Tsunami Selat Sunda
Kisah Ayu Syah Mahasiswi Poltekpar Palembang Bertahan dari Gulungan Tsunami Selat Sunda
Tribunsumsel.com mewawancarai secara ekslusif Ayu Syah Fitri (20) warga Palembang yang juga korban selamat dari bencana tsunami Tanjung Lesung.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tribunsumsel.com mewawancarai secara ekslusif Ayu Syah Fitri (20) warga Palembang yang juga korban selamat dari bencana tsunami Tanjung Lesung.
Sabtu (5/1/2018) lalu, terduduk lemah di kasur ruang tamu rumahnya, dengan sesekali meringis menahan sakit, ia mulai menceritakan pengalaman pahitnya tersebut.
Tulang pipi dan pelipis kirinya patah.
Tribun
Saat itu, anda berada di Tanjung lesung dalam rangka apa?
Jawab
Waktu itu aku masih jadi mahasiswa magang di bagian sales Marketing, Tanjung Lesung Beach Hotel yang juga ikut ambil peran di acara Gathering Family PLN naas itu. (Ayu merupakan mahasiswi dari Politeknik Pariwisata Palembang)
Dimana posisi anda saat tsunami tersebut datang?
Waktu itu aku lagi merekam acara. Posisinya di sisi serong kiri dari depan panggung, karena semua kegiatan harus ada dokumentasi untuk laporan. Jadi aku sempat juga rekam penampilan seventeen, dan yang lain,"ujar mahasiswa Politeknik Pariwisata Palembang ini.
Ketika tsunami itu datang, apakah masih sempat berusaha lari?
Iya sempat lari. Waktu lihat air datang, aku sempat berbalik mau lari. Tapi baru dua langkah, tiba-tiba buuuussshhh, aku tenggelam dalam air.
Bagaimana kejadian setelah itu ?
Saat tergulung itu aku cuma bisa takbir dan aku ngucap dua kalimat syahadat. Terus di dalam hati aku bilang, Ya Allah belum mau mati, aku belum siap.
Jadi turut tergulung ombak tsunami ?
Iya aku juga tenggelam di gulung ombak. Tapi saat itu seperti ada mukjizat.
Tangan aku langsung kayak berenang gitu, padahal walau sepandai apa pun kita berenang akan susah. Karena ombaknya terus saja masuk ngegulung, masuk ngebanting. Ombak itu juga bawa material bangunan dan sudah tertimpa badan manusia juga disitu.
Lalu bagaimana bisa bertahan?
Saat tenggelam aku menemukan sesuatu. Nggak tau apa itu, tapi sepertinya akar pohon. Karena kan posisinya aku terus ngendap di bawah kan. Terus aku pegangan sekuat-kuatnya ke yang mungkin akar pohon itu.
Setelah itu apa lagi yang terjadi ?
Nggak lama dari situ airnya langsung narik lagi, semulanya ngegulung tiba-tiba air langsung narik ke laut. Kuat banget, kenceng banget, pas air narik lagi ke laut itu yang serem.
Di detik-detik tarikan air laut yang menyeramkan itu, bagaimana anda bisa sanggup bertahan ?
Ya aku tetap saja pegangan sama akar pohon itu. Disitu kerasa kayak ketarik. Jadi sempat juga sebelah megang akar pohon, sebelahnya megang celana. Habis itu aku gak kuat, ya sudah aku lepasin (pegangan celana). Akhirnya aku bisa selamat meskipun tanpa pakai celana.
Berapa lama anda bisa bertahan dalam air saat kondisi tertekan seperti itu ?
Nggak ingat, tapi yang jelas tsunami itu seingat aku kurang dari 5 menit kejadiannya.
Setelah air menarik ke laut, apakah kondisi air jadi surut ?
Iya, habis airnya narik, kaki sudah mulai bisa merasa nyentuh tanah. Kepala aku juga sudah bisa muncul kepermukaan. Biarpun kondisi air masih dalam keadaan tinggi, jadi aku tetap harus berenang.
Bagaimana suasana di sekeliling anda saat itu ? Apa yang anda lihat?
Gelap, nggak ada penerangan yang menyala. Aku nggak bisa lihat apa-apa. Hanya terdengar suara teriakan orang sama takbir.
Pokonya semua orang nyebut nama Allah saat kejadian. Tapi mereka sama sekali nggak kelihatan, karena gelap sekali.
Setelah itu anda berenang kemana ?
Dengan bantuan papan yang nggak sengaja ketemu, aku berusaha berenang ke arah Restorant Pangrango. Karena yang ada dipikiran cuma menjauh dari laut. Takut tsunami datang lagi.
Memang, sebelumnya anda posisinya dimana, saat usai diterjang tsunami?
Jadi memang aku nggak terpental jauh dari bibir pantai. Pas masih tenggelam pun posisinya nggak jauh dari tempat aku berdiri sebelum tsunami datang, karena bisa pegangan tadi.
Setelah bisa bertahan hidup, apa yang anda rasakan saat itu ?
Aku benar-benar ketakutan. Badan aku bergetar terus benar-benar lemas. Tapi Aku benar-benar berusaha menenangkan diri. Ya, biarpun nggak tau kenapa nangis terus saat itu. Benar-benar susah untuk digambarkan bagaimana kondisi perasaan aku waktu itu.
Luka apa yang anda alami saat itu ?
Kepala berdarah, Sama sekali nggak terasa kalau luka. Pas sampai di perjalanan ke balai pengobatan Daerah Cikadu, baru tahu kalau ada luka. Itu pun orang lain yang pertama kali ngomong, dek kepalanya luka parah.
Sebelum kejadian tsunami itu, apakah anda merasa ada firasat atau kejanggalan pada alam sekitar ?
Malam itu air laut baunya nggak enak, seperti bau selokan.
Apakah anda bertanya pada orang lain tentang kejanggalan itu ?
Karena aku jarang banget ke pantai malam-malam, jadi aku pikir bau itu normal. Ya sudah, cuek saja. Orang lain juga nggak ada yang komplain. Tapi pas di rumah sakit, baru aku denger dari korban selamat juga. Ada yang bilang kalau dia curiga sama bau laut yang aneh malam itu.
Sebelumnya, apakah ada peringatan dari BMKG atau instansi terkait bencana alam tersebut.
Logikanya kalau ada peringatan, mana berani acara tetap berlangsung. Sudah pasti kami semua ngungsi menyelamatkan diri,"katanya.
Saat ini anda sudah kembali ke rumah, apa yang anda harapkan saat ini?
Saat ini kami butuh bantuan biaya pengobatan aku.
Apa pekerjaaan orangtua ?
Ayah kerjanya ikut orang jualan ikan di Pasar Induk, sedangkan ibu aku cuma ibu rumah tangga biasa. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Bukan cuma aku saja yang butuh biaya, adik-adik juga ada keperluan yang harus dibayar