Berita Palembang
Jauh-jauh Datang dari Garut untuk Dagang Bendera di Palembang, Pria Ini Keluhkan Sepi Pembeli
Dengan berdagang sejumlah aksesoris berupa bendera atau umbul- umbul yang berkaitan dengan NKRI, pedagang berharap ada keuntungan.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Momen hari kemerdekaan RI yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus selalu dimanfaatkan warga untuk meraup rezeki.
Dengan berdagang sejumlah aksesoris berupa bendera atau umbul- umbul yang berkaitan dengan NKRI, pedagang berharap ada keuntungan.
Namun semenjak terjadinya penyebaran virus Covid-19, para pedagang musiman tersebut harus gigit jari, karena harapan meraup rezeki melimpah sulit terealisasi.
• BREAKING NEWS : Seorang Pria Tewas Ditikam di Jembatan Musi IV Palembang, Disaksikan Anak Kandung
Hal tersebut diungkapkan, Bentar (50) warga asli Garut provinsi Jabar, yang harus meninggalkan keluarga untuk berjualan di kota Palembang sejak 28 Juli lalu.
Di mana sejak berjualan di pelataran Gedung DPRD Sumsel, omzetnya turun drastis 50 persenan.
"Sekarang omzet jualan turun 50 persen, kalaupun ada yang laku terjual dalam sehari, paling untuk makan dan ngopi saja," kata bapak dua anak ini.
Diakui pria yang sudah berjualan musiman bendera di kota Palembang sejak 2007 lalu, awal- awalnya dalam sehari, omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta.
• HARI INI Cair, Besaran Gaji ke-13 PNS, TNI, Polri, dan Pensiunan
• Kami Lihat Polisi Digituin Ikut Merasa Sakit, Brutal Oknum Ormas Bubarkan Acara Pernikahan di Solo
Namun saat ini, untuk mendapatkan omzet sebesar Rp 500 ribu sangat sulit.
"Kalaupun laku atau terjual sampai Rp500 ribu, keuntungan hanya kecil, mengingat barang- barang yang kita jual ini biasanya join dengan pemilik modal berapa ngasih harga, dan jika barang tidak laku kita harus ganti," tandas pria yang selama ini kerja serabutan (proyek) di kampungnya sehari- hari.
Dijelaskan Bentar, ia merantau ke Palembang bersama 3 rekannya dari Garut, yang sebelumnya 10 orang dan mereka semua hanya menjual barang- barang yang dimiliki pemodal.
"Semenjak Covid-19 ini, kita tidak bisa meminjam modal ke perbankan, karena dipending semua, jadi mau tidak mau harus begini," ucap Bentar berharap mendekati 17 Agustus akan banyak pembeli nantinya.
• Pegawai KPK Berubah Status jadi ASN, Ketua WP KPK : Dampaknya Bagi Independensi
Untuk produk yang ia tawarkan, semuanya berasal dari garut, dengan harga mulai dari Rp 25 ribu untuk umbul- umbul, dan yang paling mahal background saten seharga Rp 300 ribuan.
"Yang banyak beli umbul- umbul dan bendera, kalau background saten biasanya perkantoran yang beli, tapi sekarang lagi sepi," bebernya.
Hal senada diungkapkan Fadil (35), warga Palembang ini terpaksa berjualan bendera, karena ia baru mengalami PHK dari perusahaan bekerja. Namun, apa mau dikata, harapannya bisa meraih rezeki melimpah, nyatanya jualannya sepi.
"Sepi mas, belum tentu setiap hari ada yang beli. Kadang kosong," pungkas Fadil.