Dokter yang Juga Model Ini Kehilangan Izin Praktik Medis Gegara Pakaiannya Bikin Resah Pemerintah

Pemerintah Myanmar mencabut izin praktik Nang Mwe San sebagai dokter lantaran cara berpakaiannya dinilai kurang sopan.

Facebook/Nang Mwe San
Nang Mwe San - Gegara Rajin Posting Foto Seksi di Facebook, Izin Dokter Cantik Asal Myanmar Dicabut 

Dokter yang Juga Model Ini Kehilangan Izin Praktik Medis Gegara Pakaiannya Bikin Resah Pemerintah

TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang dokter cantik harus kehilangan izin praktiknya, hanya gara-gara sering berpakaian kelewat seksi.

Dokter cantik Nang Mwe San harus rela dicabut izin praktik medisnya hanya gara-gara kerap berpakaian sexy.

Pemerintah Myanmar mencabut izin praktik Nang Mwe San sebagai dokter lantaran cara berpakaiannya dinilai kurang sopan.

 

Dicopotnya izin praktik dokter Nang Mwe San ini bermula saat dirinya kerap mengunggah foto sexynya di media sosial.

Bahkan tak ragu dokter muda berusia 29 tahun memamerkan lekuk tubuhnya dengan balutan busana yang minim.

Siapa sangka aksinya tersebut mendapat sorotan tajam dari Pemerintah Myanmar.

Dokter Nang Mwe San
Dokter Nang Mwe San (Instagram/Nang Mwe San)

Perbuatan Nang Mwe San disebut sudah meresahkan pemerintah hingga akhirnya mengambil keputusan mencoba izin praktiknya sebagi dokter.

Dokter dan model tersebut pun tak terima atas keputusan pemerintah.

Dikutip dari The Star, Nang Mwe San (29) asal Myanmar telah bekerja sebagai dokter umum selama 5 tahun dan jadi model sejak 2017.

 

Dewan Medis Myanmar mencabut izin medis Mwe San karena dianggap gaya berpakaian bertentangan dengan budaya dan tradisi Myanmar pada Senin (3/6/2019).

Diketahui, Mwe San sering mengunggah fotonya memakai bikini dan pakaian terbuka di akun Facebook-nya.

Tetapi Mwe San mengatakan akan mengajukan banding atas putusan tersebut, Sabtu (15/6/2019).

Dokter Nang Mwe San
Dokter Nang Mwe San (Instagram/nangmwesan)

Dia menilai putusan tersebut menghalangi kebebasan pribadi dirinya.

Ia mengaku tak memakai pakaian tersebut saat bertemu pasien.

Serta tidak ada aturan khusus atau tidak ada batasan pada aturan berpakaian dalam etika medis.

"Saya juga tidak akan berpakaian seperti itu ketika saya menangani pasien.

"Keputusan ini tidak bisa diterima dan saya akan mengajukan banding terhadap dewan dalam waktu satu bulan," terangnya.

Artikel ini telah tayang di Wiken.ID dengan judul: Hanya karena jenis pakaian yang dikenakannya, seorang dokter umum sekaligus model ini harus kehilangan izin medisnya.

Tragis, Dokter Virus Corona Mati Kelelahan Karena 18 Hari Bekerja Tanpa Henti, Dianggap 'Teladan'
Tragis, Dokter Virus Corona Mati Kelelahan Karena 18 Hari Bekerja Tanpa Henti, Dianggap 'Teladan' (Oriental Daily | Twitter: Global Times)

Sementara itu berbeda dengan Nang Mwe San, seorang dokter di Wuhan justru harus berpulang setelah mendedikasikan dirinya merawat pasien virus corona.

Ia bukan hanya kehilangan pekerjaannya sebagai dokter namun juga kehilangan nyawanya sebagai seorang dokter.

Dilansir dari World of Buzz (14/2/2020), dilaporkan tewasnya dokter berusia 51 tahun ini memicu kemarahan publik ketika ia tewas setelah bekerja tak henti selama 18 hari berturut-turut.

 Pasien Pengidap Virus Corona di Korea Utara Ditembak Mati Setelah Kabur dan Mandi di Pemandian Umum

 VIRAL VIDEO Ribuan Gagak Terbang di Langit Kota Wuhan, China di Tengah Kekhawatiran Virus Corona

Foto dokter dan perawat yang kelelahan karena merawat pasien mengidap virus corona di China.
Foto dokter dan perawat yang kelelahan karena merawat pasien mengidap virus corona di China. (Oriental Daily)

Kemarahan publik China ini diawali oleh komentar dari sekretaris Partai Komunis China yang menyebut petugas medis berusia 51 tahun ini 'Teladan'.

Dalam komentarnya itu Partai Komuis China ini menyebut bahwa ia adalah 'Panutan dan teladan bagi petugas medis lainnya saat menangani virus corona'.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (12/2/2020), dokter tersebut dipuji karena "memimpin dengan memberi contoh - mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk pekerjaannya."

Dilansir dari Shanghaiist, dokter yang meninggal pada (7/2/2020) itu bernama Xu Hui.

Dia adalah wakil direktur terhormat Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Cina Nanjing.

Sejak politisi tersebut membuat pernyataan kontroversial tentang kematian Xu, pengguna sosial media banyak yang menyatakan kemarahan mereka.

 UPDATE Korban Virus Corona - Gadis Tega Tusuk Kakek & Bocah 12 Tahun Berebut Obat di Apotek China

 Pemakaman Kilat Korban Corona di China, Kantong Jenazah Dilarang Dibuka Hingga Lewati Jalur Khusus

Banyak dari pengguna sosial media mempertanyakan sistem medis yang mendorong dokter mati karena pekerjaan.

Beberapa warganet pun berkomentar:

“Jadi panutannya adalah mati? Anda akan kehilangan semua petugas medis dengan sangat cepat seperti itu."

“Siapa pun yang bekerja untuk tulang itu baik untuk siapa pun termasuk diri mereka sendiri di beberapa titik."

"Saya mengagumi dedikasinya tetapi saya berharap dia bekerja di lingkungan di mana karyawan dijaga juga."

"Mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk tetap sehat untuk merawat lebih banyak orang. "

Dalam komentar lain ada yang menuliskan:

"Panutan? Apakah kamu bercanda? Dia mati sia-sia! Dia bisa saja hidup untuk menyelamatkan lebih banyak orang. ”

 Jatuh Korban Tewas Virus Corona di Thailand, Singapura, Benarkah Indonesia Nihil? WHO Bongkar Fakta

 Cara Jitu Beritahu Anak-anak Soal Virus Corona, Jangan Ditakut-takuti Kematian, Pakai Metode Ini

Dokter Xu Hui tewas karena kelelahan menangani virus corona selam 18 hari berturut-turut.
Dokter Xu Hui tewas karena kelelahan menangani virus corona selam 18 hari berturut-turut. (Twitter: @globaltimesnews)

Bahkan netizen di sosial media China, Weibo, menolak untuk tetap diam tentang kematian Xu, mereka menuliskan:

"Mereka adalah manusia, bukan mesin. Mereka lelah,” suara salah satu warganet.

Kerja keras dan pengorbanan Xu Hui tidak akan pernah dilupakan oleh orang-orang yang dicintainya dan rekan-rekannya.

Meskipun demikian, budaya kerja keras sampai mati perlu berhenti dimuliakan.

Kita semua harus melakukan bagian kita dalam mendorong keseimbangan kehidupan kerja yang sehat.

Memang benar jika dokter yang meninggal karena dedikasinya merawat pasien virus corona tersebut patut dicontoh.

Namun kurang benar jika orang lain harus mengikuti jejaknya untuk tewas setelah bekerja 18 hari tanpa henti.

 Dilihat dari Satelit, Wuhan Kota Pusat Virus Corona Tampak Menyala, Ilmuwan: Akibat Kremasi Mayat

 Mati Sia-sia! Pria Ini Bunuh Diri Usai Mengira Terinfeksi Virus Corona, Ternyata Penyakitnya Sepele

Personel medis mengenakan pakaian pelindung berada di dekat pintu masuk blok di tanah perumahan, di Hong Kong, pada (11/2/2020). setelah dua orang dikonfirmasi telah mengontrak virus korona menurut laporan surat kabar setempat.
Personel medis mengenakan pakaian pelindung berada di dekat pintu masuk blok di tanah perumahan, di Hong Kong, pada (11/2/2020). setelah dua orang dikonfirmasi telah mengontrak virus korona menurut laporan surat kabar setempat. (Anthony WALLACE / AFP)

Update jumlah korban virus corona

Korban positif terinfeksi virus corona Wuhan hingga Jumat pagi (14/2/2020), dilansir dari Kompas.com, pukul 9.00 WIB tercatat 65.247 orang.

Sementara itu, angka kematian bertambah 123 orang dalam 24 jam terakhir menjadi 1.491 korban.

Diketahui, 122 kematian baru berasal dari China dan satu kematian lain dari Jepang.

Korban meninggal asal Jepang ini adalah seorang wanita berusia 80 tahunan.

Kabar baiknya, orang yang dinyatakan sembuh dari virus corona Wuhan pun terus bertambah.

Jika pada Kamis (13/2/2020) tercatat sedikitnya 5.963 orang dinyatakan sembuh dan sehat, pada hari ini angka itu bertambah menjadi 7.099 orang.

Ini berarti bahwa 1.136 orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 sudah pulih dari virus corona. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar).



Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved