Isu Enzo Zenz Allie Terpapar Radikalisme, Eks Panglima TNI Angkat Bicara, Kominfo Cari Jejak Digital
Isu menyerat taruna akmil Enzo Zenz Allie yang disebut terpapar Radikalisme terus merebak.Pasca Enzo Zenz Allie dituding merupakan simpatisan dari o
Penulis: Mochamad Krisnariansyah |
TRIBUNSUMSEL.COM -- Isu menyerat taruna akmil Enzo Zenz Allie yang disebut terpapar Radikalisme terus merebak.
Pasca Enzo Zenz Allie dituding merupakan simpatisan dari organisasi terlarang yakni Hizbut Tahir Indonesia (HTI).
Bak sebuah polemik, banyak orang yang memberikan pendapat hingga menimbulkan pro-kontra.
Terbaru mantan Panglima TNI kini menjabat sebagai kepala staf Kepresidenan ikut memberikan tanggapan.
mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko angkat bicara soal Enzo yang lolos Taruna Akmil dan disebut-sebut terlibat organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Moeldoko menegaskan, TNI akan meneliti kembali soal Enzo yang lolos taruna akademi TNI dan diterpa isu terlibat organisasi yang sudah dilarang di Indonesia itu.
Menurutnya, pihak TNI akan melakukan penelitian personel secara bertahap untuk mengetahuinya.

"Suatu saat orang-orang yang yang memiliki catatan-catatan itu pasti ketahuan.
Kalau itu nyata-nyata pasti akan dikeluarkan. Apalagi di pendidikan. Itu pasti," terang Moeldoko, yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan.
Moeldoko juga memberi tanggapan atas pendapat bahwa TNI kecolongan sehingga ada Taruna Akmil yang terpapar organisasi terlarang, bisa lulus.
Menurut Moeldoko, semua hal itu bisa terjadi. Sebab, hal-hal seperti itu tidak bisa dideteksi secara psikologi.
"Ternyata pada suatu saat nanti ada anak yang terlanjur masuk atau kecolongan kita, bisa itu terjadi.
Karena psikologi itu sulit melihat orang-orang yang contohnya ini yang biasa nyuri. Itu sulit dilihat dan tidak bisa dilihat di psikologi dan biasa kita di taruna juga sering terjadi begitu," ujarnya.
"Nah, begitu mereka di kampus Akademi Militer maka saat itu akan dikeluarkan. Jadi maknanya adalah penelitian personel itu berjalan terus-menerus di lingkungan TNI," tambahnya.
Ia kemudian mencontohkan, TNI pernah juga kecolongan saat ada orang-orang yang masuk taruna tetapi terindikasi berpaham ideologi komunis.
Hal seperti itu cepat atau lambat pasti akan diketahui.
"Contoh dulu orang-orang yang masuk taruna ada yang terindikasi ideologi komunis dari PKI dari keturunannya itu nanti akan ketahuan setelah sekian lama.
Terhadap mereka ada catatan-catatannya dan harus diapakan," lanjutnya.

Sebelumnya ramai menjadi sorotan, sosok Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna akademi TNI diterpa isu terkait organisasi HTI.
Mantan Ketua MK Mahfud MD menyebut institusi TNI kecolongan. "(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itu kan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa,
ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," tuturnya.
Sementara itu Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) siap membantu TNI jika diminta menelusuri jejak digital Enzo Zenz Allie, taruna akademi militer yang diisukan terafiliasi organisasi terlarang HTI.
Kominfo hingga kini belum mendapatkan permintaan dari TNI.
"Kami belum diminta untuk verifikasi, kalau diminta untuk pihak TNI , kami baru akan lakukan itu," kata Plt Kabiro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (10/8).
Menurutnya, urusan Enzo merupakan ranah khusus TNI.
Maka dari itu, Kominfo menunggu permintaan TNI perlu bantuan atau tidak.
"Itu kan artinya urusan-urusan khusus ya. Karena kasus di publik, lalu TNI sebagai pihak yang merekrut, kalau mereka minta, kami akan bantu. Sampai saat ini belum," ucapnya.
Kominfo tak mau asal menelusuri jejak digital Enzo. Ferdinandus menyebut, pihaknya tetap menjaga privasi seseorang.
"Ini kasus khusus, kita kan ingin bagian dari perlindungan data pribadi juga
menelusuri jejak seseorang, artinya permintaan resmi dari Mabes TNI, harus kami lakukan. Mereka yang bertangging jawab atas konten itu," tandasnya.
Sebelumnya Enzo Zenz Allie, seorang warga negara Indonesia keturunan Prancis, berhasil masuk sebagai calon Taruna Akademi TNI tahun 2019.
Enzo adalah keturunan Prancis. Ayahnya adalah warga negara Prancis.
Sementara, ibunya dari Sumatera Utara, Indonesia.
Ia lahir di Prancis, dan sempat mengenyam Sekolah Dasar (SD) di sana. Sang ayah bernama Jean Paul Francois Allie.
Ibunya, Siti Hajah Tilaria. Ketika, ayahnya meninggal di tahun 2012 lalu, Ibunya membawa Enzo pulang kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Enzo bersekolah di SMP, dilanjutkan dengan pendidikan Pesantren di daerah Serang.
Usai lulus pendidikan di sekolah, Enzo berkeinginan untuk menjadi seorang perwira.
Ia pun mengikuti seleksi Calon Taruna Akademi TNI. Seleksi panjang dan sulit ditempuh.

Ia pun berhasil masuk dan menjadi calon Taruna Akademi TNI. Tiga bulan ke depan, ia akan menempuh pendidikan dasar di Akademi Militer Magelang.
Sepeninggal ayahnya, Enzo dan ibunya kembali ke Indonesia dan menjadi WNI.
Ia pun mengenyam pendidikan di Indonesia, sempat masuk pesantren, sampai kemudian ia mengikuti seleksi calon taruna Akademi TNI, dan dinyatakan lolos
"Iya betul ada calon taruna keturunan. Bapaknya Prancis, Ibunya orang Sumatera Utara.
Kemudian sejak bapaknya almarhum, dibawa oleh ibunya ke indonesia dan dimasukkan ke pesantren," ujar Laksdya TNI, Aan Kurnia, Selasa (6/8/2019) di sela upacara pembukaan pendidikan dasar kemitraan Caprabhatar Akademi TNI-Akpol Tahun 2019 di Lapangan Sapta Marga, Akademi Militer, Magelang.
Menurut Aan, Enzo adalah seorang pemuda yang berbakat. Ia dapat menguasai empat bahasa, baik Inggris, Prancis, Jerman hingga Jepang.
Pengetahuan agama dan mengajinya pun dinilainya bagus. Secara kemampuan fisik, Enzo sudah memenuhi standar sebagai Calon Taruna, meski dengan wajah berkulit putih atau bule.
"Itu ngajinya saja saya mungkin kalah. Ngajinya hebat. Agamanya bagus. Dia juga bisa menguasai empat bahasa, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang.
Terpenting, dia sudah menjadi warga negara indonesia. Kalau bukan WNI, ga boleh dong, walaupun wajahnya bule," katanya.
"Yang jelas kita punya standar, kalau standar ga menenuhi ya jelas ga masuk. Jangankan dia, anak pejabat atau jenderal banyak yang ikut seleksi di Akademi TNI dan Kepolisian, tetapi tidak masuk.
Namun banyak juga yang anak dari tukang di bengkel, buruh, dan masyarakat menengah ke bawah masuk, karena mereka bagus," tambah Aan.
Aan mengatakan, penerimaan WNI keturunan ini bukan yang pertama kali.
Ia sempat mengetahui dulu ada seorang Komandan Korps Marinir (Dankormar) di Angkatan Laut yang merupakan WNI keturunan Belanda.
Sama dengan Enzo, ia juga berkulit putih atau bule. Terpenting adalah ia sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
"Bukan pertama kali ada ini (Calon Taruna dari warga keturunan). Dulu pernah di AL, ada Dankormar, senior sekali tapi sudah pensiun. Beliau keturunan belanda. Wajahnya ya sama kayak Enzo juga tapi sudah WNI.
Kalau sudah menenuhi WNI ya bisa," tutur Aan.
Seusai lulus dalam seleksi panjang menjadi calon Taruna Akademi TNI, Enzo kini dapat berdiri tegap bersama ratusan calon taruna dari Akademi TNI dan Kepolisian, mengikuti upacara pembukaan pendidikan dasar kemitraan Caprabhatar Akademi TNI-Akpol Tahun 2019 di Lapangan Sapta Marga, Akademi Militer, Magelang pada Selasa (6/8/2019) ini.
Selama tiga bulan ke depan, ia dan ratusan calon Taruna Akademi TNI dan Kepolisian dididik dan digembleng mental dan fisiknya di Akademi Militer Magelang.
Pendidikan dasar ini akan dilaksanakan selama tiga bulan. Kemudian ada pendidikan lanjutan untuk para Taruna Akademi TNI baik matra darat, laut dan udara, selama tiga bulan lagi, hingga berpangkat Kopral Taruna.