Evakuasi Warga Tulung Selapan
Sejarah Warga Tulung Selapan OKI Berduyun-duyun Merantau ke Bangka, Ramai Sejak Tahun 90-an
Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berada di timur Sumatera berbatasan langsung dengan Provinsi Bangka Belitung.
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL, KAYUAGUNG-Letak geografis yang jauh dari Palembang serta akses transportasi jalur darat belum memadai membuat warga Kecamatan Tulung Selapan memilih merantau ke wilayah lain.
Jika melihat peta, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berada di timur Sumatera berbatasan langsung dengan Provinsi Bangka Belitung.
Akses ke Provinsi Bangka ini pun lebih mudah dibandingkan harus ke Palembang.
Warga biasa menuju ke Bangka memakai perahu (Speedboat) yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Peta Tulung Selapan :
Sejak dulu memang banyak masyarakat Kabupaten OKI seperti warga Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan yang merantau ke Bangka untuk bekerja sebagai penambang timah.
Namun baru sekitar 30 tahun belakangan banyak warga dari 22 Desa di Kecamatan Tulung Selapan yang mencoba mencari nafkah di Provinsi Bangka.
"Baru sekitar tahun 1990 masyarakat banyak yang mencari pekerjaan di Bangka, karena kayu yang dahulu menjadi mata pencaharian utama warga disini sudah tidak ada lagi atau sulit di dapatkan," ucap Jauhari mantan camat Tulung Selapan saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Minggu (22/12/2019) sore.
Hal tersebut diperparah dengan anjloknya harga jual getah karet di Provinsi Sumsel dalam beberapa tahun belakangan.
"Karena di sini kebanyakan warga penghasilannya memahat pohon karet, dan harga karet anjlok maka banyak masyarakat memilih merantau ke Bangka," jelasnya.
• Evakuasi 140 Warga Tulung Selapan Sumsel di Bangka Pasca Rusuh, Kaget Diminta Tinggalkan Kontrakan
Dilanjutkan Jauhari, rata-rata masyarakat yang merantau ke Provinsi Bangka tidak lama dan sering pulang ke OKI, karena menambang timah di sana tidak setiap saat.
"Kebanyakan di sana tidak menetap karena KTP dan KK juga masih tertuliskan wilayah OKI, kebanyakan kalau tempat mencari timah disana sudah habis, warga memilih pulang lagi ke OKI karena waktu tempuh yang tidak jauh juga," ungkapnya.
Jauhari menuturkan, masyarakat yang merantau ke Bangka tidak hanya bekerja sebagai pencari timah namun terdapat juga beberapa yang bekerja sebagai petani karet.
"Karena saudara saya banyak juga yang merantau di Bangka jadi disana mata pencahariannya kalau tidak di timah ya bekerja di ladang karet, setau saya di sana harga jual karet lebih mahal," pungkasnya.
• Aparat TNI dan Polri Berjaga di Desa Batu Belubang, Warga Selapan Diminta Hengkang Pasca Penusukan
Saat ditanyakan awak media apakah konflik seperti ini sering terjadi, ia mengatakan memang sudah beberapa kali bukan hanya kali ini.
Namun konflik biasa terjadi akibat permasalahan soal perebutan lahan galian timah.
"Kan disana kebanyakan para penambang ilegal, jadi sering terjadi konflik antara warga pribumi dengan pendatang masalah perebutan lahan," tuturnya.
Dijelaskannya, terdapat perebutan lahan dikarenakan jika di lahan tersebut banyak ditemukan timah, maka kelompok atau warga lain mulai mencari cara untuk merebut lahan tersebut.
"Ya karena lahan tempat pencarian tidak resmi, jadi perebutan seperti itu biasa terjadi bahkan pernah antara masyarakat Air Sugihan dengan Tulung Selapan yang keduanya sama-sama dari OKI," tegasnya.
Ketika ditanyakan mengenai evakuasi warga Tulung Selapan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya dengan Instansi Pemerintahan dan Kepolisian yang berada di Bangka Tengah tersebut.