Nasib Anak Perempuan yang Bunuh Ayah Kandung Setelah Diingatkan Solat, Dia Meraung Memanggil Ayahnya
Seorang perawat membunuh ayah kandungnya sendiri. Beredar kabar karena sang anak marah karena diingatkan untuk solat.
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang perawat membunuh ayah kandungnya sendiri. Beredar kabar karena sang anak marah karena diingatkan untuk solat.
Kronologi lengkap
Saipul mengatakan, pembunuhan berawal dari pertengkaran atau cekcok antara pelaku dengan ibu kandungnya, Fathiyah, pada Sabtu sekitar pukul 17.30 Wita atau menjelang buka puasa.
Keduanya bertengkar setelah pelaku minta dibuatkan rombong atau gerobak untuk bisnis atau berjualan pop ice.
Ibu pelaku mengingatkan agar pelaku mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan gelar yang disandangnya, yaitu Master Keperawatan yang diselesaikannya di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada 2018.
Pertengkaran itu terdengar oleh ayah pelaku, Nurahmad, yang tengah berwudhu untuk shalat ashar.
Tiba-tiba terdengar lemparan botol pengharum ruangan (stella) menyebabkan korban bergegas ke ruang keluarga, namun pelaku telah berada di dalam kamar.
• Fortuner Ugal-ugalan Di Puncak dikendarai Pelajar, Buat Pelat di Pinggir Jalan
• Jelang Libur Lebaran, Ini Suasana Syuting Terakhir Ammar Zoni, Irish Bella dan Pemain Cinta Suci
• Sosok Rofik Si Pengantin Bom Bunuh Diri di Sukoharjo, Bekerja Nangkap Burung
Istri korban atau ibu pelaku berusaha menahan langkah korban. Korban mengetuk pintu pelaku dan memintanya untuk shalat ashar.
"Saat itulah pelaku keluar kamar, sempat menahan pintu sambil menghunus pisau dapur yang memang berada di dalam kamar pelaku. Saat melihat peristiwa itu, ibu pelaku keluar rumah minta pertolongan," ungkap Saipul.
Saat itulah, pelaku langsung menikam ayahnya berulang kali bahkan ketika ayahnya berusaha menyelamatkan diri keluar rumah menuju teras.
Melihat banyak tetangganya berdatangan dan membantu korban, pelaku masuk ke dalam rumah dengan tetap membawa pisau. Warga bergerak cepat melaporkan peristiwa itu pada aparat kepolisian.
Tidak mudah bagi aparat yang tiba di tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengamankan pelaku karena pelaku masih membawa senjata tajam.
Sejumlah polisi sempat berusaha mendorong pintu ruang tamu, sebagian lagi menunggu di pintu samping.
Pelaku kemudian diamankan dalam kondisi labil. Dia tiba-tiba memotong bagian belakang rambutnya dan sempat mencuci bersih tangannya dari darah ayahnya.
Korban Nurahmad sempat dibawa ke IGD RSUD Kota Mataram, namun tak bisa bertahan lalu meninggal dunia pada pukul 19.00 Wita karena kehabisan darah.
Sejumlah barang bukti telah diamankan aparat Polres Kota Mataram.
Atas perbuatannya, Ani mendekam dalam sel tahanan dan dijerat dengan pasal 338 KUHP dan pasal 351 ayat 3 KUHP, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda Rp 45 juta.
Histeris Panggil Ayahnya
Hilda Nurafriani (30) alias Ani, seorang mantan perawat, menikam ayah kandungnya sendiri, Muhammad Nurahmad (64), hingga tewas saat diingatkan untuk shalat Ashar, Sabtu (1/6/2019).
Belasan tusukan bersarang di tubuh ayah kandungnya hingga akhirnya tewas di tangannya sendiri. Diduga kuat, mantan perawat itu mengalami gangguan jiwa. Namun aparat menemukan hal yang berbeda.
Saat gelar perkara di Polres Kota Mataram, Senin (3/6/2019), awalnya Ani nampak tenang ditemani dua Polwan.
Hilda mengenakan baju tahanan berwarna oranye, celana bermotif garis garis biru dan kerudung berwarna marun muda pastel. Mantan perawat itu mengenakan masker menutupi wajahnya.
Sesekali kaki Ani bergoyang, jemari tangannya yang mengenakan cat kuku berwarna merah dimainkannya untuk menenangkan diri. Namun tiba-tiba tangisnya pecah.
Dia menangis histeris dan meraung-raung hingga akhirnya Kapolres Mataram AKBP Saipul Alam meminta dua Polwan membawa Ani ke sel tahanan Polres agar bisa ditenangkan.
"Mamik (sebutan ayah)... Mamik, mau ketemu Mamik..," seru Ani sambil tersedu sambil digiring oleh polwan yang menjaganya.
Saipul menuturkan bahwa pelaku dengan sadar menikam ayahnya sendiri dengan menggunakan pisau dapur.
Hingga saat ini, polisi belum melihat ada kejanggalan atau kecenderungan gangguan jiwa pada pelaku.
"Tindakan pelaku menyebabkan ayahnya meninggal karena belasan tusukan di bagian dada, mata hingga kepala korban yang merupakan ayah kandungnya sendiri," ungkap Saipul.
Atas perbuatannya, Ani mendekam dalam sel tahanan dan dijerat dengan pasal 338 KUHP dan pasal 351 ayat 3 KUHP, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda Rp 45 juta.(*)
Sebelumnya,
Hilda Nurafriani (30), warga Karang Baru Selatan, Kelurahan Karang Baru, Kota Mataram, NTB, diduga tega membunuh ayah kandungnya lantaran dibangunkan shalat.
Menurut keterangan Kabid Humas Polda NTB AKBP H Purnama SIK, kejadian tersebut terjadi di rumah korban pada Sabtu (1/6/2019), pukul 17.00 WITA.
Pelaku Hilda yang merupakan perawat di RSUD Mataram, diduga tega menusuk korban H. Muh Nurahmad (64) yang tidak lain adalah orangtua kandung pelaku.
"Pukul 16.00 korban membangunkan pelaku untuk shalat Ashar tapi pelaku tidak menerima," kata Purnama dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (2/6/2019).
"Akhirnya pelaku mengambil pisau dapur langsung menusuk korban di dada, pinggang dan mata yang mengakibatkan korban terluka parah," tambahnya.
Korban Nurahmad kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan, namun nyawa korban tidak terselamatkan. Korban akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 19.00 WITA.
Purnama menyebutkan, guna penyelidikan lebih lanjut, saat ini polisi telah mengamankan pelaku di Polres Mataram. "Pelaku sudah diamankan di Polres Mataram," tutup Purnama
Lanjut Kapolres Mataram AKBP Saipul Alam menuturkan bahwa pelaku dengan sadar menikam ayahnya sendiri dengan menggunakan pisau dapur.
Hingga saat ini, polisi belum melihat ada kejanggalan atau kecenderungan gangguan jiwa pada pelaku.
"Tindakan pelaku menyebabkan ayahnya meninggal karena belasan tusukan di bagian dada, mata hingga kepala korban yang merupakan ayah kandungnya sendiri," ungkap Saipul saat gelar perkara di Polres Kota Mataram, Senin (3/6/2019).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Putri yang Bunuh Ayah Saat Diingatkan Shalat Tiba-tiba Histeris Panggil Ayahnya..."