Berita Palembang

Mengintip Proses Pembuatan Bubur Asyura, Butuh 30 KG Daging, Tradisi Setiap 10 Muharram di Palembang

Seperti pada peringatan 10 Muharram di tahun-tahun sebelumnya, Majelis Raudhatul Ilmi menggelar doa bersama dan membagikan bubur Asyura kepada jemaah

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM/AGUNG DWIPAYANA
Proses pembuatan bubur asyura di Palembang 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dalam rangka memperingati hari 10 Muharram bulan pertama tahun 1.442 Hijriah, umat Islam di Palembang punya cara tersendiri untuk merayakannya.

Melalui doa dan serangkaian kegiatan ibadah lainnya, masyarakat berharap berkah dari Allah SWT.

Seperti pada peringatan 10 Muharram di tahun-tahun sebelumnya, Majelis Raudhatul Ilmi menggelar doa bersama dan membagikan bubur Asyura kepada jemaah dan warga.

"Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 10 Muharram bagi-bagi bubur Asyura, sedekah kepada warga," kata Ustaz Muhammad Rizki Aidil Fitri, putra pendiri Majelis Raudhatul Ilmi, almarhum KH Ahmad Taufik Hasnuri kepada TribunSumsel.com, Sabtu (29/8/2020).

INFO PDAM Tirta Musi, 2 September Distribusi Air Disetop Sementara, Ini Jadwal dan Wilayah Terdampak

Saat ditemui di kediamannya di Jalan Ki Kemas H Abdullah Azhari, Kelurahan 12 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) II, Ustaz Rizki, begitu ia biasa disapa jamaah, sedang sibuk mempersiapkan bubur Asyura.

Bubur Asyura itu dibuat menggunakan 30 kilogram daging sapi, 50 kilogram bawang putih dan 50 kilogram bawang merah.

Kemudian, menggunakan 50 kilogram kentang dan 100 kilogram beras.

Seluruh bahan itu dimasak dijadikan satu dalam sebuah dandang berukuran besar.

"Kita memasak 1.500 porsi bubur untuk dibagikan ke warga dan jamaah kita. Tapi siapapun boleh menikmati bubur Asyura ini," ujar Ustaz Rizki.

Sejak ba'da Subuh, beberapa warga telah sibuk mempersiapkan pembuatan bubur ini.

Butuh waktu sekitar 4 jam untuk memasak bubur Asyura ini.

Aneh Tapi Nyata, Babi Hutan di Muratara Buntuti Warga Pulang ke Rumah, Tak Mau Pergi Sampai Nangis

"Begitu selesai, bubur langsung dibagikan kepada warga. Kita tidak mengundang banyak orang seperti tahun-tahun lalu karena memperhatikan protokol kesehatan. Bubur dibagikan ke rumah-rumah warga. Kalau ada yang lewat dan ingin makan bubur Asyura, silakan mampir," terang Ustaz Rizki.

Pembagian bubur Asyura pada hari di tanggal 10 Muharram tahun ini diakui Ustaz Rizki terasa berbeda karena tanpa kehadiran sang ayah sekaligus guru, KH Ahmad Taufik Hasnuri yang wafat pada 14 November tahun lalu.

Ia berharap, tradisi yang dimulai sang ayah sejak 30 tahun lalu ini dapat membawa berkah dan mendatangkan rahmat dari Allah SWT bagi pendiri dan segala segenap pengurus Majelis Raudhatul Ilmi.

"Insyaallah tradisi ini berjalan setiap tahun dan kita berdoa supaya mendapat berkah dan rahmat dari kegiatan majelis ini. Tak lupa, kita sama-sama berdoa agar pandemi Corona ini segera berakhir. Amin," kata Ustaz Rizki.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved