Ini 3 Tingkatan Status Ancaman Tsunami Berdasarkan Tinggi Gelombangnya
Ini 3 Tingkatan Status Ancaman Tsunami Berdasarkan Tinggi Gelombangnya
TRIBUNSUMSEL.COM - Ini 3 Tingkatan Status Ancaman Tsunami Berdasarkan Tinggi Gelombangnya
Ada tiga tingkatan status ancaman tsunami yang harus dipahami masyarakat Indonesia.
Tiga tingkatan status tersebut yakni status Waspada, Siaga, dan Awas.
Yang pertama adalah Waspada, yaitu bila ketinggian gelombang tsunamikurang dari 50 cm.
Pada status ini, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menyarankan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten yang berada dalam status Waspada diharapkan memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai.
Baca: Pasangan yang Suka Pamer Kemesraan di Media Sosial Bukanlah Pasangan yang Benar-benar Bahagia
“(Kedua) Status Siaga, BMKG meminta pemerintah daerah yang berada di dalam status ini diharapkan memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi,” kata Kepala BMKG Gorontalo Indar Adi Waluyo, Sabtu (13/10/2018).
Bila ketinggian gelombang tsunami mencapai lebih dari 3 meter, BMKG meminta pemerintah untuk melakukan evakuasi menyeluruh.
Baca: Khabib Nurmagomedov Ditawari Gabung WWE: Ini Beda WWE dan UFC, Popularitas Hingga Bayaran
Level gelombang lebih dari 3 meter ini masuk dalam status Awas. (Aprillia Ika)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Status Ancaman Tsunami yang Harus Diketahui Semua Orang".
Ini Dia Peta Wilayah-wilayah di Indonesia yang Rawan Tersapu Tsunami
Indonesia seperti ditakdirkan Tuhan menjadi rumah bagi gempa dan tsunami, bahkan peta wilayah Indonesia rawan tsunamipun ada.
Maklum, posisi Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik dunia.
Yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia ,dan Samudera Pasifik.
Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatra - Jawa - Nusa Tenggara-Sulawesi.
Baca: Hotman Paris Angkat Bicara Kasus Kriss Hatta, Sindir Hilda Vitria Seperti Ini
Sisi-sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera.
Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.
Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994).
Selama kurun 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami.
Baca: Cuma Karena Hal Sepele, Syahrini Blokir 2 Artis Ini di Sosmed
Sejumlah 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000).
Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami.
Terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi.
Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami.
Sejumlah 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
Berikut adalah peta wilayah Indonesia rawan tsunami dari BMKG
Baca: Taqy Malik Sebut Salmafina Sunan Tak Menurut Kepadanya, Ini Tanggapan dari Sang mantan Istri

Bali pun rawan terkena gempa karena berada di posisi cincin api pasifik.
"Bali termasuk daerah berisiko kena tsunami tinggi dengan pantai dataran rendah, tapi untungnya dilindungi oleh pulau Jawa dan Sumatera dari kejadian tsunami di samudera Hindia tahun 2004,” ujarnya.
Baca: Foto Young Lex Saat Masih SMA Tersebar, Begini Reaksi Warganet
KALIMANTAN BELUM TENTU AMAN
Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.
Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau.
Juga gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.
Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.
Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.
Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.
Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata jawabannya tidak.
Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.
Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.
Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.
Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi.