Berita Pendidikan

Nadiem Makarim Wacanakan Pembelajaran Jarak Jauh akan jadi Permanen, Ini Reaksi Komisi V DPRD Sumsel

Diterangkan Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumsel ini, pemerintah khususnya Mendikbud, harus menyiapkan langkah- langkah kedepan, termasuk kepastian akses

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Weni Wahyuny
ARIF BASUKI ROHEKAN/TRIBUNSUMSEL.COM
Wakil ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs Saiful Padli 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG --- Wacana Mendikbud Nadiem Makarim soal metode pembelajaran jarak jauh menjadi opsi permanen kedepan, mendapat reaksi dari komisi V DPRD Sumsel yang membidangi masalah Kesra dan pendidikan.

Menurut Wakil Ketua  Komisi V DPRD Sumsel Mgs Saiful Padli, pihaknya tidak keberatan jika sistem atau metode pembelajaran jarak jauh atau daring hanya jangka pendek, untuk menyesuaikan dengan kondisi masih pandemi virus corona atau Covid- 19 saat ini.

"Memang kondisi pandemi Covid-19 ini, hingga saat ini belum ada kepastian kapan berakhirnya sehingga pemerintah akan berusaha mempermanenkan belajar jarak jauh, agar tidak menimbulkan klaster baru penyebaran Covid dari sekolah, dan saya setuju agar anak- anak belajar secara daring (dalam jaringan). Tapi kedepannya, jika pandemi ini sudah berakhir, maka ini harus dipikirkan juga," kata Saiful, Jumat (3/7/2020).

Diterangkan Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumsel ini, pemerintah khususnya Mendikbud, harus menyiapkan langkah- langkah kedepan, termasuk kepastian akses ini bisa dinikmati anak- anak sekolah yang ada di Indonesia

"Meski saat ini kita setuju, tetapi juga dipikirkan untuk kedepan, belajar jarak jauh secara permanen saya rasa belum bisa diterapkan di seluruh Republik Indonesia, khususnya didaerah- daerah yang masih sangat jauh dari teknologi, ataupun fasilitas internet serta juga kesiapan dari sekolah tersebut," tandasnya.

Selain itu, permasalahan listrik juga harus dipikirkan, karena jadi pertanyaan apakah masyarakat yang berada dipelosok negeri termasuk di Sumsel, sudah menikmati aliran listrik yang ada.

"Termasuk listrik dan internet, apakah sudah merata diseluruh RI, maka pemerintah harus memperhatikan hal tersebut. Kalau untuk perkotaan okelah, tapi kalau didaerah pelosok masih jauh dari jaringan internet dan listrik. Jadi jaminannya apa untuk masyarakat kedepan," pungkasnya.

Sebelumnya, meski sudah memasuki era new normal dan Tahun Ajaran, belum ada tanda-tanda jika sekolah akan segera dibuka untuk menjalani Proses Belajar Mengajar seperti biasa.

Sebab, seiring dengan pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang hingga masih cukup tinggi kasusnya, maka metode pembelajaran jarak jauh menjadi opsi.

Meski banyak yang protes terutama dari mahasiswa, namun metode pembelajaran jarak jauh sepertinya menjadi opsi terbaik agar tidak ada klaster baru dari sekolah-sekolah karena penularan Covid-19.

Selain itu, Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan, jika sistem atau metode pembelajaran jarak jauh juga akan menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

Peluang metode pembelajaran jarak jauh ini akan menjadi permanen sangat besar, karena Nadiem Makarim sudah mulai berbicara masalah analisis Kemendikbud soal pentingnya memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar.

Apalagi di tengah pandemik Covid-19. 

Maka itulah,  yang perlu diperhatikan dari metode pembelajaran jarak jauh ini adalah sistem dan aplikasi teknologi yang sesuai dengan sistem metode pembelajaran jarak jauh.

Dijelaskan oleh Nadiem Makarim seperti dilansir oleh Kompas.com dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI, Kamis (2/7) bahwa, Pembelajaran jarak jauh lebih kepada hybrid model dan juga ada adaptasi teknologi yang akan diterapkan.

“Ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem.

Adapun pemanfaatkan teknologi menjadi perhatian, karena modeling dari metode pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan modeling, seperti misalnya secara daring, tetapi memberi kesempatan bagi guru dan murid untuk mengembangkan metode pembelajaran jarak jauh gabungan tatap muka dan daring yang bisa menunjang pelajaran.

Maka itu menurut Nadiem, ada kesempatan untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model.

“Atau school learning management system itu potensinya sangat besar," tutur Nadiem, dilansir dari Kompas.

Hal inilah yang mendapatkan protes dari mahasiswa dan bahkan Nadiem disebut dalam tagar dicari mahasiswa. Namun dia menjelaskan bahwa metode pembelajaran jarak jauh nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19.

Namun Nadiem Makarim bergeming, ia menilai, para guru dan orangtua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.

"Walau sekarang kita semua kesulitan beradaptasi dalam PLJ, tapi belum pernah dalam sejarah Indonesia kita melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang bereksperimen dan orangtua juga bereksperimen beradaptasi dengan teknologi," ucapnya.

"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," kata Nadiem.

Nadiem juga menilai KBM jarak jauh membuktikan semua itu. Terbukti dari guru, murid, serta orang tua yang bersama-sama mencoba beradaptasi serta bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.

Maka itulah dia pun menjelaskan KBM jarak jauh memang masih menyisakan sejumlah kekurangan yang wajib dievaluasi, dan belum semua komponen bisa memetik pembelajaran dengan baik. Hanya saja hal ini dipandangnya sebagai tantangan untuk bisa semakin diperbaiki ke depannya.

"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," pungkas Nadiem.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved