Agar tak Tertipu, Kenali Ciri-ciri Praktik Perdukunan yang Berkedok Agamis

Ilmu-ilmu perdukunan (kananah) dikemas dengan kemasan agamis sehingga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun.

Net
Ilustrasi 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG – Perdukunan telah merasuk dalam masyarakat Islam sehingga batas antara kebenaran dan kebatilan menjadi samar.

Karena ilmu-ilmu perdukunan (kananah) dikemas dengan kemasan agamis sehingga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun.

Mereka para dukun ini seringkali disebut atau menyebut diri mereka sendiri dengan sebutan orang pintar, paranormal, orangtua, dukun, kyai, kyai haji, pak haji. Bahkan sebagian dari mereka hafal ayat-ayat Alquran dan pandai membaca kitab berbahasa Arab dan mengaku waliyullah.

Praktisi Ruqyah Syariyah, Ustaz Fadhlan Abu Yasir, LC dalam bukunya Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah dan Doa memuat beberapa ciri praktik perdukunan.

  • 1.    Membutuhkan informasi tentang pasien, atau orang yang dimaksud dengan menanyakan namanya dan nama ibunya.
  • 2.    Menanyakan hari lahir dan pasarannya, (kliwon, legi, pahing, pon, wage) atau orang Jawa sering menyebutnya weton (hari lahir dan pasarannya) termasuk waktu lahirnya pagi, sore, siang atau malam.
  • 3.    Memberikan mantra-mantra terkadang ayat tertentu symbol-simbol tertentu sebagai pengganti mantranya agar diamalkan secara khusus dan dengan cara dan hitungan khusus.4.    Meminta sesaji apa pun bentuknya, baik kemenyan, bunga-bungaan, buah-buahan, binatang, telur, benda mati dan sebagainya. Kemudian diletakkan di tempat khusus yang dia tentukan.
  • 5.    Memberikan jimat, rajah, wifiq, haikal dengan tulisan Arab, benda-benda yang dianggap pusaka, potongan kayu atau selembar selembar kain. Rajah atau benda-benda ini dibungkus rapi dimasukkan dalam ikat pinggang,dompet, digantung dan sebagainya.
  • 6.    Memberi informasi gaib tentang keberadaan makhluk gaib dengan ciri-cirinya, atau karakternya atau barang yang hilang.
  • 7.    Menunjukkan dirinya punya kekuatan gaib, bantuan malaikat atau bantuan jin, tenaga dalam, kebatinan, transfer energi positif atau membuang energy negatif, menangkap jin dan mengurungnya atau memindahkannya.
  • 8.    Memberikan ramalan gaib tentang sesuatu yang sudah terjadi atau sedang terjadi atau yang akan terjadi. Seperti menjelaskan dosa-dosa pasien, menerangkan isi rumah pasien dan meramal masa depannya.
  • 9.    Tathayyur (menghubung-hubungkan sebuah peristiwa/fenomena alam dengan nasib baik/buruk seseorang atau suatu kaum). Seperti seseorang dianggap nasibnya sial karena dia punya rumah tepat di pertigaan yang sering disebut rumah tusuk sate.
  • 10. Menggunakan media manusia atau barang untuk berhubungan dengan makhluk gaib atau untuk memohon bantuan gaib.
  • 11. Memberikan amalan bid’ah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT atau amalan sunnah dengan tata cara bid’ah atau amalam syirik atau melakukan dosa besar.
  • 12. Menggunakan benda-benda bekas, benda pusaka atau tempat-tempat khusus sebagai syarat dalam ritualnya.
  • 13. Melakukan sihir atas permintaan orang lain atau menunjukkan kemampuan sihirnya.
  • 14. Mencabut sihir dan mengeluarkan benda-benda sihir dari tubuh pasien.
  • 15. Melakukan pemagaran/pembentengan gaib agar tidak ada gangguan makhluk gaib.

Seandainya ada yang sembuh dari gangguan jin karena datang ke tempat dukun maka itu hanyalah pengusiran jin dengan menggunakan bantuan jin lain yang lebih besar kemudian dipasangi pagar jin penjaga. Hal ini tentunya  akan menimbulkan gangguan yang lain dari sebelumnya.

Karena itu harus berhati-hati, jangan sampai terjerumus dalam perdukunan terselubung berkedok agamis. Segera bertaubat kepada Allah SWT dari berhubungan dengan dukun (kahin, sahir, arraf, dajjal, musya’widz).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved