Breaking News

Gajah Ngamuk di Muratara

Buat Suara Gaduh Untuk Hadang Gajah Liar Masuk ke Permukiman, Teror Gajah di Muratara

"Suara gaduh itu bertujuan untuk membuat gajah menjauh dari kita. Bunyikan saja itu dari jauh, bukan dengan mengusirnya secara langsung," ujarnya

Istimewa
Gajah mengamuk di kawasan perkebunan sawit milik warga di Desa Tanjung Raja, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Rusaknya perkebunan warga akibat ulah gajah liar kembali terjadi.

Kali ini terjadi di kebun sawit milik warga tepatnya di Desa Tanjung Raja, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) Sumatera Selatan.

Padahal dua pekan sebelumnya, gajah liar juga dilaporkan merusak perkebunan yang tak jauh dari lokasi tersebut.

Yakni di perkebunan sawit milik warga di Desa Air Bening, Mekar Sari dan Ketapat Bening, Kecamatan Rawas Ilir.

Terkait hal tersebut, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan dalam menyikapinya.

Kepala BKSDA Sumsel, Genman Hasibuan mengatakan tindakan tepat yang dilakukan saat melihat gajah liar memasuki pemukiman atau perkebunan warga adalah dengan tidak menggiring atau mengusirnya secara langsung.

Menggiring gajah liar biasa dilakukan warga dengan tujuan agar hewan besar tersebut pergi menjauh.

"Padahal seharusnya tidak seperti itu. Gajah biasa bergerak dan berpindah tempat. Kita jangan arogan untuk menggiringnya pergi.

Sebab ketika gajah bergerak dan manusia menghambat pergerakan itu, ya sudah pasti bisa timbul masalah," ujarnya saat dihubungi, Rabu (4/3/2020).

Genman membagikan beberapa langkah aman yang bisa dilakukan dalam menyikapi gajah yang masuk ke kawasan manusia.

Bila di siang hari, masyarakat bisa membuat bunyi-bunyian dari jauh bila melihat gajah liar mendekat.

Bisa dengan petasan ataupun meriam bambu yang memiliki suara nyaring bila dihidupkan.

"Suara gaduh itu bertujuan untuk membuat gajah menjauh dari kita. Bunyikan saja itu dari jauh, bukan dengan mengusirnya secara langsung," ujarnya.

Selanjutnya di malam hari, tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan memasang penerangan di sepanjang jalan yang diduga akan dilalui gajah untuk menerobos ke pemukiman.

"Bisa dengan obor, lampu gantung maupun alat penerang lain yang digunakan," ujarnya.

Dikatakan Genman, secara alami, naluri hewan liar tidak akan mendekat ke suatu wilayah yang dihuni oleh manusia.

Namun habitat yang telah rusak oleh pembukaan lahan maupun pemukiman warga, menjadi alasan mengapa sering terjadi gesekan antara manusia dan penghuni hutan.

"Secara naluri, hewan liar tidak akan mendekat ke kawasan yang dihuni manusia.

Dan seperti yang terjadi di Muratara baru-baru ini, gajah yang dilaporkan ke perkebunan warga sebenarnya bukan hendak merusak.

Melainkan gajah itu hanya lewat dan sambil makan disana. Dan mungkin jalur itu dulunya biasa dilewati gajah yang sekarang sudah jadi lahan pemukiman warga," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved