Bekukan Getah Karet Pakai Asap Cair, Kadar Kering Lebih Baik Dibandingkan Bahan Kimia
Proses pengolahan menjadi cairan pembeku karet dimulai saat penyulingan asap yang dibakar di dalam tungku
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL, KAYUAGUNG-Warga di Desa Tanjung Sari 2 dan Desa Suka Jaya, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, membekukan getah karet menggunakan asap cair yang dihasilkan dari penyulingan.
Produksi asap cair ini menggunakan limbah ranting pohon-pohon karet yang tidak terpakai.
Penyulingan dilakukan menggunakan tungku khusus.
Warga Desa Suka Jaya yang tergabung Unit Pengolahan dan Pemasaran Boka (UPPB) dan kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (UEM) Mitra Tani, memanfaatkan limbah ranting karet untuk membuat cairan pembeku karet.
Kepala Bidang Penyuluhan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dan Peternakan (P2HP), Radinas Rajab mengatakan proses pengolahan menjadi cairan pembeku karet dimulai saat penyulingan asap yang dibakar di dalam tungku.
"Asap limbah kayu karet ini dihasilkan, saat kayu di masukan ke tabung panci setelah itu terjadilah proses penyulingan dan setiap pancinya dapat menghasilkan 80 hingga 100 liter asap cair,"
"Proses pembakaran selama 20 jam menghasilkan endapan tetesan embun asap cair yang masuk kategori Grade-3. Asap cair ini bisa digunakan untuk pembekuan getah karet berkualitas," ucapnya kepada Wartawan Tribunsumsel.com, Rabu (12/2/2020).
Lanjutnya, sejauh ini banyak masyarakat yang melakukan pembekuan menggunakan pupuk kimia, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas karet.
"Jika menggunakan asap cair karet yang dihasilkan lebih cepat kering karena tidak terdapat endapan air, sementara kalau pupuk kimia kan karet terdapat banyak pori-pori jadi air meresap hingga kedalamnya,"
"Dalam penggunaan asap cair secara otomatis kadar Karet Kering (KK) dapat lebih meningkatkan," jelasnya.
Kualitas kadar karet kering sangat berpengaruh terhadap harga jual perkilogramnya.
"Misalnya kalau pakai asap cair KK bisa mencapai 60%, sedangkan kalau pupuk kadarnya hanya 50%,"
"Dan untuk harga jual sendiri berpatokan pada harga karet dunia, misal harga Rp 15.000 dibagi dengan kadar 60 %, jadi harga jual sekitar Rp. 9.000 sesuai kadar dan kualitas karet tersebut," bebernya.
Selain diberikan bantuan alat tersebut, dibentuknya UPPB berguna untuk tempat pemasaran atau lapak lelang.
"Kalau mereka berkumpul otomatis karet yang akan dijual dalam jumlah banyak, sistem jual pun dilelang kepada pembeli yang mampu menawar dengan harga tertinggi,"
"Dalam satu tempat pelelangan itupun kualitas kadar sama, makanya harga jual lebih tinggi dan sangat menguntungkan masyarakat," ungkapnya.
Perlu diketahui bahwasanya dalam setiap satu liter asap cair dapat dicampur dengan 20 liter air biasa.
Manfaat dan keuntungan dari alat tersebut juga mendorong beberapa Desa membeli dengan cara swadaya.
"Ada yang membeli sendiri alat pengolahan asap cair yaitu Desa Rotan Mulya Mesuji Raya, dan Desa Kepayang Lempuing," tutupnya.
