Kumpulan Cerita Rakyat
Kumpulan Cerita Rakyat: Legenda Pulau Kemaro yang terkenal di masyarakat (Palembang) Sumatra Selatan
Pulau Kemaro adalah sebuah tempat wisata yang ada di Palembang Sumatera Selatan. Untuk mengunjungi tempat wisata itu, anda harus naik speadboat karen
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kumpulan Cerita Rakyat: Legenda Pulau Kemaro yang terkenal di masyarakat (Palembang) Sumatra Selatan.
Pulau Kemaro adalah sebuah tempat wisata yang ada di Palembang Sumatera Selatan.
Untuk mengunjungi tempat wisata itu, anda harus naik speadboat karena Pulau Kemaro terletak di tengah-tengah Sungai Musi.
Tahukah kalian bahwa dibalik keindahan Pulau Kemaro terdapat Kisah yang sudah turun temurun?
Berikut Cerita Rakyat Legenda Pulau Kemaro yang terkenal di masyarakat Sumatera Selatan
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya, ada seorng raja yang bijaksana.
Raja yang bijaksana tersebut memiliki seorang anak perempuan yang cantik jelita bernama Siti Fatimah.
Suatu hari datanglah rombongan saudagar kaya raya dari tanah tiongkok yang dipimpin oleh Tan Bun An.
Rombongan tersebut datang dengan niat untuk melakukan pelesir menikmati keindahan tanah Sriwijaya.
Karena kecantikan Siti Fatimah, suatu hari Nakhoda kapal memberikan usul kepada Tan Bun An untuk menemui anak Raja yang Bijaksana tersebut.
Rombongan Tan Bun An datang dengan arak-arakan barongsai yang meriah menuju istana.
Mendengar kehebohan di depan istana, Siti Fatimah akhirnya keluar untuk melihat rombongan tersebut.
Fatimah terkesan dengan arak-arakan itu dan ingin bertemu dengan pimpinan rombongan.
Akhirnya Tan Bun An dan Siti Fatimah bertemu, saat bertemu tersebut tumbuhlah benih-benih cinta di antara ke duanya.
• Download Drama Korea (Drakor) The King: Eternal Monarch SubIndo Full Episode 1-16, Bisa Nonton di HP
Pada akhirnya Raja mengetahui hubungan mereka dan memanggil Tan Bun An untuk menghadap.
Saat menghadap Raja, Tan Bun An mengungkapkan isi perasaannya terhadap Siti Fatimah kepada Raja.
Mendengar pengakuan Tan Bun An, Raja memberikan dua syarat kepadanya.
Yang pertama mereka berdua harus tinggal di negeri ini, dan yang kedua Tan Bun An harus menyerahkan emas sebanyak sembilan guci.
Untuk syarat pertama Tan Bun An menyanggupinya karena sudah kepalang jatuh cinta kepada Siti Fatimah.
Lalu Tan Bun An mengirimkan burung merpati pos kepada orangtuanya di tanah Tiongkok untuk meminta emas sebanyak sembilan guci.
Beberapa hari kemudian datanglah balasan dari orangtua Tan Bun An yang menyetujui permintaan anaknya.
Untuk menghindari pencurian oleh perompak, orangtua Tan Bun An memasukkan sayur-sayuran busuk di atas guci yang berisi emas.
Namun setelah kapal dari orangtua Tan Bun An sudah sampai ke dermaga kerajaan, Tan Bun An marah besar karena hanya menemukan sembilan guci berisi sayuran busuk.
Tan Bun An marah besar kepada orangtuanya sehingga membuang guci-guci tersebut ke Sungai Musi.
Saat guci kesembilan hendak dilempar, Tan Bun An terpeleset jatuh lalu gucinya pecah.
• Nonton Drama Korea (Drakor) While You Are Sleeping Sub Indo Full Episode 1-16, Live Streaming di HP
Melihat guci yang sudah pecah belah dan ternyata berisi emas, ia kaget dan menyesal karena ternyata di balik sayur-sayuran yang busuk tersebut terdapat banyak emas yang dimintanya.
Karena menyersal Tan Bun An terjun ke Sungai Musi untuk mengambil kembali emas yang terbuang di Sungai Musi.
Melihat hal tersebut Fatimahpun ikut terjun untuk menyelamatkan emas-emas mereka.
Namun semenjak terjun, mereka tidak kunjung muncul kembali ke permukaan.
Di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah tersebut terjun, bertahun-tahun kemudian muncul endapan tanah yang terus meluas.
Karena endapan tanah semakin meluas akhirnya penduduk sekitar membuat masjid dan kelenteng untuk mengenang cerita mereka berdua
Selain versi di atas, ada satu versi lagi yang menyebar di masyarakat sebagai berikut:
Versi lain dari Cerita Rakyat Legenda Pulau Kemaro (Versi Tiongkok-Islam)
Pada zaman dahulu, datanglah seorang pangeran dari Negeri Cina, bernama Tan Bun An.
Ia datang ke Palembang untuk berdagang.
Suatu hari dia bertemu dengan anak seorang bangsawan yang bernama Siti Fatimah.
Tan Bun An langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah.
Mereka akhirnya menjalin kasih dan berniat untuk menikah.
Karena Siti Fatimah merupakan anak seorang bangsawan dari Palembang Darusalam, tentu saja keluarga Siti Fatimah merasa berat hati jika harus menerima lamaran dari Tan Bun An yang berbeda agama dan budaya dengan mereka.
Akhirnya Ayah Siti Fatimah meminta syarat yang sulit untuk menghindari pernikahan tersebut.
Ayah Siti Fatimah meminta tujuh guci berisi emas yang di datangkan langsung dari Tiongkok.
Namun tak disangka, tanpa ragu Tan Bun An langsung menyetujui dan mengabarkan kepada keluarganya secepat mungkin.
Mendengar kabar bahwa Tan Bun An menyetujui syarat tersebut Ayah Siti Fatimah terkejut dan pasrah terhadap apa yang akan terjadi.
Karena Palembang dan Tiongkok berjarak sangat jauh, keluarga Tan Bun An menutupi emas di dalam guci tersebut dengan sawi/sayur asin agar terhindar dari perompak.
Berbulan bulan diperjalanan, sayur sayur asin tersebut telah membusuk.
Tan Bun An marah melihat isi guci yang seharusnya berisi emas tetapi malah berisi sayur yang sudah membusuk dan berulat.
Tanpa berpikir panjang Tan Bun An langsung membuang guci guci tersebut ke dalam sungai.
Lalu guci terakhir terjatuh di atas dek dan pecah, alangkah kagetnya ia melihat ternyata di dalam guci tersebut terdapat emas.
Tanpa berpikir panjang lagi ia terjun ke dalam sungai untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya.
Seorang pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi kedua orang itu tidak kunjung muncul. Siti Fatimah akhirnya menyusul dan terjun juga ke Sungai Musi.
Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tersebut.
• Download Drama Korea (Drakor) You Are My Destiny SubIndoes Full Episode 1-20, Bisa Nonton di HP
Itulah Kumpulan Cerita Rakyat: Legenda Pulau Kemaro yang terkenal di masyarakat (Palembang) Sumatra Selatan.