Seputar Islam

Tata Cara Sholat Gerhana Matahari Lengkap dengan Bacaan Arab, Latin dan Artinya, Fenomena Alam

Tata Cara Sholat Gerhana Matahari Lengkap Bacaan Arab, Latin dan Artinya, Fenomena Alam Gerhana Matahari 26 Desember 2019

Penulis: Abu Hurairah | Editor: M. Syah Beni
Tribunsumsel.com
Tata Cara Sholat Gerhana Matahari Lengkap Bacaan Arab, Latin dan Artinya, Fenomena Alam, 26 Desember 

Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019, Niat & Tata Cara Sholat Gerhana Lengkap Bacaan Arab, Latin dan Terjemahannya.

TRIBUNSUMSEL.COM - Fenomena alam Gerhana Matahari Cincin akan muncul di langit bumi pada 26 Desember 2019.

Pada Kamis (26/12/2019), Gerhana Matahari Cincin melintasi sebagian wilayah Indonesia.

Gerhana Matahari Cincin terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, serta bulan berada pada titik terjauh dengan bumi.

Dikutip dari situs gerhanamatahari.id milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kabupaten Siak, Riau menjadi lokasi yang paling ideal untuk menyaksikan Gerhana Matahari Cincin.

Gerhana Matahari Cincin dipredikasi akan dimulai pukul 12.15 WIB, memasuki fase puncak pada pukul 12.17 WIB, dan berakhir pada pukul 12.19 WIB.

Selain Kabupaten Siak, masyarakat Indonesia juga bisa mengamati momen Gerhana Matahari Cincin di wilayah tertentu.

Misalnya di Padang Sidempuan, Sibolga, Kepulauan Riau, dan sebagian dari Kalimantan Barat bagian utara, yaitu Kabupaten Singkawang.

Artinya, Gerhana Matahari Cincin hanya bisa disaksikan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Dalam Islam mengajarkan bahwa Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan adalah peristiwa astronomi yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.

Hal ini tidak berkaitan dengan nasib buruk seseorang.

Oleh karena ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada pengikutnya untuk mendirikan sholat sunnah Gerhana.

Dikutip dari bimasislam.kemenag.go.id berikut beberapa tuntunan dan tata cara sholat gerhana sebagai berikut : 

gerhana matahari
gerhana matahari (National Geoprafi)

Tuntunan Shalat Gerhana

Shalat Gerhana merupakan shalat sunnah Muakkad sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW :

Dari Mughirah bin Syu'bah, ia berkata, "Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW (yaitu) pada hari wafatnya Ibrahim (putra Nabi). Kemudian orang-orang berkata, Terjadinya gerhana matahari itu karena wafatrya Ibrahim. Lalu Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya matahari dan bulan Itu tidak gerhana karena wafatnya seseorang dan tidak karena hidupnya seseorang. Apabila kalian melihat (kejadian gerhana), maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah. (Shahih Al-Bukhari, 1:228 No.1043).

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, antara lain:

1. Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana matahari dan bulan, karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari klamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.

2. Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam shalat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam shalat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka, bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka.

Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesal shalat gerhana, beliau bersabda, "Wahai umat muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis" (HR.Muttafaq 'alaih).

3. Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah". Maksudnya adalah panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (HR. Abu Daud dan Nasa'i). Tidak ada azan dan Igamah dalam pelaksanaan shalat gerhana. Karena adzan dan iqamah hanya berlaku pada shalat fardhu yang lima.

4. Disunahkan mengeraskan bacaan surat, balk shalatnya dilakukan pada siang atau malam hari. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW dalam shalat gerhana (HR. Muttafaq alaih).

5. Shalat gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjamaah. Rasulullah SAW selalu melaksanakannya di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat, akan tetapi boleh juga dilakukan seorang diri. (Lihat: Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 3/323).

6, Wanita boleh ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-laki. Diriwayatkan bahwa Aisyah dan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah SAW. (HR. Bukhari).

7. Disunahkan memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW dalam shalat gerhana memanjangkan bacaannya. (HR. Muttafaq alaih). Namun hendaknya tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah.

8. Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan perbuatan Nabi Muhammad SAW bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah (HR. Nasa'l). Sejumlah ulama menguatkan bahwa khutbah yang disampailkan hanya sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat. Sebagian ulama menganggap tidak ada sunah khutbah selesai shalat, akan tetapi petunjuk hadits lebíh menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat gerhana.

9. Dlanjurkan memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir, serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan azab kubur.

TATA CARA SHOLAT GERHANA MATAHARI DAN BULAN

a. Berniat di dalam hati. Adapun jika dilafazkan:

Niat Shalat Gerhana Bulan (Khusuf)

أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan likhusuufil qomari rok 'taini lillahi taa'ala

Artinya : "Aku niat shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat (Imam/ma'mum) karena Allah ta'ala"

Niat Shalat Gerhana Matahari (Kusuf)

أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِكُسُوْفِ الشَّمسِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan likusuufis syamsi rok'taini lillahi taa'ala

Artinya : "Aku niat shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat (imam/ma`mum) karena Allah ta'ala "

b. Takbiratul ihram yaitu bertalkbir setelah niat sebagaimana shalat biasa;

c. Membaca do'a iftitah dan berta'awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat/surat dengan jahr (dikeraskan suaranya) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: "Nabi SAW. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana."(HR Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);

d. Kemudian ruku' sambil memanjangkannya;

e. Kemudian bangkit dari ruku' (l'udal);

f. Setelah I'tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan ayat/surat. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

g. Kemudian ruku' kembali (ruku' kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku'sebelumnya;

h. Kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal);

i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku' lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;

j. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka'at kedua sebagaimana raka'at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

k salam.

Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta memperbanyak amal shaleh, bersedekah, dan meningkatkan kepedulian sosial.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved