Pentingnya Asupan Gizi di 1.000 Hari Pertama untuk Cegah Stunting

Lebih lanjut ia mengatakan, meskipun sudah ada penurunan namun masih harus mencapai target di bawah 20 persen.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Weni Wahyuny
Shutterstock
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan meningkatnya jumlah orang miskin di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan (Sumsel).

Akibatnya daya beli masyarakat rendah dan masyarakat banyak berpikir asal kenyang tanpa memperhatikan kandungan nutrisi. 

Padahal bagi orang tua penting memberikan asupan gizi kepada anak di 1000 hari pertama kehidupan.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. 

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel H. Fery Fahrizal, SKM, MKM saat Webinar dengan tema Lindungi Anak Indonesia dari Stunting di Masa Pandemi Covid-19 melalui virtual yang diadakan YAICI dan Majelis Kesehatan PP Aisyiyah mengatakan, bahwa pencegahan stunting ini juga menjadi prioritas nasional. 

"Dengan target di tahun 2023 kita harus menurunkan sampai 14 persen prevelensi stunting. Dari hasil riset kesehatan tahun 2018 di Sumsel berada di 25,9 - 48,1 persen. Tetapi kemudian dari hasil survei Alhamdulillah sudah ada penurunan dengan range 17-41 persenan," kata Fery, Senin (22/6/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan, meskipun sudah ada penurunan namun masih harus mencapai target di bawah 20 persen.

Maka perlu pemantauan dari berbagai pihak mulai dari Posyandu dengan mencatat tumbuh kembang anak dari berat badan, tinggi badan dan lain-lain.

Dan ini diharapkan dilaporkan secara elektronik. 

"Mencegah stunting ini juga harus dilihat langsung apa penyebabnya. Maka asupan gizi di 1000 hari pertama harus dipenuhi. Pastikan ibu hamil mendapatkan asupan gizi yang memadai. Lalu bayi baru lahir juga perlu dipastikan diberikan gizi yang cukup," pesannya.

Sementara itu Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Dra. Chairunissa. M.Kes mengatakan, bahwa penyebab stunting itu multi dimensi dan yang paling penting itu di 1000 hari pertama kehidupan. 

"Penyebabnya seperti gizi buruk, kurang pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, terbatasnya layanan kesehatan, praktik pengasuhan yang tidak baik, kurang akses air bersih dan sanitasi," jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di 2019 terhadap 2.700 responden bahwa masih ada kebiasaan mengkonsumsi susu kenatal manis. Padahal dari kandungan gizi nya jelas susu kental manis ini banyak mengandung gula. 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, bahwa selama ini masih banyak yang beranggapan bahwa SKM itu sebagai susu, makanya tak sedikit orang tua yang akhirnya memberikan SKM untuk dikonsumsi untuk anak dan balita.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved