Menangis, Orangtua Mahasiswa Indonesia di Wuhan Curhat Anaknya Butuh Masker dan Tak Bisa Pulang
Ia baru menempuh pendidikan selama setahun. Beasiswa sendiri hanya melingkupi asrama dan biaya kuliah, selain itu harus ditanggung pribadi.
Saat disinggung apakah sudah menghunungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) ia hanya menggelengkan kepala dan menjawab ia tidak memiliki kenalan untuk dihubungi.
"Nggak tahu harus menghubungi ke siapa," jawabnya singkat.
Dia berharap kebutuhan pokok seperti makanan dan juga masker dapat terpenuhi.
"Info terakhir itu sudah sulit dapat masker," imbuhnya.
Ibu Arif, Maryatun berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada anaknya, dan dapat segera pulang berkumpul bersama keluarga.
"Pengennya ya pulang dalam keadaan sehat itu saja," kata dia.
Tutup Akses
Berdasarkan informasi dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) Cabang Wuhan, ada sebanyak 245 WNI yang tinggal di Provinsi Hubei, di mana sebanyak 93 orang mahasiswa belajar di Kota Wuhan.
Namun menurut data Kementerian Kesehatan RI, WNI yang ada di Hubei berjumlah 243 orang, termasuk 100 mahasiswa.
Di antara jumlah tersebut, ada tiga orang mahasiswa doktoral dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Ketiganya telah pulang ke Indonesia bersama dengan delapan mahasiswa doktoral lainnya dari UAD yang kuliah di Kota Nanjing, Shanghai, maupun Harbin.
Lalu, dua orang mahasiswa doktoral lainnya dari UAD yang kuliah di Chongqing dan Kunming, Yunnan masih tinggal di China.
Salah satu mahasiswa doktoral dari UAD yang masih tinggal di Kunming yakni Adhita Sri Prabakusuma.
Adhita merupakan dosen Teknologi Pangan FTI UAD yang tengah menempuh studi S3 di Yunnan Agricutural University, Kunming, Yunnan, China.
Ia menuturkan, Pemerintah China telah memberikan instruksi kepada kampus-kampus maupun pusat-pusat pelayanan publik untuk sigap menangani penyebaran virus tersebut.