Rupiah Melemah Terhadap Dollar

Selasa Hari Ini , Dollar Menguat Tembus Rp 15.092, Pertama Dalam 20 tahun Gelombang Sentimen

Selasa (2/10/2018) pukul 12.00, dollar kembali mengamuk. Saat ini nilai tukar 1 dollar amerika terhadap rupiah menyentuh angka Rp 15.092

KOMPAS/JITET
ILUSTRASI 

TRIBUNSUMSEL.COM - Selasa (2/10/2018) pukul 12.00, dollar kembali mengamuk.

Saat ini nilai tukar 1 dollar amerika terhadap rupiah menyentuh angka Rp 15.092 pada spot dunia.

Sedangkan pada Bloomberg, nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.025.

Baca: Wajah Lebam Dipukuli Orang Tak Dikenal, Begini Kondisi Terbaru Ratna Sarumpaet

Dikutip dari Bloomberg,  Rupiah Indonesia melemah di atas 15.000 per dolar untuk pertama kalinya dalam 20 tahun di tengah gelombang sentimen terhadap aset negara berkembang dan saat harga minyak melonjak.

Baca: Monpera Jadi Saksi Deklarasi Pasangan Dodi-Giri, Ditutup Pidato Gubernur Sumsel Herman Deru

Mata uang telah jatuh hampir 10 persen tahun ini karena kenaikan suku bunga AS telah mendorong dolar dan sebagai defisit akun negara saat ini telah meninggalkan ekonomi terkena gejolak keuangan yang menimpa Turki dan Argentina.

Harga minyak mentah hampir tiga kali lipat sejak Februari 2016, memberi tekanan pada negara pengimpor minyak.

"Mengingat kenaikan suku bunga AS, harga minyak yang lebih tinggi yang mungkin melihat defisit perdagangan yang lebih luas, dan dolar yang lebih kuat dalam beberapa hari terakhir, terbukti sulit bagi Bank Indonesia untuk memegang garis di 15.000," kata Khoon Goh, kepala penelitian di Australia dan Selandia Baru Banking Group Ltd. di Singapura.

"Jika sentimen tidak membaik, kami berisiko lebih jauh melemah ke 15.200 wilayah."

Rupiah melemah bahkan ketika Bank Indonesia secara konsisten melakukan intervensi untuk membatasi penurunan dan menaikkan suku bunga lima kali sejak Mei.

Mata uang turun ke level 15.025 per dolar pada hari Selasa, terlemah sejak krisis keuangan Asia pada Juli 1998.

"Indonesia sekarang menjadi pengimpor minyak bersih, sehingga harga minyak mentah yang lebih tinggi dan melemahnya rupiah mengipasi kekhawatiran bahwa inflasi akan semakin cepat," kata Toru Nishihama, ekonom pasar berkembang di Dai-ichi Life Research Institute di Tokyo.

"Dengan harga minyak naik, kebijakan normalisasi Fed dan Indonesia mengalami defisit fiskal dan transaksi berjalan, spekulasi negatif lebih sulit untuk dibendung."

Yields Climb

Obligasi Indonesia juga mengalami tekanan. Hasil patokan obligasi 10-tahun naik sembilan basis poin pada Selasa menjadi 8,10 persen, meningkat dari 6,32 persen pada akhir 2017.

Indeks saham utama negara telah menurun 7 persen tahun ini.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved