Seorang Pemuda Serang 3 Warga hingga Tewas di Prancis, Sekolah dan Rumah Ibadah Dijaga Ketat Tentara
Dia mengatakan Aouissaoui meninggalkan negara itu pada 14 September lalu, dengan menumpang kapal.
TRIBUNSUMSEL.COM, PARIS — Seorang pria Tunisia memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah Gereja di kota Nice, Prancis pada Kamis (29/10/2020).
Buntut dari kejadian tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron meningkatkan keamanan di negaranya.
Reuters melaporkan, Jumat (30/10/2020), Presiden Prancis akan mengerahkan ribuan lebih tentara untuk melindungi situs-situs penting seperti tempat ibadah dan sekolah-sekolah.
Langkah itu diambil karena peringatan keamanan negara itu dinaikkan ke tingkat tertinggi.
Baca juga: Aduh Anak Buahku, Kekesalan Megawati Pergoki Kader PDIP Duduk saat Nyanyikan Indonesia Raya
Baca juga: Ancaman KSPI Jika Upah Minimum 2021 Tak Naik, Didahului Aksi Demo di 3 Titik Mulai 2 November
Baca juga: 3 Bocah Hilang Misterius, Warga Kaitkan dengan Penemuan Ikan Mas Raksasa Tanpa Mata, Kini Dilepas
Seorang sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis menyebut tersangka bernama Brahim Aouissaoui.
Ricard mengatakan kepada sebuah konferensi pers di Nice, bahwa pria itu telah memasuki kota Nice menggunakan kereta api pada Kamis pagi dan menuju ke Gereja, di mana dia menikam dan membunuh serta memenggal kepala seorang wanita berusia 60 tahun.
Baca juga: FAKTA Sebenarnya Pria Bawa Jenazah Ibu di Atas Bronjong Jok Motor di Boyolali, Tempuh Jarak 10 KM
Baca juga: Ngeri, Kebrutalan Hiu Sepanjang 2 Meter Hilangkan Lengan Bocah dan Kaki Pemandu Wisata
Baca juga: Kencani Guru Sejak Usia 15 Tahun , Kepribadian Presiden Prancis Macron yang Kini Dianggap Hina Islam
Baca juga: Presiden PKS Ahmad Syaikhu Kirim Surat ke Presiden Prancis Emmanuel Macron, Berikut Isinya
“Dia juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun yang melarikan diri ke kafe terdekat di mana dia memberikan pesan sebelum meninggal,” kata Ricard.
Polisi kemudian tiba dan pelaku mendekati aparat dan serta mengancam sembari berteriak "Allahu Akbar," sehingga polisi harus menembak dan melukainya.

"Pada penyerang, kami menemukan Alquran dan dua telepon, pisau yang dipakai untuk menyerang berukuran 30cm. Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan oleh penyerang. Di sebelah tas ini ada dua pisau yang tidak digunakan dalam serangan itu," kata Ricard.
“Tersangka berada di rumah sakit dalam kondisi kritis,” katanya.
Juru bicara pengadilan khusus kontra-militansi Tunisia Mohsen Dali mengatakan kepada Reuters, bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di sana sebagai anggota militan.
Dia mengatakan Aouissaoui meninggalkan negara itu pada 14 September lalu, dengan menumpang kapal.
Ia menambahkan Tunisia telah memulai penyelidikan forensik sendiri terhadap kasus ini.
PERINGATAN KEAMANAN DINAIKKAN
Setelah serangan Nice, Perdana Menteri Jean Castex menaikkan peringatan keamanan Prancis ke tingkat tertinggi.