Ramadan 2019
Menikmati Bubur Suro Gratis, Tradisi Masjid Mahmudiyah Palembang saat Ramadhan Sejak 50 Tahun Lalu
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Masjid Mahmudiyah di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir kota Palembang termasuk masjid tertua di Palembang
Penulis: Winando Davinchi |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Masjid Mahmudiyah yang berlokasi di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir kota Palembang termasuk masjid tertua di Palembang.
Masjid Mahmudiyah telah ada sejak tahun 1893.
Pada bulan Ramadhan, aktivitas ibadah di masjid ini semakin padat.
Mulai dari salat berjamaah di setiap waktu, salat sunnah maupun wajib sambil menunggu berbuka puasa.
• 6 Masjid di Palembang Jadi Tempat Wisata Religi, Punya Sejarah Panjang dan Keindahan Arsitektur
Pengurus masjid juga menyediakan bubur suro yang dimasak oleh koki masjid yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun.
"Makanan khas yang disediakan untuk berbuka puasa di masjid ini yaitu bubur suro, campuran dari beras, bumbu dan daging, setiap harinya bisa menghabiskan lebih dari 7 kilogram beras,"
"Selain menu utama terdapat juga makanan pendamping , ada buah melon, semangka, empek-empek, kerupuk, kurma, kopi, dan air mineral," kata Abdul Latif Zamzam, Ketua Pengurus Masjid Mahmudiyah.
Tradisi ini selalu dilakukan setiap memasuki bulan Ramadhan, dan banyak masyarakat yang sengaja datang untuk merasakan buka bersama dimasjid Al-mahmudiyah.
• Tata Cara Sholat Jenazah Laki-Laki dan Perempuan, Bacaan Sholat Jenazah Dan Gerakan Sholatnya
"Jama'ah dari jauh atau sekitar lingkungan yang tiap harinya selalu bertambah banyak untuk melakukan ibadah dan berbuka puasa bersama" ucap H. Abdul Latif.
Selain menu disajikan di lokasi, ada juga masyarakat sekitar yang datang membawa mangkok meminta bubur suro tersebut.
"Bubur suro selain disajikan untuk jamaah yang hadir, masyarakat juga sering meminta untuk di makan di rumah, bubur sengaja dibagikan juga bagi warga sekitar," ujar H. Abdul Latif.
• BREAKING NEWS, Diduga Gegara Mercon, Gudang di Plaju Palembang Habis Terbakar
Ia menambahkan, dari segi dana sendiri banyak masyarakat yang secara bergantian membantu memberikan jenis makanan yang berbeda.
"Hampir setiap makanan yang disajikan kesemuanya adalah sumbangan dari warga sekitar, jadi tiap harinya akan berbeda makanan pendamping yang disajikan kecuali bubur suro," jelasnya.