Tembaki Jemaah di Masjid Selandia Baru, Brenton Tarrant Dihukum Seumur Hidup, Terdakwa Ucapkan Ini

Hakim Mander melanjutkan, teroris berkebangsaan Australia itu sama sekali tak punya empati kepada para jemaah yang tengah melaksanakan Shalat Jumat.

Editor: Weni Wahyuny
AFP PHOTO/POOL/JOHN KIRK-ANDERSON
Brenton Tarrant 

Jaksa penuntut mengatakan kepada pengadilan bahwa Tarrant ingin menanamkan ketakutan pada orang-orang, yang dia gambarkan sebagai penjajah dan bahwa dia dengan cermat merencanakan serangan untuk menyebabkan pembantaian maksimal. Sementara, siaran langsung oleh media dari ruang sidang dilarang.

Keluarga korban

Sebagian besar korban Tarrant berada di masjid Al Noor, termasuk Mucaad Ibrahim.

Dia membunuh 7 orang di masjid Linwood.

Daftar korban penembakkan kemungkinan akan lebih tinggi, jika bukan karena Abdul Aziz Wahabzadah, yang keberaniannya dipuji oleh Hakim Pengadilan Tinggi Cameron Mander pada Rabu, karena ia telah menghadapi Tarrant di masjid Linwood.

Setelah tembakan terdengar di masjid, Aziz menyerang Tarrant di luar, melemparkan mesin kartu bank ke arahnya, dan melepaskan tembakan, ketika pria bersenjata itu kembali ke mobilnya, yang terdapat senjata bertenaga tinggi, amunisi, dan perangkat pembakar.

"Saya tidak ingin dia masuk ke dalam masjid karena saat itu ada 80-100 orang yang shalat," kata Aziz dalam pengadilan pada Rabu.

Aziz berlindung, dan melewati mobil yang diparkir, untuk menghentikan Tarrant mendapatkan bidikan yang tepat sasaran.

Rencana Tarrant gagal, dia pergi dengan cepat dengan mobilnya dan ditahan dalam perjalanan ke masjid ketiga.

Ahad Nabi, yang kehilangan ayahnya yang berusia 71 tahun karena serangan itu, menatap sakit hati terhadap Tarrant.

Kemudian, memberikan pernyataan yang menggebu-gebu, menuntut agar Tarrant "tidak pernah bebas" atas tindakannya yang pengecut pada 15 Maret 2019.

“Kamu lemah, seekor domba dengan jaket serigala hanya 10 menit sepanjang hidupmu,” kata Nabi, mengacu pada penembakan Tarrant yang mengamuk.

Sara Qasem, putri dari korban Abdelfattah Qasem, mengatakan dia akan merindukan aroma masakan saus dari kebun ayahnya dan ingin mendengar ceritanya tentang "pohon zaitun di Palestina".

"Anda membuat pilihan di sini, pilihan yang sadar, bodoh, tidak bertanggung jawab, berdarah dingin, egois, menjijikkan, keji, jahat," caci Qasem, kepada Tarrant, yang duduk dan dikelilingi oleh petugas.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Brenton Tarrant, Teroris Penembakan Masjid Selandia Baru, Dihukum Seumur Hidup dan Pesan Seorang Ayah kepada Pembunuh di Masjid Selandia Baru: "Keadilan Sejati" Menantimu di Akhirat

Sumber: Kompas
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved