Aku Mau Sehat, Aku Mau Diimunisasi, Semangat Sekolah-Puskesmas Gelar Vaksinasi MR

Mengapa anak-anak butuh vaksinasi? Karena anak membutuhkan untuk meningkatkan kekebalan dari penyakit campak dan rubella.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
zoom-inlihat foto Aku Mau Sehat, Aku Mau Diimunisasi, Semangat Sekolah-Puskesmas Gelar Vaksinasi MR
TRIBUNSUMSEL.COM
Siswa MTs Patra Mandiri Palembang tersenyum saat disuntik vaksin MR oleh dokter Puskesmas Plaju beberapa waktu lalu.

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG --  PAgi, Senin (28/3) Madrasah Tsanawiyah (MTS) Patra Mandiri, tampak ramai. Siswa-siswa tengah berada di luar, sedang beristirahat. Jumlahnya ratusan, tercatat ada 516 siswa.
Di salah satu kelas terlihat lima orang petugas Puskesmas Plaju sedang menggelar imunisasi MR, dipimpin dokter umum yang mengecek kesehatan sekaligus menyuntikkan vaksin di lengan kiri siswa. Imunisasi ini untuk mencegah penularan virus campak-rubella yang sedang digalakkan pemerintah.

Satu per satu siswa masuk ke kelas untuk diimunisasi, dengan terlebih dulu menyerahkan surat izin yang sudah ditandatangani orangtua masing-masing. Terlampir dalam surat itu juga data riwayat kesehatan si anak. Data itu berupa pertanyaan apakah siswa mengidap penyakit berat, seperti ginjal, kelainan darah, jantung dan sebagainya yang harus diisi oleh orang tua. Bila memang mengalami, si anak tidak boleh diimunisasi, tapi bila tidak ada riwayat sakit parah, anak dipersilakan diimunisasi.

Di bagian lain, petugas juga harus mengisi kondisi terkini siswa, terkait suhu badan. Bila saat diukur suhu badannya tinggi, maka dianjurkan siswa untuk menunda imunisasi. "Dari sekitar 516 siswa kami, hanya 97 anak yang diizinkan orangtuanya imunisasi," kata Rusmiati SAg, guru di MTs Patra Mandiri, dibincangi Tribun Sumsel.
Rusmiati mengaku cukup heran dengan kondisi ini, karena sekitar sebulan lalu, sekolah bekerja sama dengan Puskesmas juga melakukan imunisasi difteri. "Hampir seluruh siswa ikut, ini kok sedikit, tidak sampai sepertiga dari total siswa," ujar Rusmiati.

Sebagai contoh, di kelas VII D, dari total 32 siswa, hanya lima orang siswa yang mendapat izin untuk imunisasi. Kelas VII E, hanya enam orang. Sementara dari kelas IX C, ada 11 orang yang ikut imunisasi dari total 36 siswa.
Sri Anggiyani, siswa kelas VIIE mengungkapkan, mau diimunisasi atas kemauannya sendiri. "Kelas kami cuma enam orang yang ikut, cewek semua, tapi tidak apalah, aku mau diimunisasi, aku mau sehat," kata Sri.

Dia mengatakan ayahnya mengizinkannya untuk disuntik vaksin MR. "Kata bapak boleh, selain itu karena memang aku mau disuntik (vaksin)," ujar Sri yang mengaku belum pernah terkena penyakit campak.
Hal yang sama diungkap Tri Hertika, siswa kelas VII E. Meski takut disuntik, Tri menguatkan hati untuk berani divaksinasi. "Aku sebenarnya takut (disuntik), tapi kata Mamak boleh, yo sudah, ikut bae," kata gadis berhijab ini.

Rusmiati mengatakan sekolah MTs Patra Mandiri mendukung program pemerintah untuk turut mencegah penyebaran virus campak- rubella dengan menggelar imunisasi gratis bagi siswa mereka. Dia menduga sedikitnya siswa mengikuti imunisasi MR terkait pemberitaan tentang kehalalan bahan vaksin MR. "Tapi patokan kita kan MUI yang mengatakan mubah (boleh) karena kondisi darurat. Anak saya saja suntik. Tapi ya tidak apa-apalah, kita tidak bisa memaksakan orangtua dan siswa. Yang penting masih ada ortu dan siswa yang mau walaupun jumlahnya tak sampai 100 orang," kata Rusmi.

Kondisi serupa juga terlihat di sekolah lain, SD Patra Mandiri I, yang berlokasi di Komperta Plaju. Sekolah ini menggelar imunisasi MR, Kamis (30/8) bekerja sama dengan RS Pertamina Plaju. Dari sekitar 200 lebih jumlah siswa, hanya 28 siswa yang diizinkan orangtuanya untuk vaksinasi. "Kenapa harus takut, ini untuk kebaikan anak kita kok," kata Titi, wali siswa yang setia menunggui anaknya yang baru duduk di kelas 2 untuk diimunisasi.
Titi yang seorang perawat ini sangat paham, kondisi sekarang virus semakin "canggih", apalagi yang namanya virus campak-rubella. "Dari kecil anak saya diimunisasi, alhamdulillah anak jarang sakit," katanya.

Sebenarnya vaksinasi campak ini sudah pernah diberikan kepada anaknya saat berusia 9 bulan, dan dua tahun. "Ini sebenarnya pengulangan, tidak lain agar anak kita punya kekebalan di dalam tubuhnya. Tau sendiri kan, zaman sekarang, makan-makanan serba instan, ada micinnya, dll. Kita tidak tau kapan virus menyerang," kata ibu dua anak ini.
Kepala Sekolah SD Patra Mandiri I H Nurdin mengatakan sekolah bekerja sama dengan RS Pertamina memfasilitasi siswa untuk mendapatkan imunisasi MR gratis. "Kalau memang tidak bisa hari ini, orangtua dan siswa dipersilakan untuk datang ke RS langsung, tidak masalah," katanya.

Kenapa Perlu Imunisasi?
Dokter RSUD Bari sekaligus Ketua Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagian infeksi dan tumbuh kembang, Dr Halimah mengatakan mengapa anak-anak butuh vaksinasi? Karena anak membutuhkan untuk meningkatkan kekebalan dari penyakit campak dan rubella. Kenapa ini menjadi perhatian, karena virus campak dan rubella ini sangat mudah penularannya. Salah satunya dari batuk.

Dr Halimah memaparkan tentang pentingya imunisasi MR
Dr Halimah memaparkan tentang pentingya imunisasi MR (TRIBUNSUMSEL.COM)

Meski pada kenyataannya kalangan masyarakat percaya anak-anak memiliki kekebalan tubuh berasal dari ASI, asupan makanan dan gizi yang baik sehingga tidak membutuhkan vaksinasi, namun menurut Halimah, vaksinasi tetap harus diberikan. “Vaksin itu memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu seperti campak dan polio," katanya.

Kenapa vaksin diberikan pada usia sangat dini, bahkan bayi baru lahir pun langsung diberi imunisasi, karena pertama, kekebalan tubuh belum sempurna.
“Kedua, (tubuh) mereka belum mengenali kuman-kuman yang bisa membuat penyakit itu, (tubuh) mereka sudah dikenalkan sejak dini untuk membentuk kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tadi,” imbuhnya.
Jahatnya, virus campak-rubella ini 80 persen akan menyerang anak-anak usai 9 bulan hingga 15 tahun dan 20 persen lagi menyerang orang dewasa dan ibu hamil .

Menurutnya, jika wanita hamil menderita rubella maka akan berpengaruh pada janinnya sehingga berpotensi mengalami kecacatan pada calon anaknya. Pun juga bagi anak 9 bulan sampai 15 tahun harus dilakukan imunisasi agar terhindar dari virus campak dan rubella.

Ditambahkannya, prinsip pemberian vaksinasi ini untuk memberikan kekebalan secara kelompok atau istilahnya Herd Community. "Virus campak rubella akan semakin sulit masuk bila semakin banyak anak yang sistem imunnya baik. Maka itu kita wajib mencapai 95 persen imunisasi, karena dengan demikian dapat mencegah virus ini berkembang," jelasnya.

Keadaan Darurat, Imunisasi untuk Pencegahan
Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin memerintahkan Bupati dan Walikota se-Sumsel melalui Kepala Dinas Kesehatan dan instansi terkait di wilayah kerja untuk menyukseskan pencapaian eliminasi penyakit campak (Measles) dan pengendalian penyakit Rubella/kecacatan bawaan yang disebabkan oleh penyakit Rubella (Sindrom Rubella Kongenital) pada Tahun 2020.

Perintah ini menindaklanjuti surat Menteri Dalam Negeri RI tanggal 8 Agustus 2018 Nomor 443. 32/3784/Bangda perihal dukungan pelaksanaan lmunisasi Measles Rubella (MR) Fase ll yang akan berlangsung pada bulan Agustus sampai September 2018 di 28 provinsi di luar Pulau Jawa. “Melaksanakan strategi nasional berupa kampanye pemberian imunisasi tambahan campak dan rubella dengan sasaran anak usia 9 (Sembilan) bulan sampai di bawah 15 tahun diikuti dengan peralihan pemakaian vaksin campak menjadi MR (lntroduksi Vaksin MR) dalam program imunisaai rutin,” kata Gubernur Alex Noerdin di Palembang, Rabu (29/8).

Sebelumnya Ketua MUI Sumsel Prof. Dr. Aflatun Muhtar yang didampingi Sekretaris MUI Sumsel Ustadz Ayik Farid dalam acara sharing session bersama komunitas perangi rubella di Hotel Amaris Palembang, Selasa (28/8) menyatakan dan mengimbau masyarakat tak perlu khawatir karena imunisasi campak dan rubella berdasarkan fatwa MUI pusat diperbolehkan. “Karena, berdasarkan asas darurat dan membahayakan kesehatan,” ujar Aflatun.
Menurut Aflatun, barangsiapa dalam keadaan terpaksa, tidak berlebih-lebihan, tidak melampaui batas, secukupnya, maka dibolehkan. Oleh karena itu MUI membolehkan karena darurat dan terpaksa. Apalagi dari ahlinya sudah menjelaskan, memang belum ditemukan obat campak rubella dan satu satunya jalan dengan vaksinasi untuk mencegah," kata Aflatun.

Melalui surat no 97/MUI-SS/VIII/2018 yang ditujukan kepada seluruh Dinas Kesehatan se-Sumsel, MUI menginstruksikan untuk melanjutkan kampanye untuk memerangi campak dan rubella ini. "Suratnya sudah kami buat tertanggal 27 Agustus 2018," jelas Aflatun.

Tomny Sutjipto dari Unicef saat paparan dalam kegiatan Media Journalist engagement (road show and journalist orientation) terkait imunisasi Campak dan Rubbella di hotel Amaris Palembang, beberapa waktu lalu mengatakan campak masih merupakan penyebab kematian 134.200 anak-anak di seluruh dunia setiap tahunnya, termasuk 54.500 anak di Asia Tenggara.

Sementara, Yusri Kasi Imuniasi dan Survelen Dinas Kesehatan Sumsel mengatakan, ada 2.239.000 orang sasaran untuk dilakukan imunisasi MR dengan jenjang umur antara 9 bulan hingga 15 tahun. "Sumsel ini sasaran nomor tiga terbesar di Indonesia. Sampai hari ini pencapaian imunisasi baru 34 persen," kata Yusri.

Dinkes Sumsel tetap optimis, target 95 persen sasaran imunisasi MR dapat tercapai, karena masa pelaksanaan masih satu bulan lagi, atau hingga akhir September. "Bulan Agustus, target kita sekolah-sekolah. Untuk September kita akan menyasar ke Puskesmas dan Posyandu," katanya.
Di Sumsel sendiri ada 1.253 kasus berat campak rubella yang menyerang anak-anak. "Indonesia lampu kuning penyakit Campak Rubella," ujarnya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan vaksinasi terbukti mencegah penyebaran penyakit serta menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak di dunia. "Virus Rubella ini belum ada obatnya, tapi bisa dicegah atau dilakukan pemutusan penularannya dengan cara imunisasi," katanya.(lisma noviani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved