Berita Palembang
Cerita Owner Mie Soker Palembang Bertahan di Tengah Pandemi, Segera Panggil Karyawan yang Dirumahkan
Sukirno mengatakan dalam waktu dekat jika kondisi sudah benar-benar normal dan omset stabil, pekerja yang dirumahkan akan kembali dipanggil untuk beke
Penulis: Hartati | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pandemi Covid-19 membuat sejumlah pelaku usaha berpikir keras agar bisa bertahan karena turunnya daya beli masyarakat.
Salah satunya dengan mengurangi produksi karena turunnya permintaan.
Sukirno, Owner Mie Soker mengatakan terpaksa mengurangi produksi karena turunnya permintaan bakso dan mie ayam.
Sejak ramadan, omset turun drastis hingga lebih dari 50 persen, sehingga untuk menekan biaya produksi terpaksa menyesuaiakan dengan permintaan.
• GRATIS Buat dan Perpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM) di Polrestabes Palembang, Berlaku hanya 1 Juli
Biasanya ratusan kilo terigu yang diolah jadi mie per hari saat normal, terpaksa dikurangi menjadi separuhnya saja.
"Saat Ramadan kita tutup sebulan penuh karena sepi sehingga memilih tutup," ujarnya, Rabu (24/6/2020).
Sukirno mengatakan meski bakso dan mie ayam cemilan favorit, namun karena daya beli masyarakat turun membuat omset juga terdampak.
Akibatnya juga berdampak pada karyawan.
Sukirno terpaksa harus merumahkan dulu lima orang karyawannya dari puluhan karyawan yang dia miliki.
Saat permintaan turun dan masa PSBB lalu, Sukirno hanya mengandalkan penjualan via daring dan masyarakat yang datang langsung membeli dibungkus.
Itu juga tidak maksimal.
• Seorang Ibu Lompat ke Sungai Belakang Rumah, Berenang Selamatkan Diri dari Kebakaran di Ogan Ilir
• Tangis Pilu Korban Kebakaran di Dekat Pegayut Ogan Ilir, Dengar Suara Ledakan: Rasanya Sekejap Mata
"Alhamdulilah saat new normal ini mulai terlihat adanya kenaikan permintaan walau tidak sebanyak seperti sebelum Pandemi," ujarnya.
Sukirno mengatakan dalam waktu dekat jika kondisi sudah benar-benar normal dan omset stabil, pekerja yang dirumahkan akan kembali dipanggil untuk bekerja.
Saat omset turun, Sukirno enggan menurunkan harga jual.
Baginya, kualitas tetap nomor satu, sehingga tidak mungkin menurunkan harga karena bahan yang dia gunakan berkualitas.
Kalau diganti bahan seadanya nanti akan merusak citra yang sudah dia bangun selama ini.
Oleh sebab itu dia lebih memilih mengurangi produksi daripada banting harga dengan promosi.