Kisah Sutopo Purwo Nugroho, Pemberi Info Bencana yang Idap Kanker, Hingga Keinginan Ketemu Raisa

Linimasa twitter dihebohkan tentang tagar #RaisaMeetSutopo yang jadi trending topic. Dari mana cikal bakal tagar ini

Editor: M. Syah Beni
(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho (tengah) memberikan pemaparan mengenai dampak gempa bumi dan tsunami di kota Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah saat konferensi pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (29/9/2018). Berdasarkan data BNPB hingga pukul 10.00 WIB menyatakan jumlah korban yang meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami di kota Palu sebanyak 48 orang, sementara untuk kota Donggala belum mendapatkan laporan dikarenakan terputusnya jaringan komunikasi, dan diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah. 

TRIBUNSUMSEL.COM- Linimasa twitter dihebohkan tentang tagar #RaisaMeetSutopo yang jadi trending topic. Dari mana cikal bakal tagar ini tiba-tiba jadi trending?

Usut punya usut, hal ini berawal dari postingan Kepala Pusat data dan Informasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho di akun twitter miliknya.

Di saat kesibukannya melayani pengungkapan data dan informasi bencana yang terjadi di Palu Donggala Sulawesi Tengah, Sutopo mengunggah sebuah cuitan.

Kapusdatin Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Kapusdatin Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (henry lopulalan/Harian Warta Kota)
 

Cuitannya tentang kondisinya yang saat ini mengidap kanker paru-paru stadium 4B.

Meski kondisinya cukup parah, Sutopo tetap melayani informasi terkait bencana.

Namun pada postingan yang ia buat itu, akun artis Raisa Andriana ia mention.

"Meski kanker paru stadium 4B, saya tetap berusaha melayani media dan masyarakat dengan baik. Untuk rekan penyintas kanker. Jangan patah semangat. Tetap sabar, kerja dan berdoa. Hidup itu bukan panjang-pendeknya usia. Tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain.@raisa6690," cuit Sutopo.

Postingan itu rupanya di-retweeted oleh sang artis.

Sontak warganet pun ramai membahasnya.

Bahkan postingan Sutopo di-reetweet oleh lebih dari 4000 kali.

Tak ayal, muncul tagar #RaisaMeetSutopo di twitter.

Banyak pihak yang ingin mempertemukan Raisa dan Sutop.

Bahkan seorang pegiat musik Adib Hidayat mengungkapkan dirinya telah memberikan nomor telepon Sutopo pada manager Raisa yang bernama Boim.

"Semesta memberkati, ini saya lagi di Jogja ketemu Boim, manager @raisa6690. Nomer Hp pak @Sutopo_PN saya kasih ke Boim. Raisa juga sudah bales WA saya. Tunggu tanggal mainnya :) #RaisaMeetSutopo," cuit Adib Hidayat.

DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU. Merupakan seorang pejabat publik yang berdedikasi tinggi dan dikenal banyak media dan masyarakat luas.

Lahir di Boyolali pada 7 Oktober 1969. Masa kecilnya hidup sederhana.

Dilansir wikipedia, ayahnya berprofesi Guru SD dan Ibunya sebagai karyawan di Kantor Pengadilan Negeri Boyolali.

Menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Boyolali, kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Geografi UGM. Selanjutnya menamatkan pendidikan S2 dan S3 di IPB Bogor.

Sejak kecil rajin belajar demi membahagiakan orangtuanya. Lulus S1 dengan predikat cum laude dan tercepat.

Menjadi mahasiswa teladan di Fakultas Geografi UGM dan meraih penghargaan dalam Lomba Karya Inovatif dan Produktif Tingkat Nasional selama dua tahun berturut-turut. Keinginan menjadi Dosen di Fakultas Geografi UGM gagal karena tidak diterima

. Sejak tahun 1995 bekerja sebagai peneliti di UPT Hujan Buatan BPPT dan Teknologi Mitigasi Bencana BPPT. Pada tahun 2010, dipekerjakan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga sekarang.

Saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Selain itu juga sebagai Dosen di Pascasarjana UI, IPB dan Universitas Pertahanan. Selain itu juga sering mengajar di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Bekerja di BNPB sejak tahun 2010 hingga sekarang.

Sebelumnya ia adalah Peneliti Utama bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).  

Sakit Pak Sutopo

Dikutip dari Kompas, Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sempat terkejut tatkala dokter menyatakan dirinya divonis mengidap penyakit kanker paru-paru pada 17 Januari 2018.

Ini dia ceritakan saat Kompas.com berkunjung ke ruangannya di Gedung BNPB di Pramuka, Jakarta, pada Kamis (15/2/2018).

Kala itu, dia berkunjung ke Rumah Sakit Mitra Keluarga tanpa ditemani orang lain.

Dokter lantas menganjurkannya untuk langsung menjalani tindakan biopsi dan kemoterapi.

Namun Sutopo tidak lantas mengiyakan.

Pasalnya ia harus memberitahukan sang istri terlebih dahulu.

“Dokter bilang, kanker sudah stadium empat dan menyebar ke organ lain. Saya sempat terkejut. Kanker pasti hal yang menakutkan di bayangan,” ujar pakar bidang penanganan bencana ini.

Bercerita, Sutopo lantas merunut kembali bagaimana dia berinisiatif memeriksakan diri hingga akhirnya diketahui mengidap kanker paru-paru.

Pada rentang bulan November hingga Desember 2017, Sutopo tengah sibuk-sibuknya mengurusi lalu-lintas informasi seputar Gunung Agung meletus.

Di tengah aktivitasnya yang padat, Sutopo tiba-tiba merasakan pinggang kiri nyeri.  

Tak hanya itu, batuk yang diidapnya selama lebih dari sepekan tak kunjung sembuh.

Nyeri yang dia keluhkan itu membuatnya khawatir.

Ia menyangka, gejala tersebut merupakan bagian dari penyakit jantung.

Pria kelahiran Boyolali ini kemudian mengecek jantungnya.

Dokter menyatakan, sehat dan normal.

Dokter jantung lantas merujuknya ke spesialis penyakit dalam sehingga kondisi lambungnya bisa diperiksa.

Dokter mengira, asam lambung yang naik memicu batuk.

Setelah itu, Sutopo mendapat obat yang harus diminum.

“Dua mingguan obat habis, tapi batuknya enggak mereda. Saya khawatir. Ada teman yang tidak merokok, gemar berolahraga,dan bergaya hidup sehat. Namun ia diketahui kena kanker paru,” ungkap Sutopo.

Dengan kesadaran sendiri, Sutopo kemudian berkonsultasi dengan dokter paru-paru.

Pemeriksaan sinar X, cek darah, dan CT-Scan, dilakukan atas saran dokter.

Dari hasil tindakan medis tersebut, akhirnya Sutopo mengetahui bahwa pemicu nyeri pinggang dan batuk yang ia alami adalah kanker paru-paru dan telah menjalar.

Sutopo enggan memberitahu ke bagian mana kanker menjalar.

“Saya memang perokok pasif. Lingkungan sekitar banyak yang merokok. Kalau saya tidak. Kata dokter bisa jadi karena itu penyakitnya,” tutur Sutopo.

Sutopo pun mengakui, ia memang sudah sering menderita batuk yang tidak lekas sembuh.

Sementara nyeri pinggang dan dada sudah ia alami sejak SMA.

Ia mengira, kondisi tersebut akan sembuh dengan sendirnya. Ia bahkan sempat kepikiran posisi tidur yang salah yang membuatnya terkena gangguan punggung.  

“Saya kira saraf atau tulang yang kena soalnya kan nyeri. Kalau batuk yang kambuhan, hilang gitu. Kalau dikasih minum obat sirup yang beredar di pasaran, biasanya batuk sembuh. ,” ujar Sutopo.

Penurunan berat badan yang menjadi gejala kanker paru-paru tidak ia alami.

Batuk dan nyeri itulah yang membawanya pergi berkonsultasi ke dokter paru.

Berobat hingga Malaysia Setelah dinyatakan positif kanker paru-paru, Sutopo menjalani berbagai rangkaian pengobatan.

Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga hingga Malaysia.

Dia berangkat ke Malaysia pada 22 Januari 2018 setelah mendengar ada rumah sakit berkualitas yang menjadi rujukan rekannya ketika sakit kanker paru.  

“Di Rumah Sakit Mahkota Melaka, saya diperiksa berdasarkan hasil CT Scan di Jakarta. Saya di Jakarta CT Scan pada 16 Januari 2018. Saya dibiopsi,” ujar Sutopo.

Di Malaysia, Sutopo menjalani ulang tes sinar X yang hasilnya memang terdapat benjolan di paru-paru.

Biopsi untuk mengambil sampel jaringan kanker paru-paru pun ia dapatkan. Sampel tersebut dianalisis di Kuala Lumpur.

Pihak Rumah Sakit Mahkota Melaka menjanjikan proses tersebut rampung selama dua minggu.

“Hasil lab ini untuk menentukan obatnya apa. Dokter Malaysia minta saya dikemo. Udah mau dikemo harusnya, tapi urung dilaksanakan,” tutur Sutopo.

Rencana untuk kemoterapi pada 25 Januari 2018 dibatalkan setelah berdiskusi dengan istri.

Sang istri memintanya mempertimbangkan ulang karena khawatir dampak mual muntah setelah kemoterapi.

Sang istri memintanya berobat di Jakarta karena dari segi pelayanan dan kualitas tidak kalah dengan di Jakarta.

Selain itu, apabila kemoterapi tetap dilakukan di Malaysia, Sutopo harus mengurusi kebutuhan pribadinya sendiri padahal kemoterapi berdampak pada penurunan stamina.

Jarak dan waktu tempuh Malaysia dan Jakarta turut masuk dalam faktor dibatalkannya kemoterapi di Malaysia.

“Tanggal 25 Januari 2018 pagi, saya pulang ke Indonesia. Di Indonesia, awal Februari 2018 saya ke Rumah Sakit Dharmais, yang menjadi rujukan kanker,” kata Sutopo.

Di rumah sakit kanker nasional tersebut, Sutopo mendapat tindakan PET-Scan untuk memeriksa organ tubuh hingga ke tulang-tulang.

Dokter memintanya menanti perkembangan pemeriksaan dari Malaysia.

Proses analisis EFGR memang butuh waktu lebih dari tiga mingguan, bisa sampai empat minggu. “Saat ini masih tindakan disinar.

Kalau untuk kemoterapi harus atau enggak, masih menunggu hasil EFGR dari Malaysia,” ujarnya.

Selain pengobatan medis, Sutopo juga mengambil opsi alternatif yakni pengobatan herbal.

Setiap hari, ia meminum jus racikan sang istri yang terbuat dari aneka rempah dan sayuran.

Jus tersebut biasanya berisi bawang putih hitam, buah naga, wortel, dan campuran rempah lain.

Tetap Bekerja Meski menderita kanker paru, Sutopo menyatakan tetap akan bekerja seperti biasa, memberikan informasi kebencanaan.

"Diniatkan ibadah. Saya akan bekerja seperti biasa, melayani wartawan yang akan wawancara," katanya.

Sutopo sempat absen ketika jakarta sibuk dengan banjir beberapa waktu lalu.

Dia mengaku menyesal karena masyarakat kurang mendapatkan informasi secara cepat dan akurat.

Meski tetap bekerja, Sutopo pun harus berkompromi dengan kondisi fisiknya.

Untuk wawancara misalnya, dia akan memilih dilakukan di kantornya, bukan di studio media massa.

Sutopo pun akan mengurangi intensitas bepergian ke luar kota agar kondisi fisiknya tetap stabil.

Pola makan Sutopo pun kini dubah.

Dia mulai mengganti menu makan sehari-hari menjadi kaya sayuran dan minim protein hewani.

Seperti yang dibawa pada Kamis (15/2/2018), bekal Sutopo adalah brokoli, bayam merah, serta potongan telur rebus tanpa kuningnya.

Sutopo sejauh ini juga menjajal buah merah, sarang semut, dan aneka pemberian kolega yang peduli dengan dirinya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved