Kisah Inspiratif
Kenalkan Inilah Roni Bodax, Anak Jalanan yang Pilih Hijrah, Kini Dikenal Sebagai Pendakwah Bertato
Kilas balik jejak hijrah Roni Bodax, Pendakwah bertato yang ajak anak jalanan bertaubat.
Penulis: Euis Ratna Sari | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM - Kilas balik jejak hijrah Roni Bodax, Pendakwah bertato yang ajak anak jalanan bertaubat.
Hijrah merupakan sebuah kalimat bermakna adanya merubah diri ke arah yang lebih baik.
Manusia berhijrah saat menyadari datangnya hidayah yang harus segera dijemput.
Hidayah juga bukan hanya datang pada manusia yang nampak terkesan baik, hidayah justru datang untuk orang-orang yang nampak terkesan buruk dan terasingkan.
Kilas balik Roni Bodax seorang pendakwah yang penuh dengan lukisan di tubuhnya.
Mengawali kehidupan hitam hingga menjemput hijrah dalam perjalanan hidupnya.
Mengutip obrolan Roni Bodax saat menjadi bintang tamu di channel youtube deHakims.
Roni ternyata telah melewati semua jejak hitamnya sejak berusia belia.
Saat itu usianya 15 tahun persis saat duduk di bangku 1 SMP.
Kala itu Roni mentatto kakinya dengan tujuan untuk menutupi bekas luka akibat terkena knalpot motor.
Namun lama kelamaan dirinya seperti merasa ada candu untuk terus mentatto tubuhnya.
"Bikin tatto itu karena alasan pingin nutupin bekas luka, kena knalpot itu sini.. terus aku tutupin gambar gitu kan
awalnya cuma ngeliatin kok ini belang gini diliatin kok ga enak gitu kan waktu itu awal-awal pake celana pendek keliatan gak asik gini yaudah bikin tattoo gitu", ungkap Roni.

Tak tanggung, Roni kala itu mentatto seluruh tubuhnya, bahkan hingga seluruh kepala dan mata sebelah kirinya.
Bagi Roni mentattoo tubuhnya menjadi sebagian gaya hidupnya kala itu.
Kenakalan saat usia remaja membuat Roni akhirnya lupa dengan pendidikannya saat itu.
Roni hanya bertahan menempuh pendidikan hingga kelas 2 SMP lantaran telah merasa asik bermain dengan pergaulannya yang bebas.
Tak hanya tattoo, Roni juga telah mencoba berbagai jenis obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras kala itu.
"kalo seumpama gitu gua mikirnya wah gua pusing nih baru patah hati gitu, tattoo, baru patah hati gitu mabok.. itu sebenernya cuman suggest aja
jadi kalo kita lagi pusing, lagi ada masallah, ada problem.. apasih sebenernya kadang orang cuma buat pelampiasan", tuturnya.

Hingga akhirnya pria kelahiran Solo 1996 itu memilih berhijrah pasca sang Ayah meninggal dunia pada 2015 silam.
Kala itu sang Ayah meninggal lantaran sakit saat berada di Jakarta.
Menjemput hidayah bagi Roni bagaikan mendapat berlian yang tentu tidak dapat di sia-sia kan.
Baginya hijrah ibarat seperti mendapat berlian yang harus segera diambil dan tidak bisa dilewatkan.
Kendati berpenampilan seperti itu, pria berusia 22 tahun itu tak pernah putus asa untuk menyampaikan ajaran Islam kepada kalangan anak jalanan dan preman yang gemar mabuk dan mencicipi narkoba.
Setelah berhijrah ia mulai mendekati anak jalanan dan preman di setiap sudut Kota Solo untuk turut berhijrah sepertinya.
Ia pun merasa bersyukur dapat berhijrah dan kembali menjalani kehidupan sesuai syariat Islam.
Kini Roni telah mendapat kesempatan untuk menemukan dan mengubah jalan hidupnya untuk berdakwah.