Wisata dan Kuliner

Dongkrak Kunjungan Wisatawan, Dinas Pariwisata Ingin Jadikan Palembang Seperti Bali

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Dinas Pariwisata Palembang berencana menjadikan Palembang seperti Bali

Penulis: Hartati |
tribunsumsel.com/Slamet Teguh Rahayu
Kepala Dinas Pariwisata kota Palembang, Isnaini Madani 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Dinas Pariwisata Palembang berencana menjadikan Palembang seperti Bali.

Bali merupakan kota tujuan pariwisata yang kaya atraksi budaya yang bisa menjadi kenangan sehingga bisa mengundang kembali wisatan datang berkunjung.

Kepala Dinas Pariwisata Palembang, Isnaini Madani berharap destinasi wisata yang dikelola pihak ketiga bisa menampilkan atraksi yang menarik seperti halnya di Bali.

Jadi wisatawan yang datang bukan hanya menikmati tempat wisata saja dan menikmati kuliner lalu pulang dengan tangan hampa.

Dia mencontohkan misalnya di Pulau Kemaro ada atraksi barongsai, di Kampung Al Munawar ada tari penyambutan, begitu juga tempat lain yang menyuguhkan beragam kesenian lokal.

Pemkab Lahat Ajak Warga Dekat Lokasi Wisata Kembangkan Bisnis Homestay, Sangat Prospek

"Jangan sampai wisatawan datang cuma melihat pagoda saja, minum kelapa muda, lalu pulang."

"Akan lebih baik kalau ada atraksi juga sovenir shop sehingga mereka bisa bercerita ke teman juga kerabatnya sehingga tertarik untuk ikut datang dan berkunjung kembali ke Palembang," ujarnya, Kamis (25/7/2019).

Menurutnya Bali terkenal bukan hanya karena wisata alam hanya berupa pantai, ombak untuk berselancar, pemandangan sunset, tanah kota tapi juga karena kepiawaian daerah itu menghantam wisatawan dengan menyuguhkan atraksi lokal.

Sehingga pada waktu-waktu tertentu akan ada sejumlah atraksi tari dan kesenian lokal hingga atraksi menarik lainnya untuk menciptakan kenangan bagi wisatawan yang berkunjung.

Ribuan Anggota Pramuka se-Sumsel ikuti Perkemahaan Wisata di Kabupaten Muaraenim

Dikatakan Isnaini, berdasarkan data 2017 lalu setiap wisatawan yang berkunjung ke Palembang menghabiskan uang Rp 2,5 juta per hari dan tahun 2019 bisa saja angka itu naik menjadi Rp 3 juta.

Bisa dibayangkan betapa besar potensi devisa yang bisa dihasilkan dari kunjungan wisatawan itu sesuai dengan misi Walikota mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebanyak-banyaknya dari sektor pajak hotel, restoran juga hiburan.

"Bayangkan saja satu orang biasanya akan berkunjung 2-3 hari dan dalam setahun ribuan kunjungan maka potensi devisanya luar biasa. Oleh sebab itulah Pemkot sangat mendukung sinergi dan program ASITA untuk menggaet wisatan," tutupnya.

Homestay Palembang Kurang Promosi

Di sejumlah kota-kota besar terutama yang mempunyai destinasi wisata, Homestay telah menjadi peluang bisnis baru bagi masyarakat. Namun berbeda untuk di Kota Palembang, Homestay masih kurang dilirik dan minim promosi.

Padahal, menurut Ketua Homestay Palembang, Ridwan, saat ini homestay di Kota Palembang memang butuh bantuan dari pemerintah. Untuk pemasaran dan melengkapi fasilitasnya.

“Ya, sebenarnya homestay sudah cukup banyak. Tapi kami kekurangan penghuni. Kami butuh pemasaran agar bisa dikenal,” ujarnya, Kamis (25/7/2019)

Sementara itu, pengamat pariwisata yang juga Ketua PHRI Sumsel, Herlan Asfiuddin mengatakan, minimnya minat masyarakat untuk menjadikan rumah mereka sebagai homestay dilatarbelakangi adanya rasa takut jika terjadi tindak kriminalitas.

"Yang tinggal di homestay itu sudah pasti orang baru/asing, mereka takut kalau menjadikan rumah mereka sebagai homestay bisa saja tindak kriminal terjadi, apa itu perampokan dan lainnya," ujarnya.

Berbeda dengan kota-kota wisata yang menurutnya sudah familiar, seperti Yogyakarta, Bandung, dan kota-kota wisata lainnya. Disana Homestay adalah sesuatu hal lumrah dan mudah dijumpai.

"Kalau disana mereka pilih homestay yang biasanya harga lebih murah dibandingkan hotel," ujarnya.

Meski demikian, Homestay di Sumsel terutama di daerah-daerah seperti Pagaralam, Lubuk Linggau dll masih mempunyai peluang untuk berkembang pesat. "Di daerah jumlah hotel belum sebanyak di Palembang. Oleh karenanya, tak sedikit warga setempat yang jadikan rumah mereka untuk homestay bagi pelancong," tuturnya.

Puteri Remaja dan Cilik Indonesia Berkunjung Ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel

Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumsel, Aufa Syahrizal, mengatakan jumlah homestay segera diperbanyak dengan cara memberdayakan rumah warga yang tinggal di dekat destinasi wisata.

Ke depan, lanjut dia, pemilik akan dibina bagaimana mengelola homestay yang baik. Mulai dari melengkapi fasilitas kamar, tempat mandi, serta kebersihan dan keamanannya.

“Semakin banyak semakin bagus. Untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Karena tidak semua daerah punya hotel dan penginapan,” jelas Aufa

“Dengan pemberdayaan homsestay itu secara tidak langsung juga bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan,” ujarnya.

Ia mencontohkan seperti destinasi wisata Bukit Serelo, Kabupaten Lahat yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Kebanyakan wisatawan datang ke Serelo untuk melihat sunrise. Namun, menurutnya untuk mencapai puncak butuh waktu jalan kaki dua jam dari Desa Merapi Selatan.

“Tentunya butuh homestay di rumah penduduk untuk tempat menginap. Sementara di sana tidak ada penginapan terdekat. Terpaksa memanfaatkan rumah warga,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, berdasarkan data dari Disbudpar Provinsi Sumsel, jumlah homestay saat ini yang terdaftar baru mencapai kurang lebih 190 unit.

"Namun, banyak juga homestay yang belum mendaftarkan usahanya ke pemerintah daerah (Pemda) setempat," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved