DIUNGKAP Pangdam Jaya Fakta Baru Demo Ricuh, Terkuak saat Periksa HP Penyusup, Ada Penggerak

Selain mengaku digerakkan, mereka juga dijanjikan akan mendapatkan uang setelah melakukan aksinya.

Editor: Weni Wahyuny
Tribunnews.com/Danang Triatmojo
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman memimpin gelar apel pembantu penegakkan disiplin protokol kesehatan Covid-19 berbasis komunitas di wilayah Jadetabek. Giat berlangsung di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (14/9/2020). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Sejumlah orang yang diduga penyusup dalam demo menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Jakarta ditangkap Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman.

Dari hasil pemeriksaan, para penyusup ini sengaja datang ke Jakarta atas perintah seseorang yang justru tak ikut dalam aksi tersebut.

Orang-orang ini dijanjikan akan dibayar setelah ikut dalam aksi.

Aksi demo omnibus law di depan kantor gubernur jateng, Rabu (7/10/2020). (KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

 

Dulu Satpam saat Dekat dengan Julia Perez, Kini Ganti Profesi, Kabar Terbaru Mumu Alias Muklis

HEBOH Anak Sultan Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Sarung Tangan, Sepatu, hingga Helm jadi Sorotan

Mereka bahkan tak paham apa tujuannya berdemo, hanya tergiur uang yang dijanjikan saja.

"Ada beberapa kita tangkap bersama pihak kepolisian, mereka ini tidak paham sama sekali tujuannya (berdemo, red) untuk apa, bahkan mereka itu ada yang datang dari Subang."

"Saya tanya siapa yang menggerakkan, 'ada pak saya disuruh ke sini' jawab dia."

"Dia tidak bawa uang, bahkan ada yang bawa cuma Rp10 ribu, saya tanyakan setelah demo, mereka pulang pakai apa?," katanya dikutip dalam video yang diunggah akun Instagram suhartono323, Sabtu (10/10/2020).

Dudung melanjutkan ceritanya, berdasarkan hasil pemeriksaan handphone orang-orang yang diduga penyusup dalam aksi demo ini, ada hal mengejutkan lainnya.

Selain mengaku digerakkan, mereka juga dijanjikan akan mendapatkan uang setelah melakukan aksinya.

"Dari hasil HP yang kita periksa, mereka dijanjikan setelah demo dapat uang bahkan penggeraknya tidak datang ke Jakarta. Dia berhenti di Pamanukan," urai Dudung.

Dudung menyakini, jika yang melakukan aksi anarkis saat demo tolak UU Cipta Kerja bukanlah dari golongan mahasiswa dan rekan buruh, melainkan dari pihak lain tak bertanggung jawab.

"Saya punya keyakinan kalau mahasiswa dengan buruh punya misi aksi damai, rata-rata mereka terpelajar lah, paham dengan aksinya yang ingin disampaikan."

"Saya yakin dan saya lihat yang melakukan pelemparan kepada polisi itu bukan dari mahasiswa, kalau mereka mahasiswa pasti pakai jaket almamater," beber Dudung.

Para orangtua pedemo datangi Polrestabes Bandung meminta anaknya dikembalikan, Kamis (8/10/2020) (KOMPAS.COM/AGIE PERMADI)

Pengamat Intelijen: Penyusup Memprovokasi Hingga Berujung Ricuh 

Soal masuknya penyusup ke tengah demo tolak UU Cipta Kerja dibenarkan pengamat intelijen.

Analis intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengaku tak mempermasalahkan unjuk rasa yang dilakukan buruh dan mahasiswa yang memang murni menolak UU Cipta Kerja.

Akan tetapi, dia mencurigai adanya penyusup yang melakukan tindak kekerasan hingga perusakan yang membuat aksi unjuk rasa menjadi tidak simpatik dan justru merugikan masyarakat.

"Tidak ada masalah dengan demo yang dilakukan mahasiswa dan buruh di berbagai kota di Indonesia, hal tersebut dijamin konstitusi. Namun, adanya penyusup yang memprovokasi dan melakukan perusakan fasilitas umum serta perlawanan terhadap aparat membuat situasi menjadi ricuh," ujar Stanislaus, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (9/10/2020).

Stanislaus mengatakan aksi perusakan seperti pembakaran halte busway di Jakarta dan perusakan kendaraan polisi termasuk ambulans menunjukkan para pelaku mempunyai tujuan lain.

Hal tersebut membuat kerugian yang cukup besar terutama terhadap masyarakat yang sehari-hari menggunakan fasilitas umum.

Karenanya dia meminta pemerintah untuk tegas menindak para pelaku.

"Pemerintah dalam hal ini aparat keamanan harus bertindak tegas dan melakukan proses hukum terhadap pelaku perusakan dan kekerasan dalam unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja tersebut. Jangan biarkan negara ini menjadi arena bagi kelompok-kelompok yang menunggangi isu populis demi kepentingannya," jelasnya.

Selain itu, Stanislaus turut memberikan apresiasi kepada aksi masyarakat Yogyakarta selepas unjuk rasa. Mereka langsung melakukan gotong royong membersihkan dan memperbaiki Malioboro setelah dirusak oleh massa pelaku unjuk rasa.

"Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Yogyakarta tidak mendukung aksi kekerasan dalam unjuk rasa tersebut. Masyarakat Jogja dengan budayanya yang luhur pasti menolak cara-cara tersebut, dan mereka melawannya dengan cara yang beradab dengan gotong royong," kata Stanislaus.

Diduga ditunggangi kelompok anarko

 Kerusuhan yang terjadi saat demo penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di wilayah Jakarta, Kamis (8/10/2020) bukan dilakukan buruh atau mahasiswa.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan kerusuhan diduga dilakukan orang-orang yang tergabung dalam kelompok Anarko.

Mereka menyusup di antara para buruh dan mahasiswa untuk membuat kerusuhan saat aksi demo berlangsung.

Saat ini, lanjut Yusri, polisi telah mengamankan 1.000 orang yang diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang sempat terjadi di Simpang Harmoni hingga kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat.

"Memang kita lakukan satu kegiatan pengamanan sejak sore tadi, sekitar kurang lebih 1000 orang yang kita amankan, Anarko yang mencoba melakukan kerusuhan. Tidak ada sama sekali buruh dan mahasiswa," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, Kamis (8/10/2020) dilansir dari Kompas TV.

Yusri menyampaikan, massa yang diduga tergabung dalam kelompok Anarko merupakan pengangguran yang datang ke Jakarta untuk membuat kerusuhan.

"Mereka memang pengangguran yang datang dari beberapa daerah, baik menggunakan kereta api dan truk-truk. Saat kita ini kita lakukan pemeriksan, mereka pengangguran semuanya," ujar Yusri.

Diberitakan sebelumnya, hari ini kelompok buruh dan mahasiswa dari berbagai daerah menggelar aksi unjuk rasa. Aksi terpusat di dua tempat yakni Gedung DPR RI, Jakarta Pusat dan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Aksi demo sempat berujung ricuh hingga menyebabkan perusakan fasilitas publik.

UU Cipta Kerja telah disahkan DPR dan pemerintah dalam rapat paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/10/2020).

Massa berpakaian hitam

Halte Transjakarta di Bundaran HI, Jakarta Pusat dibakar massa penolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10/2020).

Pantauan Tribunnews.com di lokasi, saat aksi pembakaran dan perusakan Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran, sejumlah pasukan TNI dan Polri yang bertugas turut menyaksikan.

Seakan tak berdaya, petugas TNI-Polri hanya dapat menyaksikan dan berjaga di kawasan Bundaran HI.

Mereka tak melakukan apa-apa, hanya menyaksikan seraya mengimbau warga yang bukan massa demonstran agar tidak mendekat dan berhati-hati.

Seorang anggota kepolisian yang sempat berbincang dengan Tribunnews.com menceritakan, aksi pembakaran Halte Transjakarta Bundaran HI oleh massa demonstran terjadi sekira pukul 17:00 WIB.

Hingga pukul 18:02 WIB, massa pengunjuk rasa menolak UU Cipta Kerja masih bertahan di kawasan Bundaran HI.

Seorang pelajar SMA bertopi dan mengenakan jaket terlihat memanjat traffic light yang berada tepat di depan Halte Transjakarta Bundaran HI.

Ia terlihat mengenakan celana abu-abu, lalu mengibarkan bendera merah putih, yang kemudian diikuti nyanyian lagu nasional Padamu Negeri oleh massa aksi lainnya.

Saat berita ini diturunkan, sebuah mobil komando memasuki kawasan Bundaran HI.

Sang orator dan para massa yang mengikuti iring-iringan mobil komando itu mengenakan pakaian serba hitam.

"Ikut demo, masa cuma ngerokok di pinggiran," ucap sang orator.

Cerita Kebersamaan TNI dengan Peserta Demo

Dudung juga membagikan momen kebersamaan anggota TNI bersama peserta aksi demo tolak UU Cipta Kerja.

Kebersamaan pertama yang Dudung bagikan saat TNI bersama mahasiswa bergotong royong memindahkan tameng-tameng dari truk satu ke kendaraan lainnya.

Ini dilakukan supaya truk tersebut dapat digunakan memulangkan mahasiswa ke asal daerahnya.

"Jadi setelah diimbau oleh Bapak Gubernur, para mahasiswa kesulitan untuk pulang ke daerah Pamulang malam itu."

"Kebetulan ada kendaraan marinir yang stan by di situ dan akhirnya diminta tolong mengangkut mahasiswa yang ingin kembali ke Pamulang."

"Kebetulan di dalam truk ada tameng-tameng untuk mengatasi huru-hara. Sehingga tameng-tameng diturunkan oleh anggota dan mahasiswa membantu menurunkan dan dipindahkan ke kendaraan lainnya."

Aksi demo tolak UU Cipta Kerja di Padang diboncengi pelajar. Terlihat pelajar berpakaian sekolah ikut demo (KOMPAS.COM/PERDANA PUTRA)

"Bukan berarti kemudian memberikan tameng ke mahasiswa, tentu tidak. Tameng itu dipindahkan secara gotong royong."

"Karena truk itu akan digunakan membawa pulang mahasiswa ke Pamulang," urai Dudung.

Dudung menegaskan pihaknya mendukung penuh tugas kepolisian dalam menjaga aksi demo UU Cipta Kerja supaya berjalan damai.

Ia juga tidak ingin TNI ditunding mencari muka dalam menjalankan tugasnya.

"Itu saya sampaikan kepada media, kami dari TNI mendung penuh tugas-tugas kepolisian. Tidak ada kita mencari popularitas dan lain sebagainya," imbuhnya.

Cerita TNI Hadang Mahasiswa Menuju ke Monas

Dudung dalam kesempatan tersebut juga menceritakan momen saat jajarannya menghadang para mahasiswa yang ingin merapat ke kawasan Monas dan Istana Negara guna menggelar aksi dami menolak UU Cipta Kerja.

Ketika itu anggota TNI tidak memperbolehkan para mahasiswa yang terdiri dari sejumlah perguruan tinggi untuk menuju lokasi tersebut.

"Namun ada permintaan yang tidak saya penuhi mereka untuk ke istana. Saya bilang kalau mau aksi damai silahkan dan mereka mau orasi kita fasilitasi," ungkap Dudung.

Pria kelahiran 16 November 1965, meneruskan ceritanya.

Aksi damai mahasiswa tersebut berlanjut hingga kumandang adzan magrib tiba.

"Mereka sholat dan meminta saya sebagai imam yang kita laksanakan."

"Saya yakin mahasiswa dan buruh betul-betul akan melakukan aksi damai tidak ada yang melakukan aksi anarkis. Dan berjalan dengan baik," kata Dudung.

Cerita kebersamaan TNI dengan peserta demo tolak UU Cipta Kerja tidak berhenti di sini.

Setelah puas menyampaikan aspirasinya para mahasiswa meminta anggota TNI untuk diamankan menuju ke titik kumpul semula.

Permintaan tersebut kemudian diiyakan oleh pihak TNI.

"Setelah itu dari mahasiswa bilang, 'Pak saya kesulitan untuk kembali karena di sana ada pasukan, khawatir sudah gelap jangan sampai nanti ada persepsi berbeda."

"Akhirnya kita antar para mahasiswa dengan kawalan kiri 15 dan kanan 15 orang. Kita antara sampai titik kumpulnya mereka. Sehingga mereka aman sampai tujuan," ujar Dudung. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Pangdam Jaya Tangkap Orang Diduga Penyusup dalam Aksi Demo, Disuruh & Dijanjikan Diberi Uang

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved