Lockdown di Italia dan India Rusuh, Banyak Warga Tak Cukup Uang Untuk Bertahan Hidup

Lockdown di Italia dan India Rusuh, Banyak Warga Tak Cukup Uang Untuk Bertahan Hidup

(STR/EPA-EFE)
Pekerja migran memadati terminal bus di perbatasan Uttar Pradesh dekat New Delhi, India, pada 28 Maret 2020. Pemerintah Uttar Pradesh telah menyediakan 1.000 bus untuk pekerja migran yang hendak pulang ke desanya, tapi jumlahnya tidak mencukupi. Ratusan di antara pekerja itu lalu memutuskan pulang jalan kaki karena tidak ada transportasi yang tersedia. Situasi ini terjadi di hari keempat India menerapkan lockdown, yang berlangsung selama 21 hari sesuai instruksi Perdana Menteri Narendra Modi. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Dua negara yaitu Italia dan India telah melakukan lockdown

Belum sampai seminggu lockdown diterapkan di India, kekacauan sudah terjadi di Negeri "Bollywood".

Ditutupnya pabrik-pabrik industri dan pembatasan transportasi umum, membuat sebagian besar pekerja migran terpaksa jalan kaki pulang ke desanya.

Mereka tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup, karena upahnya dibayar secara harian.

Rumah sakit pun ikut terkena dampaknya, dengan menipisnya stok masker N-95 serta Alat Pelindung Diri (APD).

India mencakup negara-negara bagian, yakni dengan banyaknya perbatasan yang ditutup.

Imbasnya adalah pergerakan warga yang terbatas, dan operasional sebagian besar transportasi umum yang terhenti.

Di New Delhi, beberapa bus masih beroperasi tapi hanya mengizinkan pemegang izin pemerintah untuk naik.

Sementara itu polisi dan paramiliter menghentikan kendaraan pribadi yang melintas.

Beberapa negara bagian seperti Bengala Barat dengan populasi lebih dari 90 juta, me-lockdown kota-kota besar tetapi tidak di pedesaan.

Kereta api India juga membatalkan semua layanan kecuali kereta kota dan kereta barang sampai 31 Maret.

Penerbangan internasional sudah dilarang beroperasi sejak seminggu yang lalu, sementara sekolah, fasilitas hiburan dan monumen seperti ikon Taj Mahal telah ditutup. 

Selain pembatasan transportasi, India juga menutup perkantoran dan pabrik-pabrik.

Akibatnya banyak buruh kehilangan pekerjaan dan tidak punya cukup uang, karena upah mereka dibayar secara harian.

Dilansir dari AFP, para buruh ini tinggal di apartemen yang sempit, bekerja berjam-jam untuk beberapa dollar sehari, dalam kondisi yang kerap tidak aman tanpa jaminan sosial.

Menurut statistik pemerintah India, setiap tahun ada lebih dari 9 juta buruh dari pedesaan yang merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka biasanya melamar di bidang konstruksi atau pabrik-pabrik.

Dampak lockdown India turut menerpa seorang suami, yang harus bersepeda sejauh 12 km untuk mengantar istrinya yang terluka.

Pria ini menggendong istrinya dari Bharat Nagar ke Kanganwal untuk mengobati luka istrinya akibat kecelakaan kerja.

Pria bernama Devdutt Ram itu mengaku tidak cukup uang untuk membayar ambulans, sehingga memutuskan untuk mengantar sendiri istrinya dengan sepeda. 

Dilansir dari Aljazeera, sejumlah rumah sakit menyatakan kelangkaan stok masker N-95 dan Alat Pelindung Diri (APD). Rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit di India adalah 0,7 untuk setiap 100.000 orang.

Italia Rusuh

Kerusuhan sosial dilaporkan meningkat dengan keresahan mulai dirasakan masyarakat Italia dampak lockdown yang diterapkan untuk mencegah virus corona.

Dalam laporan Sky News Minggu (29/3/2020), beredar berbagai video yang memperlihatkan warga putus asa meminta pertolongan karena kekurangan makanan dan uang.

Dengan lockdown yang sudah berjalan selama tiga pekan, Italia masih melaporkan banyak korban meninggal setiap harinya karena virus corona.

Terbaru berdasarkan data Sabtu (28/3/2020), Negeri "Pizza" mencatatkan 10.023 orang meninggal dengan lebih dari 90.000 lainnya terinfeksi.

Dengan progres penanganan yang belum membuahkan hasil, harapan dan kesabaran masyarakat mulai menipis. Begitu juga ekonomi yang melemah.

Kerusuhan itu terlihat dari video di Apulia, di mana seorang pria menelepon polisi karena bank tutup.

Dia pun tak bisa mengambil uang pensiun ibunya.

Dalam rekaman, pria tersebut berteriak kepada aparat karena satu-satunya pemasukan mereka tidak bisa diambil, dan mengaku keluarganya tak punya uang.

Bahkan, ibu laki-laki yang tak disebutkan identitasnya itu meminta polisi datang ke rumahnya, dan melihat bahwa mereka tidak punya uang. 

"Ketidaknyamanan meningkat. Kami juga mendapat laporan mengkhawatirkan protes dan kemarahan dieksploitasi para penjahat yang ingin mengacaukan sistem," ujar Orlando.

Dia mengatakan, semakin lama lockdown diterapkan, maka tabungan warga akan semakin menipis. Di saat itulah dia khawatir isu sosio-ekonomi bakal meningkat.

Conte sebelumnya sudah menjanjikan bakal menggelontorkan 25 miliar euro (Rp 450,3 triliun) bagi bisnis dan keluarga yang terdampak Covid-19.

Sejumlah kalangan mengaku masih menanti bantuan itu. Ada juga yang mengungkapkan mereka tak masuk dalam tenaga kerja teregistrasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lockdown Virus Corona di Italia, Masyarakat Resah dan Kerusuhan Sosial Meningkat", https://www.kompas.com/global/read/2020/03/29/164330670/lockdown-virus-corona-di-italia-masyarakat-resah-dan-kerusuhan-sosial?page=all.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Belum Sampai Seminggu Terapkan Lockdown, Kekacauan Terjadi di India", https://www.kompas.com/global/read/2020/03/29/171723070/belum-sampai-seminggu-terapkan-lockdown-kekacauan-terjadi-di-india?page=all#page4.
Penulis : Aditya Jaya Iswara
Editor : Aditya Jaya Iswara

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved