Jumlah Penduduk Miskin di Sumsel Berkurang 0,11 Persen, Rokok Picu Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) merilis data Maret 2019 untuk persentase penduduk miskin
TRIBUNSUSMEL.COM, PALEMBANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) merilis data Maret 2019 untuk persentase penduduk miskin yaitu sebesar 12,71 persen turun 0.11 persen dari september 2018 sebesar 12.82 persen.
Untuk jumlahnya pastinya sendiri penduduk miskin di Sumatera Selatan tahun 2019 yakni 1.073.74 ribu orang berkurang sebesar 266u dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 1.0764.40 orang.
"Dari data tersebut kita masih punya PR sekitar 1 juta untuk penduduk miskin ini, dan kemiskinan di pededesaan lebih tinggi dari pada di kota," ungkap kepala BPS Sumatera Selatan Endang Wahyu Triningsih Senin (15/7/19)
Tegas Endang, maka dari itu untuk masukana dan keberhasialan yang lebih baik lagi khusua untuk kemiskinan ini menjadi pekerjaan yang harus jad fokus untuk penangannya.
Endang juga menjelaskan bahwa angka kemiskinan yang terjadi dibentuk oleh pengeluaran makanan termasuk pembelian rokok kretek filter.
"Kalau kita lihat komopnen -kompenen yang membentuk kemiskinan ini 74 persen masih dar pengeluaran makanan, antara lain pengaruh beras, rokok kretek filter, mie instean, cabe merah dan bawang merah, dan faktor penididkan yang diluar bukan makanan," jelasnya.
"Ini gambaran sebagian besarnya ditopang kelompok makanan," tambahnya.
Lanjutnya rata-rata anggota rumah tangga miskin sebesar 5. 46 orang sementara pengeluaran biaya batas dari pemerintah itu 410. 000 kalau dikalikan sekitar 2 juta.
"Untuk pengeluaran biaya khusus angka kemiskinan jadi kalau mereka seperti pekerja buruh menerima upah kurang dari 2 juta berarti otomatis tergolong miskin," katanya.
"Harapan kita mayoritas buruh tani karena di Sumsel mayoritas yah, semoga UMR nya itu tepat untuk status buruh jadi pengurangan angka kemiskian kita bisa cepat" katanya.
Endang mengakui bahwa upah yang tidak sesuai adalah salah satu hambatan dalam penenkanan angka kemiskinan di Sumsel
"Saya aku kita lambat karena hanya mencapai 0. 11 poin untuk itu penurunan kemiskinan harus dilakukan bersama-sama semua pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dan juga peran aktif masyarakat," tegasnya.
Endang juga menambahkan bahwa harga karet karena Sumsel banyak juga petani karet bahwa harganya mengalami kenaikan tapi tidak signifikan dan tidak terlalu besar.
"Sektor karet itu mau tidak mau krn kita memang komoditas mayoritas adalah karet, harapanya semoga buruhnya dibayar sesuai UMR, walupun karet masi dipengaruhi karet dunia untuk harganya," ujarnya
"Namun kita tetap melakukan ekspor bahkan yang sudah diolah, kita harus lihat perkembang seperti peta-peta terutama yang meningkatkan upah, atau buruh karet sendiri diberdayakan untuk pekerjaan selain buruh karet," tutupnya.
Endang Wahyu Triningsih ketua BPS Sumatera Selatan saat lakukan konfrensi pers di Jln Anwar Sastro Palembang. Senin (15/7/19).