Sebelum Meninggal, Yuli Mengaku Tak Makan Dua Hari. Kisah Pilu Keluarga Pemulung di Tengah Pandemi
empat anak dan suaminya yang seorang pemulung terpaksa hanya meminum air galon untuk mengganjal perut lapar mereka.
TRIBUNSUMSEL.COM, BANTEN - Cerita pilu warga yang kesulitan hingga kelaparan muncul di media sosial dan menjadi viral di tengah pandemi corona.
Bahkan warga terseut kini dikabarkan meninggal dunia setelah mengaku kelaparan karena tak makan dua hari.
Yuli (43) warga tersebut pernah mengakui kalau dia, empat anak dan suaminya yang seorang pemulung terpaksa hanya meminum air galon untuk mengganjal perut lapar mereka.
Sebelum meninggal dunia, Yuli sempat mengutarakan kesedihannya.
"Enggak makan dua hari, cuma diam saja, sampai saya sedih ya," kata Yuli sembari berlinang air mata.
"Anak empat. Ini yang paling kecil. Ini juga sampai sakit. Abah juga nyuruh, sabar ya," tutur dia pilu.

Kondisi sulitnya perekonomian keluarganya ini juga tak lepas dari situasi pandemi covid-19.
Suaminya yang seorang pemulung tak bisa bekerja selama pandemi.
Penghasilan sebesar Rp 25 ribu per hari yang biasa diterima keluarganya pun kini tak lagi ada.
"Jadi per hari dibayarnya. Kalau misalkan masuk Rp 25 ribu, kalau sakit enggak dikasih," ujar Yuli.
Yuli mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Belum ada, saya sudah ngajuin," ujar dia.
Tidak lama ia bercerita mengenai kisah hidupnya Yuli kemudian dikabarkan meninggal pada Senin (20/4) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Pagi segar, sehat. Tidak ada keluhan. Karena ada pikiran kalau kata dokter. Mungkin banyak orang yang ngomongin," kata sang suami, Mohamad Holik saat ditemui di rumah duka.
Rochman Setiawan, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu langsung dengan almarhumah, mengaku kaget mendengar Yuli meninggal.
Dia mengaku baru memberikan bantuan pada Senin sekitar pukul 10.00 WIB.

"Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yuli enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung dimakan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yulie) meninggal dunia," kata Rochman.
Pihak Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, mengaku tak yakin keluarga di wilayahnya tersebut menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang.
"Dua hari enggak makan saya sendiri enggak percaya juga, ya. Karena saya dapat informasi beliau masih makan," kata Lurah Lontar Baru, Dedi Sudradjat.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang Hari Pamungkas merespons kabar meninggalnya Yuli, warga Serang, Banten tersebut.
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari.
Yuli tiba-tiba tak sadarkan diri dan dibawa ke Puskesmas. Namun pihak rumah sakit belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Yuli.
Suami Yuli, lanjut Hari, sempat mengatakan istrinya tak memiliki riwayat sakit apa pun.
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter," kata dia.
Menurutnya usai pemberitaan mengenai keluarga Yuli yang kelaparan, pemerintah memberikan bantuan.
"Sebelumnya kan di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon, keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," tutur dia.
Pemkot Serang mengklaim telah berupaya maksimal merespons keluhan masyarakat Serang.
"Kami memiliki keterbatasan, kami butuh semua pihak, kami enggak bisa kerja sendiri, butuh semua elemen untuk bekerja sama saling support. Jangan lagi ada saling menyalahkan, sama-sama kita lagi ikhtiar menyelesaikan masalah pandemi ini," kata dia.(Tribun Network/coz/kps/wly)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KIsah Pilu Keluarga Pemulung Meninggal karena Kelaparan, Tak Ada Stok Makanan di Rumah