.

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang mempertemukan petahana Donald Trump dengan penantangnya, Joe Biden menjadi perhatian masyarakat dunia. 

Pemilihan Presiden di Negeri Paman Sam tersebut pun menjadi sorotan masyarakat Indonesia.

Dalam perhitungan sementara, suara untuk Joe Biden mengungguli Donald Trump.

Jika pada akhirnya Biden berhasil menumbangkan Trump, ini akan banyak menguntungkan Indonesia.

"Jika Joe Biden yang terpilih dampaknya akan baik terhadap perekonomian di Indonesia," ucap Bhima Yudhistira, Ekonom dari Indef, dalam pernyataan visual kepada jurnalis Kompas TV Dany Saputra, Jumat (6/11/2020).

Bhima beralasan, Biden lebih mengedepankan hubungan ekonomi yang bersifat kompromis dibandingkan Trump yang terbukti akan meningkatkan eskalasi perdagangan dengan perang dagang dan kebijakan yang lebih proteksionis.

Selain itu, kata Bhima, situasi lain juga lebih mengutungkan dengan mendatangkan modal asing lewat investasi langsung khususnya dari sektor-sektor yang berbeda dari Trump.

Seperti, energi terbarukan, ekonomi digital, startup, infrastruktur, serta informasi dan teknologi.

"Karena, biden banyak disokong oleh program-program yang berbasis sustainability, berwawasan lingkungan dan yang basisnya inovasi. Dibanding Donald Trump yang cenderung ekstraktif seperti migas dan pertambangan," jelas Bhima.

"Ini juga akan berhubungan dengan konflik di Laut China Selatan," lanjut Bhima.

Kalau konflik di Laut China Selatan bisa diredam, maka hubungannya akan lebih positif, khususnya dalam neraca perdagangan dan investasi jangka panjang.

"Maka itu, Biden yang akan lebih banyak membawa keuntungan ke Indonesia, jika dibanding Trump yang terpilih," tutupnya.

Ditentukan Electoral Collage

Pemilihan presiden Amerika Serikat ( pilpres AS) berlangsung pada 3 November 2020.

Sebagaimana pilpres-pilpres sebelumnya kemenangan bukan ditentukan oleh suara publik ( popular vote) tapi Electoral College (Dewan Elektoral).

Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.

Berikut adalah penjelasan apa itu Electoral College dan mengapa jadi kunci kemenangan di pilpres AS.

Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.

Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.

Pertemuan Dewan Elektoral dilakukan 4 tahun sekali, beberapa minggu setelah hari pemilihan.

Bagaimana cara kerja Electoral College?

Dilansir dari BBC pada Rabu (28/10/2020), setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.

Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.

California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.

Setiap elector mewakili jatah satu electoral vote, dan capres harus meraup minimal 270 electoral votes untuk melenggang ke Gedung Putih.

Biasanya negara bagian memberikan semua suara Dewan Elektoral untuk capres yang memenangkan suara dari popular votes.

Misalnya jika seorang capres menang 50,1 persen suara di Texas, dia akan mendapat semua dari 38 electoral votes di negara bagian itu.

Oleh karena itu capres bisa menjadi presiden AS dengan memenangkan sejumlah negara bagian krusial, meski memiliki suara publik yang lebih sedikit dari seluruh negeri.

Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang menggunakan metode "distrik kongresional".

Artinya, satu elector dipilih di setiap distrik kongresional berdasarkan pilihan rakyat, sedangkan dua electors lainnya dipilih berdasarkan pilihan terbanyak rakyat di seluruh negara bagian.

Inilah sebabnya mengapa para capres menargetkan negara bagian tertentu, daripada mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara publik di seluruh penjuru negeri.

Adakah capres yang kalah popular vote tapi menang pilpres?

Ada dua dari lima pilpres terakhir yang dimenangkan oleh capres dengan suara publik lebih rendah dibandingkan lawannya.

Terbaru, pada 2016 Donald Trump kalah hampir 3 juta suara publik dari Hillary Clinton tapi berhak menduduki kursi nomor 1 di Gedung Putih karena menang mayoritas di Electoral College.

Sebelumnya pada 2000 George W Bush juga menang di Electoral College dengan 271 suara, meski Al Gore dari Partai Demokrat unggul lebih dari 500.000 suara di popular votes.

Mundur lebih jauh ke belakang, ada tiga presiden lain yang menang pilpres walau kalah di popular votes yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison. Semuanya pada abad ke-19.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ekonom Indef: Jika Joe Biden Terpilih Dampaknya Akan Baik Terhadap Perekonomian di Indonesia

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved