Antisipasi Virus Corona
Curhat Dokter Jaga di Aceh yang Tak Diberi Masker, Masker Cuma untuk Spesialis dan Perawat
Rumah sakit saja sampai kesulitan mendapatkan masker. Alhasil banyak dokter di Aceh curhat karena bekerja tak menggunakan masker.
TRIBUNSUMSEL.COM - Rumah sakit saja sampai kesulitan mendapatkan masker.
Alhasil banyak dokter di Aceh curhat karena bekerja tak menggunakan masker.
Sejumlah rumah sakit di Aceh saat ini mengalami kelangkaan masker.
Penggunaannya dibatasi sehingga tidak semua dokter dan perawat mendapatkan alat pelindung diri (APD) tersebut. Padahal, dokter dan perawat berisiko besar terpapar virus Corona.
Salah satunya di RSUZA Banda Aceh. Salah seorang dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyampaikan keluhannya kepada Anggota DPRA, dr Purnama Setia Budi SpOG.
Dalam chatingannya, dokter tersebut mengaku resah karena tidak diberikan masker saat melayani pasien. Masker hanya diberikan kepada dokter spesialis dan perawat.
“Kamoe resah that ka di RSUZA. Sebagai RS pendidikan, kamoe yang sabee menjadi pelayan utama, terutama saat jaga malam di IGD dan ruangan (Kami di RSUZA resah sekali. Sebagai rumah sakit pendidikan, kami yang selalu menjadi pelayan utama, terutama saat jaga malam di IGD dan ruangan),” tulis dokter jaga tersebut.
“Masker hana dibi sagai ke kamoe, yg na masker hanya untuk spesialis dan perawat (Masker sama sekali tak diberikan ke kami, masker hanya untuk dokter spesialis dan perawat),” sambungnya.
Padahal keberadaan dokter jaga di RSUZA sangat penting. Ia berani memastikan, tanpa adanya dokter jaga, RSUZA akan kewalahan menangani kegiatan pelayanan. “Kami manusia biasa juga yang tidak kebal dengan virus corona,” imbuhnya.
IGD sendiri, sebagaimana Surat Edaran (SE) Direktur RSUZA, merupakan salah satu daerah wajib penggunaan masker.
Selain IGD, daerah lainnya yang juga diwajibkan menggunakan masker adalah ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS), Respiratory High Care Unit (RHCU), dan Intensive. SE tersebut ditandatangani 24 Februari 2020.
Dokter jaga tersebut mengatakan, di dalam SE itu tidak ada larangan bagi dia dan rekan-rekannya menggunakan masker.Tetapi kenyataan di lapangan, saat ia memeriksa pasien, masker tidak diberikan. Saat ditanyakan, jawaban yang ia terima tidak ada stok..
“Kamoe that resah, krn menyoe na pasien tamong, kamoe sabee yg periksa awai, baro spesialis. Jadi resiko kamoe tertular Covid-19 that tinggi menyoe hana dibi masker lee rumoh saket (Kami sangat resah, karena kalau ada masuk pasien, kami selalu yang melakukan pemeriksaan awal, baru kemudian dokter spesialis. Jadi risiko kami tertular Covid-19 sangat tinggi kalau tidak diberi masker oleh rumah sakit),” tuturnya.
Keluhan lainnya juga disampaikan salah seorang perawat RSUZA kepada dr Purnama. Perawat tersebut menyampaikan ketakutannya jika nanti menjalani karantina selama 14 hari, sementara anaknya masih sangat kecil.
Ia meminta dr Purnama agar membantu dirinya agar bisa pindah ruangan.
“Bila na pasien yang positif corona, kami (perawat) akan dikarantina selama 14 hari tak boleh pulang. Tolong bang, sayang si adek masih kecil,” harap perawat tersebut.
Selain RSUZA, kelangkaan masker juga terjadi di Rumah Sakit Umum Meuraxa (RSUM) Banda Aceh dan di RSUD Kota Langsa. Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar, mengaku juga menerima keluhan dari tenaga medis dan paramedis. Mereka resah karena tak dilengkapi APD yang memadai seperti masker.
“Sebagai contoh, ada pasien yang ditangani itu baru pulang umrah, keluhannya batuk dan flu, tapi tenaga medis dan paramedis hanya punya masker biasa. Jadi sangat wajar mereka resah,” ucap Farid.
Informasi yang ia terima dari Dirut RSUM, pihak rumah sakit kewalahan memenuhi kebutuhan masker, karena meski sudah dipesan tetapi stok barang sedang kosong, sehingga akhirnya harus diupayakan model kain buatan tangan.
Seorang perawat di RSUD Kota Langsa saat dihubungi Serambi juga mengaku tak dilengkapi dengan masker saat bertugas.
“Jangankan APD (alat pelindung diri), masker aja nggak dikasih, katanya habis stok,” ucap perawat tersebut. “Sebenarnya jika ada pasien yang positif Corona, kamilah yang pertama tertular,” tambahnya lagi.
Menurut Purnama, berdasarkan pantauannya, kelangkaan masker ini memang terjadi di hampir semua rumah sakit di Aceh. Pihak rumah sakit menjatah pemakaian masker karena stoknya terbatas. Ia mengaku sangat prihatin, sebab dokter dan perawat adalah garda terdepan dalam penanganan virus Corona, dan berpotensi besar terpapar.
“Kita sangat berharap Pemerintah Aceh bisa menyediakan APD atau masker bagi mereka. Tidak hanya di rumah sakit rujukan, tetapi seluruh rumah sakit dan Puskesmas, karena di Aceh sudah ada beberapa pasien ODP/PDP (Orang Dalam Pemantauan dan Pasien Dalam Pengawasan) yang masuk melalui rumah sakit dan Puskesmas,” harap politisi PKS ini.
Untuk memenuhi kebutuhan masker itu, Pemerintah Aceh dia katakan, bisa menggunakan dana tanggap darurat Rp 50 miliar dan dana belanja tidak terduga sebesar Rp 118 miliar yang ada di APBA 2020. “Tetapi untuk menggunakan dana itu, syaratnya gubernur harus mengeluarkan SK penetapan bencana daerah,” saran Purnama.(yos)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Dokter Curhat tak Dilengkapi Masker, https://aceh.tribunnews.com/2020/03/19/dokter-curhat-tak-dilengkapi-masker?page=all.
Editor: bakri