Wisata dan Kuliner
Dongkrak Kunjungan Wisatawan, Dinas Pariwisata Ingin Jadikan Palembang Seperti Bali
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Dinas Pariwisata Palembang berencana menjadikan Palembang seperti Bali
Penulis: Hartati |
“Ya, sebenarnya homestay sudah cukup banyak. Tapi kami kekurangan penghuni. Kami butuh pemasaran agar bisa dikenal,” ujarnya, Kamis (25/7/2019)
Sementara itu, pengamat pariwisata yang juga Ketua PHRI Sumsel, Herlan Asfiuddin mengatakan, minimnya minat masyarakat untuk menjadikan rumah mereka sebagai homestay dilatarbelakangi adanya rasa takut jika terjadi tindak kriminalitas.
"Yang tinggal di homestay itu sudah pasti orang baru/asing, mereka takut kalau menjadikan rumah mereka sebagai homestay bisa saja tindak kriminal terjadi, apa itu perampokan dan lainnya," ujarnya.
Berbeda dengan kota-kota wisata yang menurutnya sudah familiar, seperti Yogyakarta, Bandung, dan kota-kota wisata lainnya. Disana Homestay adalah sesuatu hal lumrah dan mudah dijumpai.
"Kalau disana mereka pilih homestay yang biasanya harga lebih murah dibandingkan hotel," ujarnya.
Meski demikian, Homestay di Sumsel terutama di daerah-daerah seperti Pagaralam, Lubuk Linggau dll masih mempunyai peluang untuk berkembang pesat. "Di daerah jumlah hotel belum sebanyak di Palembang. Oleh karenanya, tak sedikit warga setempat yang jadikan rumah mereka untuk homestay bagi pelancong," tuturnya.
• Puteri Remaja dan Cilik Indonesia Berkunjung Ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel
Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumsel, Aufa Syahrizal, mengatakan jumlah homestay segera diperbanyak dengan cara memberdayakan rumah warga yang tinggal di dekat destinasi wisata.
Ke depan, lanjut dia, pemilik akan dibina bagaimana mengelola homestay yang baik. Mulai dari melengkapi fasilitas kamar, tempat mandi, serta kebersihan dan keamanannya.
“Semakin banyak semakin bagus. Untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Karena tidak semua daerah punya hotel dan penginapan,” jelas Aufa
“Dengan pemberdayaan homsestay itu secara tidak langsung juga bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan,” ujarnya.
Ia mencontohkan seperti destinasi wisata Bukit Serelo, Kabupaten Lahat yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Kebanyakan wisatawan datang ke Serelo untuk melihat sunrise. Namun, menurutnya untuk mencapai puncak butuh waktu jalan kaki dua jam dari Desa Merapi Selatan.
“Tentunya butuh homestay di rumah penduduk untuk tempat menginap. Sementara di sana tidak ada penginapan terdekat. Terpaksa memanfaatkan rumah warga,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, berdasarkan data dari Disbudpar Provinsi Sumsel, jumlah homestay saat ini yang terdaftar baru mencapai kurang lebih 190 unit.
"Namun, banyak juga homestay yang belum mendaftarkan usahanya ke pemerintah daerah (Pemda) setempat," ujarnya.