Pemilu 2019
Kisah Agus Suwandi, Pernah Jadi Kuli Panggul dan Semir Sepatu Diprediksi Menjadi Anggota DPRD
TRIBUNSUMSEL.COM, LAMPUNG-Agus Suwandi mempunyai kisah yang panjang sebelum dia diprediksi kuat lolos menjadi anggota DPRD Lampung Tengah
TRIBUNSUMSEL.COM, LAMPUNG-Agus Suwandi mempunyai kisah yang panjang sebelum dia diprediksi kuat lolos menjadi anggota DPRD Lampung Tengah.
Agus sejak kecil sudah harus jatuh bangun, menjalani beragam profesi mulai dari kuli panggul sampai tukang semir sepatu.
Agus saat ini menjadi calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Golkar.
Lahir di keluarga yang belum berkecukupan, Agus pernah juga mencicipi berjualan pecel.
Apa yang dicapai Agus saat ini benar-benar diluar dugaan banyak orang.
Ia berhasil mengalahkan sejumlah politisi senior yang menjadi lawannya di daerah pemilihan (dapil) yang sama.
Pria yang maju dari Partai Golkar itu meraih suara cukup signifikan di daerah pemilihannya.
Agus maju di daerah pemilih (dapil) V Lampung Tengah (Lamteng).
• Kabar Terbaru Marbot Masjid Jadi Caleg di Palembang, Unggul di TPS Dekat Rumah, Tetap Optimis
Itu bukan sembarang dapil.
Di dapil itu, sejumlah nama beken berkumpul, baik dari internal partainya maupun dari partai lain.
Sementara, ia merupakan pendatang baru di dunia perpolitikan Lampung Tengah.
Berasal dari keluarga tergolong miskin, tak mudah bagi Agus maju dengan percaya diri sebagai caleg.
Apalagi, ia sampai bersaing dengan incumbent.
Mandiri Sejak Kecil
Agus sejak kecil sudah hidup susah.
Ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia kecil.
Ia pun dititip ke pamannya di Bandar Jaya yang juga hidup serba terbatas.
Karena itu, ia pun menjadi tukang semir sepatu di kawasan Bandar Jaya di tahun 1994.
Saat duduk di kelas IV SD, ia membantu ibunya berjualan pecel dan sang bibi berjualan roti di pinggiran Pasar Bandar Jaya Plaza.
Sambil membantu itulah, setiap pulang sekolah ia menjajakan kepada warga untuk jasa semir sepatu.
"Kondisinya waktu itu memang benar-benar seperti itu (semir sepatu). Karena saya anak lelaki tertua, kakak perempuan."
"Jadi sudah terpikir aja bantu ibu buat tambahan makan, karena keluarga memang serba pas-pasan," cerita Agus Suwandi, Senin (29/4/2019).
Di sisi lain, meski ia turun ke jalan sebagai penyemir sepatu, secara akademik ia selalu berprestasi dan tak pernah lepas dari peringkat satu sejak ia kelas I hingga VI SD.
Memasuki pendidikan SMP, untuk mencukupi kebutuhannya Agus tetap menjadi anak jalanan, namun kali ini sebagai penjual koran di kawasan Bandar Jaya.
• Caleg DPRD Pagaralam 2019, Partai Nasdem Jadi Pemenang Patahkan Dominasi Partai Golkar
Koran ia ambil dari seorang agen di kawasan itu.
"Saat itu, ibu sudah tidak kerja lagi."
"Saya yakinkan kepadanya, jika saya bisa mencukupi untuk kebutuhan sekolah."
"Ibu cukup kasih uang tranportasi saja," ujarnya.
Saat SMA, selain menjadi penjual koran, Agus juga berkerja sebagai kuli panggul ikan asin di Bandar Jaya.
Karena kondisi itu, di saat kelulusan, lelaki 36 tahun itu pun harus tetap dibantu rekan-rekannya dengan cara berpatungan uang guna menebus ijazah sekolahnya.
Caleg Golkar nomor urut delapan itu tetap menjalani pekerjaan sebagai kuli panggul ikan asin.
Pekerjaan lain juga ia lakukan seperti menjadi kornet angkot, sales penjual panci, hingga sempat mendapat pekerjaan sebagai petugas kebersihan di salah satu perusahaan di Terbanggi Besar dengan gaji sebesar Rp 182 ribu per pekan.
Karirnya melesat.
Sampai akhirnya pada 2005, ia masuk ke sebuah perusahaan pembiayaan motor sebagai eksekutor.
Karier Agus di tempat ini cukup bagus.
Dari eksekutor menjadi supervisor, finance coordinator, direktur finance, hingga akhirnya menjadi kepada kantor di Menggala, Tulang Bawang.
Kemudian pada 2014, Agus berkenalan dengan politik melalui kakak iparnya, yakni Ardito Widjaya yang saat itu menjadi Ketua AMPI Lampung Tengah.
Agus berkecimpung di organisasi itu, sampai akhirnya pada 2017 ia ditawarkan menjadi caleg dan mendaftar ke Partai Golkar.
"Saya nggak percaya diri lah, karena mau nggak mau saya harus nyalon di dapil V."
"Tahu sendiri kan dapil V itu kayak gimana, dari internal ada politisi-politisi senior dan incumbent baik eksternal (partai lain) dan internal, ada bendahara (Partai Golkar) juga di situ."
"Tapi, saya diyakini Mas Ardito kalau saya serius, pasti bisa," kata Agus Suwandi.
Total hasil penghitungan di tingkat kecamatan Agus meriah total 5.665 suara.
"Saya sadar kondisi siapa saya, tim (tim sukses) pun hanya dari teman-teman sekolah dan teman main."
"Tapi, saya langsung turun ke lokasi ke kampung-kampung dan mencoba mendengar langsung apa yang menjadi keinginan masyarakat," kata Agus Suwandi.
Di dapil V, Partai Golkar mendapat kesempatan meraih 3 kursi dewan dari 12 kursi yang diperebutkan.
Raihan suara ayah dari Audra Raja Pratama itu mampu meraih suara tertinggi kedua partai di dapil itu, atau menempati kursi kedelapan dari dapil tersebut.
Beberapa rekan sekolah dan masa kecil Agus Suwandi memamparkan kisah sewaktu mereka bersama.
Di bidang akademik, Agus dianggap murid paling berperestasi di sekolah.
Kecakapannya bahkan membuat banyak teman wanita yang akrab dengannya.
"Dia tuh pinter, selalu berprestasi (akademik) di sekolah. Sampai-sampai waktu itu banyak cewek yang mau dekat sama dia karena mau nilai bagus."
"Tapi, aku kenal dia dari kecil sampai sekarang, Agus tipe orang yang nggak mau diam di satu situasi dan pekerja keras," kata Dedi Mona Putra, seorang rekan Agus Suwandi.
Pernyataan tak jauh berbeda disampaikan Billy Fitra Kiswara, teman mudanya.
Agus, menurut Billy, tak pernah minder dengan kondisinya saat itu.
Sekolah sambil bekerja di jalan ia lakoni untuk mencukupi kebutuhannya.
"Dia orang yang punya tekad kuat, kalau jam sekolah ya sekolah. Pulang sekolah dia berjualan di pasar, jadi kuli panggul di Bandar Jaya, ia nggak malu dan justru kami salut karena keinginannya luar biasa," ujar Billy Fitra Kiswara.
Mereka pun berharap, jika Agus jadi anggota dewan bisa memegang amanah dengan baik. (Tribun Lampung/Syamsir Alam)