Masker Kain Khas Palembang Banyak Diminati Pelanggan, Dijual Online

Saat wabah Covid-19 terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) khususnya di Palembang, para pengusaha di Palembang tetap berupaya bertahan

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
ISTIMEWA
Owner Rumah Busana Tria, Tria Gunawan saat melihat para pekerjanya membuat masker. 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Saat wabah Covid-19 terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) khususnya di Palembang, para pengusaha di Palembang tetap berupaya bertahan dan survive dalam kondisi saat ini.

Untuk itu berbagai cara mereka lakukan seperti yang dilakukan oleh Rumah Busana Tria yang kini beralih turut memproduksi masker yang dijualnya secara online melalui media sosial Instagram dengan nama @rumahbusanatria.

Selain itu juga bisa order melalui WhatsApp dengan kontak 0821 7503 4828. Sedangkan untuk store nya ada di Jalan Anggrek Blok E11 (Samping TVRI).

"Di saat kondisi seperti ini saya tetap berusaha agar karyawan tetap berpenghasilan," kata Owner Rumah Busana Tria, Tria Gunawan saat dibincangi Tribun Sumsel, Rabu (15/4/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa untuk saat ini ia memproduksi produk-produk yang dibutuhkan masyarakat seperti membuat masker, membuat hand sanitizer dan juga dalam waktu dekat akan membuat alat pelindung diri (APD).

Menurut Tria, keputusan untuk membikin masker ini lantaran pasca Sumsel ditemukannya kasus suspect Covid-19, sehingga masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan.

"Bahkan beberapa hari sejak diumumkannya di Sumsel ada positif Covid-19 sepi yang belanja ke toko. Untuk itu kita tetap berupaya berjualan melalui online. Sebab melalui online inilah pangsa pasarnya masih besar," ungkapnya.

Awalnya ia semapat resahkan, karena karyawan tidak bisa bekerja dan tidak ada orderan. Padahal, dirinya telah menyiapkan bahan di gudang yang cukup banyak untuk persiapan orderan baju lebaran yang selalu melonjak setiap tahunnya.

"Awalnya saya sempat bingung mau gimana. Karena kalaupun tetap produksi pakaian tapi tidak ada yang beli kan sayang. Sedangkan kalau tidak produksi karyawan nggak ada kerjaan. Karena mereka sistemnya kerja menjahit dulu baru dapat upah," ungkapnya.

Ia pun membeberkan, untuk total ada 38 pekerja yang terdiri dari penjahit, pewarna, pemotong, bordir, toko, pemasaran dan finishing. Tadinya sempat pula mau menerapkan sistem shift. Tapi ini juga rasanya tidak bisa sebab tidak ada yang di kerjakan.

"Tapi, Allah punya cara lain untuk memberikan rezeki bagi pekerja. Saya melihat dari media bahwa Indonesia ini masih kekurangan masker, sehingga saya pun terfikirlah untuk membuat masker," ceritanya.

Beranjak dari situ, dirinya memutuskan untuk membikin masker kain. Awalnya bikin sedikit dulu kemudian di posting di Instagram dan WhatsApp story. Ternyata banyak yang berminat dan pesan.

Apalagi saat ini untuk mendapatkan masker sangat sulit. Ditambah pemerintah mewajibkan menggunakan masker dan membatasi untuk aktivitas di luar. Jadi jual masker secara online ini sangat efektif dan membantu.

"Dalam sehari karyawan mampu bikin 300 masker. Satu pegawai bisa bikin 15 masker. Untuk membuat masker ini butuh waktu cukup lama sekitar 20 menit. Mengingat prosesnya agak rumit, sebab ada belokan dan tidak lurus," katanya.

Saat ini, Rumah Busana Tria sedang mengejar pembuatan pesanan masker yang berasal dari instansi pemerintah, BUMN, BUMD, perusahaan swasta dan lainya. Pemesanannya pun tidak hanya berasal kota Palembang tetapi banyak juga dari berbagai daerah seperti Jakarta dan lain-lain.

"Untuk bahan yang digunakan katun lapis katun Paris. Ada dua pilihan ada yang polos dan ada yang motif jumputan. Harga satuannya Rp 25 ribu untuk yang jumputan dan yang polos tiga pics nya Rp 50 ribu. Masker ini motifnya bisa by request," bebernya.

Menurutnya, untuk masker yang diproduksinya sudah siap pakai karena sudah di sterilkan. Setelah dicuci dan dijemur, masker langsung di semprot cairan antiseptik ph 2,5 dan langsung di seterika dan dimasukan kedalam kemasan.

Tria menambahkan, bahwa pihaknya tetap melayani pembuatan baju lebaran. Pihaknya juga menyediakan masker yang sama dengan baju yang akan dibikin, sehingga baju dan masker samaan.

Jadi kalau yang mau order bisa langsung via Instagram ataupun WhatsApp. Bahkan kalau untuk pakaian ini juga ada website khusus https://rumah-busana-tria.business.site/.

"Dengan jual secara online pelanggan tidak perlu repot-repot datang ke toko. Barang bisa dipaketkan sesuai tujuan. Jadi cukup orde di rumah aja. Terlebih penjualan secara online ini jangkauannya juga cukup luas dan cocok digunakan saat ini," ungkapnya.

Sementara itu, laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) menunjukkan bahwa ekonomi digital yang saat ini tumbuh pesat, hanyalah sebagian kecil dari potensi Indonesia.

Pertumbuhan bakal makin melesat jika Indonesia bisa menanggulangi beberapa kendala yang dihadapi seperti keterbatasan talenta digital, pelaku usaha yang enggan menggunakan produk digital, hingga akses atas layanan finansial yang
rendah.

EV-DCI juga menggambarkan ada ketimpangan perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Skor daya saing digital Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pulau lain, sedangkan selisih skor antara Jakarta dengan provinsi lain di Jawa masih sangat besar.

Laporan dan data yang lengkap bisa diunduh di east.vc/dci. Dari data yang disajikan oleh EV-DCI, para pemangku kepentingan dan sektor publik dan sektor swasta bisa saling
membandingkan tingkat pemanfaatan teknologi digital di wilayah masing-masing.

Misalnya, bagi pemimpin di tiap daerah, dengan memanfaatkan indeks tersebut dapat semakin terpacu untuk berlomba menciptakan ekosistem yang terbaik bagi perkembangan ekonomi digital, baik lewat pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, maupun regulasi yang
tepat.

Bagi para pemain besar di industri teknologi Indonesia, EV-DCI bisa menjadi panduan untuk melangkah lebih jauh dari kota-kota besar ke seluruh pelosok Tanah Air, untuk membantu lebih banyak bangsa Indonesia menikmati manfaat perekonomian digital.

Untuk mereka yang akan atau baru merintis bisnis, EV-DCI adalah sebuah peta peluang.
Laporan EV-DCI adalah upaya untuk memetakan perkembangan dan potensi ekonomi digital di penjuru Nusantara, mencakup data dari 34 provinsi dan 24 kota terbesar.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved