Shin Tae-yong Kritik Pedas Pemain Timnas Indonesia, Bandingkan Kemampuan Passing dengan Anak SD
Pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia mendapatkan gaya pelatihan berbeda bersama Shin Tae-yong
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA-Pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia mendapatkan gaya pelatihan berbeda bersama Shin Tae-yong.
Punya kedisiplinan tinggi.
Pelatih asal Korea Selatan ini juga tidak segan memberikan kritik pedas apabila pemainnya tidak maksimal.
Misalkan saja soal teknik mengumpan bola atau passing.
Shin, pelatih yang memimpin timnas Korea Selatan pada Piala Dunia 2018, ini menilai pemainnya sangat tidak mencerminkan kualitas pemain nasional.
”Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini. Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?” teriak Shin melalui penerjemahnya, Jeong Seok-seo, saat sesi latihan di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
• Shin Tae-yong Ungkap Kiper Timnas Indonesia seperti Kakek-kakek
Kualitas operan para pemain timnas Indonesia, khususnya pada sentuhan satu-dua, terlihat memang masih jauh dari sempurna.
Bola sering kali tidak meluncur tepat ke kaki para pemain, bahkan terkadang mengarah liar tidak tentu arah.
Semua itu diamati saksama oleh Shin.
Dalam latihan tersebut, Shin menginstruksikan pemain mengawali program dengan melakukan sentuhan kombinasi satu-dua.
Pemain harus melakukannya bergantian dan terus berpindah tempat.
Ternyata operan mereka masih semrawut. Kontrol bola mereka pun tidak jarang kurang ”lengket” sehingga ada beberapa pemain yang mencoba menahan bola karena takut kontrolnya kurang baik.
Hal itu membuat aliran bola justru melambat.
Padahal, Shin meminta bola dioper cepat.
Pelatih fisik Lee Jae-hong juga tidak jarang meneriaki para pemain agar tidak mengendurkan intensitas kecepatan aliran bola.
"Oper keras… oper keras…. Jangan menahan bola. Jangan kurangi intensitas kecepatan. Latihan adalah simulasi pertandingan. Kalau kalian terbiasa menahan bola, ini akan terbawa dalam pertandingan," teriak Lee.
Sebagai informasi, apa yang dialami oleh Shin pada pemain timnas senior sebenarnya juga ditemukan pada para pemain Garuda Select.
Garuda Select adalah program pengembangan bibit-bibit pesepak bola terbaik Indonesia yang kini masih remaja.
Ada 24 pemain yang diberangkatkan ke Eropa untuk menjalani pola pelatihan yang jauh berbeda dengan yang mungkin mereka dapatkan di dalam negeri.
Pada 21 Januari lalu, dua pemain Garuda Select, Bagus Kahfi dan Brylian Aldama sempat diberi kesempatan menjalani sesi latihan bersama klub Como 1907, salah satu klub Italia yang bermain di Serie C.
Saat menjalani sesi latihan dengan para pemain Como itulah, baik Bagus dan Brylian merasakan ada intensitas latihan yang lebih tinggi dibanding yang biasa mereka rasakan.
“Intensitas latihan dan kecepatan dalam bermain lebih tinggi, Coach!” jawab Bagus kepada Walker.
“Passing mereka lebih keras dan tegas,” tambah Brylian pada saat yang bersamaan.
Walker terlihat menggangguk.
Menurutnya, semakin tinggi level permainan, maka semakin cepat pula intensitas permainan.
Passing sebenarnya merupakan teknik dasar bermain bola di level dasar.
Tentu aneh memang melihat para pemain timnas Indonesia, yang notabene sudah bermain di kompetisi profesional, masih mengalami masalah seperti itu.
Masalah tersebut bisa jadi disebabkan karena para pemain timnas Indonesia menjalani pola latihan yang salah sejak level dasar.
Hal itulah yang pernah diungkapkan Timo Scheunemann, juru taktik asal Jerman yang kini jadi penerjemah teknis dalam program Garuda Select.
Timo sudah lama menetap di Indonesia. Karena fasih berbahasa Indonesia, Timo menjadi jembatan komunikasi antara para pemain Garuda Select dengan Wise dan Walker.