Wisata dan Kuliner
Fakta-fakta Monpera Palembang, Simpan Koleksi Foto dan Replika Senjata Pejuang Kemerdekaan
Monpera, menyimpan berbagai macam bukti sejarah perjuangan para pejuang demi menjadikan Indonesia sebagai negara yang merdeka
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Museum monumen perjuangan rakyat (Monpera) bisa menjadi salah satu referensi tempat wisata sejarah di Palembang.
Monpera, menyimpan berbagai macam bukti sejarah perjuangan para pejuang demi menjadikan Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Namun sayang, seiring bertambahnya usia, museum Monpera nampaknya mulai terabaikan.
Persoalan biaya perawatan koleksi termasuk renovasi museum, sudah menjadi kendala lama yang harus dihadapi.
Pengelola Monpera, Jame mengatakan, sejak Januari 2020, kepengurusan Monpera telah beralih dari pemerintah kota (Pemkot) ke Pemerintah Provinsi (pemprov).
Namun hingga kini, renovasi museum atau pun perbaikan isi koleksi juga belum dilakukan.
"Fasilitas disini, semenjak di kelola kota memang belum banyak renovasi ulang. Ada beberapa bagian disini (museum Monpera) yang rusak, termasuk koleksi itu sendiri," ujarnya, Minggu (27/9/2020).
Seperti fasilitas lift yang sebelumnya tersedia bagi pengunjung, saat ini sudah lama tidak berfungsi.
Sehingga para pengunjung yang berwisata di Monpera, harus menaiki tangga darurat untuk bisa sampai di tiap lantai.
Tinggi bangunan museum Monpera sendiri mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai dan 45 bidang di sisi bagian depan, samping dan belakang.
Jumlah tersebut tentunya memiliki filosofi mendalam karena melambangkan HUT kemerdekaan Republik Indonesia.
"Dulu memang ada lift untuk pengunjung, ada juga lift untuk barang. Tapi sudah lama rusak, jadi tidak bisa dipakai," ujarnya.
Belum lagi, pandemi covid-19 yang masih terjadi hingga kini, juga menjadi persoalan tersendiri yang harus dialami.
Guna mencegah resiko penularan virus corona yang bisa saja terjadi, pengurus Monpera terpaksa membatasi jumlah pengunjung yang ingin masuk ke dalam gedung museum.
"Seperti saat 17 Agustus lalu, jumlah pengunjung cukup membludak. Tapi kami batasi penumpang yang masuk. Jadi mereka bergantian lihat koleksi disini," ujarnya.
Dikatakan Jame, museum Monpera masih menjadi pilihan bagi mayoritas anak-anak sekolah yang ingin belajar sejarah perjuangan kemerdekaan di Palembang.
Ia berujar, Monpera biasanya ramai dikunjungi saat hari biasa dan justru sepi pengunjung di hari Sabtu dan Minggu.
"Karena kebanyakan orang pergi ke pasar 16 Ilir di hari itu. Sebenarnya kita juga terkendala soal parkir bagi pengunjung karena juga disini adalah ruang terbuka hijau. Jadi memang agak susah untuk menyediakan parkir khusus pengunjung museum," ujarnya.
Sejarah Monpera
Pembangunan monpera merupakan keinginan para sesepuh pejuang kemerdekaan RI di Sumsel yang tergabung dalam legiun veteran.
Keinginan itu disampaikan dalam rapat LVRI 2 Agustus 1970.
Monumen selesai pada tahun 1988 masa gubernur Sainan Sagiman.
Peresmian Monpera dilakukan Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra saat itu) tanggal 23 februari 1988.
Biaya yang dihabiskan mencapai Rp 1,182 miliar dengan sebagian bersumber dari APBD Sumsel.
Bangunan Monpera berbentuk menyerupai melati bermahkota lima.
Filosofinya, melati putih melambangkan kesucian hati para pejuang dalam membela proklamasi dam kemerdekaan.
Sisi lima melambangkan lima daerah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumsel (SUBKOSS).
Meliputi keresidenan Lampung, Palembang, Jambi, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung.

Koleksi Monpera
1. Sekitar ada 178 buah foto-poto perjuangan meliputi peristiwa dan kenangan
2. Tersimpan replika senjata yang dipergunakan saat perang dirampas dari Jepang. Kendati sebagian Indonesia membuat sendiri, seperti pistol, juki kanju, fiat, teki danto, meriam sunan, meriam kecepek, sten, MK IV, doublekop, pedang sabil, anjau darat dan lain-lain.
3. Mata uang tiga zaman yaitu VOC, Jepang dan Republik (original)
4. Koleksi buku perpustakaan dengan materi perjuangan dan buku umum berbagai judul kurang lebih 568 buah.
5. Patung-patung pahlawan: dr A K Gani, drg M Isa, H Abdul Rozak, Bambang Utoyo (Jend. Purn), Hasan Kasim (Brigjen. Purn), Harun Sohar (Letjen. Purn) dan H Barlian (Kol. Purn).
6. Koleksi pakaian tentara yang digunakan saat masa perjuangan.
7. Lukisan peristiwa peperangan ukuran besar sebanyak tiga buah.
Jadwal kunjungan setiap hari kecuali libur nasional dengan waktu kunjung pukul 08:00-16:00 WIB Senin-Kamis, Jumat ada jeda istirahat mulai 11:30-13:30 WIB, dan Sabtu- Minggu hanya sampai pukul 15:00 WIB.
Desain
Bangunan pintu gerbang Monpera, terbangun dari enam cagak beton yang berdiri kokoh dengan masing-masing sisi bertautan tiga cagak kiri dan kanan yang melambangkan satu kesatuan wilayah pertahanan.
Di atas dua cagak beton utama terdapat bunga seruni yang menjadi ciri khas Sumsel khususnya Palembang dan wilayah sekitar.
Di halaman depan ada tugu gading gajah tunggal yang menunjukkan bahwa hewan ini adalah penghuni hutan belantara Sumsel dan melambangkan pepatah: gajah mati meninggalkan gading dan tak ada gading yang tak retak.
Dalam monpera ada relief perang lima hari lima malam di Palembang.
Bentuk bangunan
Memiliki tinggi 17 meter, 8 lantai dan jumlah jalur dan bidang berjumlah 45 melambangkan kemerdekaan 17-8-1945.
Jumlah jalur ada 9 pada sisi kiri ada tiga, sisi kanan dan belakang juga masing-masing tiga.
Maknanya, kebersamaan di Palembang mengenai "batang hari sembilan" di Palembang dan di Jambi "Pucuk Jambi sembilan lurah" Dan di Lampung "Abung Siwou Migou".