Pantas Deddy Corbuzier Marah ke KPI, Inilah Tayangan Hitam Putih yang Bisa Bikin Orang Terinspirasi
Program televisi Hitam Putih mendapat sanksi teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
TRIBUNSUMSEL.COM- Program televisi Hitam Putih mendapat sanksi teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Teguran ini lantaran acara yang dipandu Deddy Corbuzier itu dinilai melanggar aturan penyiaran.
Berikut petikan sanksi KPI kepada Hitam Putih
Berdasarkan pemantauan, pengaduan masyarakat dan hasil analisis, KPI Pusat telah menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Hitam Putih” yang ditayangkan oleh stasiun TRANS 7 pada tanggal 18 Juli 2018 mulai pukul 18.14 WIB.
Program siaran tersebut menampilkan dialog dengan sepasang anak laki-laki dan perempuan yang menikah di usia dini. Telah dilakukan penyamaran wajah terhadap kedua anak, namun wajah ibu dan nenek kedua anak yang dimaksud tidak turut disamarkan dan terdapat penyebutan identitas nama kedua anak tersebut yakni “Arifin dan Ira”.
Baca: Indonesia U-23 vs Palestina U-23 Laga Asian Games 2018, Ini Prediksi Susunan Pemain, Beto Diparkir?
Hal ini berpotensi membentuk stigma masyarakat dan menimbulkan dampak psikologis terhadap kedua anak tersebut.
Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan tentang perlindungan anak-anak dan remaja.
KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 14 serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat (1).
Berdasarkan pelanggaran tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif Teguran Tertulis.
Baca: FOTO Presiden Jokowi Pastikan Rumah Lalu Zohri Aman dari Gempa Lombok
Sanksi ini lantas diposting oleh akun instagram KPI Pusat.
Postingan inilah yang kemudian mendapatkan komentar langsung dari Deddy Corbuzier.
@mastercorbuzier: Segera kami perbaiki... Tapi setidaknya acara kami mungkin satu2 nya yg masih berpotensi untuk mengedukasi masyarakat dan menginspirasi... Bagaimana dgn joget2 vulgar atau acara setingan yg jelas tidak mendidik? Or is it normal these days?
Deddy menambahkan "I also love the word #siaransehatuntukrakyat as Ur Tag.... Should I mention millions that's not and still on TV?"
Baca: Ramai Pengacara-Artis dan Politisi Jadi Jubir Dua Kubu Capres, Kemana Arah Pilihan Hotman Paris ?
Komentar Deddy Corbuzier ini lantas mendapat dukungan dari banyak pengguna akun instagram.
Mereka menilai lebih banyak acara televisi yang tidak mendidik namun tidak pernah mendapat sanksi tegas dari KPI.
Terlebih akun instagram KPI Pusat menyertakan tanda pagar (Hashtag) #siaransehatuntukrakyat
Namun hashtag ini dinilai tak dilakukan dengan benar oleh KPI.
Berikut komentar netizen yang mendukung acara Hitam Putih
Baca: Usai Kritik Mahar Rp 500 Miliar, Andi Arief Sebut Istri dan Anak Terganggu
Konsisten Mengedukasi dan Menginspirasi
Mengapa acara Hitam Putih mendapat banyak dukungan dari netizen ?
Dirangkum Tribunsumsel.com, acara hitam putih senantiasa menampilkan narasumber yang tidak biasa.
Tak hanya soal viral atau mengejar rating, persis seperti yang dikatakan Deddy Corbuzier bahwa setidaknya acara Hitam Putih yang berpotensi mengedukasi dan menginspirasi penonton.
Berikut beberapa tayangan Hitam Putih yang menginspirasi
Baca: Kelakar Politisi Demokrat Ferdinand Tanggapi Para Jubir Jokowi,Jubir Kita Emak-emak
1. Heri Coet, Mantan Napi Kini Pengusaha Sukses
Dikutip dari chanel youtube trans7official
Kurangnya perhatian dari orang tua, membuat Heri Coet menjadi pencuri kendaraan bermotor dan melakukan tindakan kriminal lainnya.
Akhirnya, Anak ke 3 dari 10 bersaudara ini pada tahun 2000 memutuskan untuk membuka usaha dengan menjual pin, sticker, poster serta casing hp.
Bisnis yang ia jalani semakin lama semakin berkembang, ini sejalan dengan kisah cintanya.
Tahun 2005, Heri Coet memutuskan untuk menikah dan dikaruniai 3 orang anak.
Kini bisnisnya merambah ke restoran, distro dan yayasan mantan narapidana.
Tujuannya untuk membuka lapangan kerja bagi mantan narapidana.
2. Qoyimah, Tukang Loak Mengajar Ngaji
Qoyimah adalah seorang tukang loak yang rela mengajar mengaji anak-anak tanpa memungut biaya.
Ia juga merupakan relawan sosial yang sering membantu wanita-wanita lansia.
Diceritakan Qoyimah dirinya mencari loak menggunakan sepeda ke kota yang ditempuh sekitar 2 jam perjalanan.
"Kadang 15 ribu, 30 ribu, ada yang 50 ribu," ujarnya saat ditanya Deddy Corbuzier berapa penghasilannya.
Uang tersebut juga digunakan untuk membuatkan makan muridnya saat mengaji.
"Ada yang mau kasih uang. Saya tidak mau. Saya mau ibadah, lilahitaala," ujarnya
Berikut videonya
3.Via dan Coki Tobing, Pengusaha Kaki Palsu Yang Dermawan
Coki Tobing, adalah pengusaha prosthesis asal Jakarta yang juga CEO Delivering Dreams dan pendiri DARE Foundation.
Prostesis adalah alat kesehatan yang didesain untuk menggantikan bagian tubuh tertentu yang mengalami cidera berat karena kecelakaan ataupun penyakit serius yang mengakibatkan tubuh si pasien harus diamputasi.
Coki Tobing adalah orang yang memberikan kaki palsu kepada Via.
Novia Kusuma Anggraini (Via) adalah difabel yang menyedot perhatian publik ketika dia menulis dengan menggunakan kaki kirinya untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang disapanya dengan sebutan "Om Coki".
Via berterima kasih karena Om Coki (Coki TObing) telah memberinya kaki palsu.
4. VIRAL, Bapak Naik Sepeda Cilacap-Ponorogo Demi Wisuda Putrinya
Demi menghadiri wisuda sang putri, Muhammad Juni (54) rela bersepeda dari Cilacap ke Ponorogo.
Sepeda yang dipakai pun bukan yang kekinian tetapi 'sepeda onthel'.
Warga Desa Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah ini mengaku harus menempuh jarak sejauh 450 km untuk bisa sampai Pondok Modern Darussalam Gontor di mana sang buah hati menuntut ilmu.
Jarak itu ditempuhnya selama tiga hari.
Itu berarti dalam sehari bapak dua anak itu mampu menempuh jarak 150 km dengan bersepeda.
5 Kakek Tunanetra Yang Menyantuni 75 Anak Yatim
Sarono, Sosok kakek tunanetra pemecah batu dan rela menyantuni 75 anak yatim.
Ia kehilangan penglihatannya sekitar tahun 1994.
Sarono mengemukakan, di usia 40 tahun ia menjadi tuna netra.
"Pertama cuma pegel di tengkuk, lama-lama lari ke pandangan," tutur Sarono.
"Bukan hanya itu juga, istrinya juga menderita miom jadi keduanya enggak bisa punya anak," tutur Deddy Corbuzier.
Sarono mengungkapkan, penghasilan menjadi pemecah batu itu tidak bisa ditentukan.
"Paling Rp 10 ribu per karung," tutur Sarono.
Meski penghasilannya tidak seberapa, Sarono kerap menyantuni 75 anak yatim.
"Rp 10 ribu pun tidak menentu kadang laku, kadang enggak. Tapi setiap hari ada Hamba Allah yang memberikan rezekinya untuk anak-anak melalui saya," paparnya.
"Kan kita getokin batu dipinggir jalan nih, mungkin ada Hamba Allah yang tersentuh karena tau saya punya anak Yatim dan dhuafa," sambungnya.
"Dari situ lah saya untuk jajan tiap hari dan bayar sekolah," tuturnya.
Sarono mengemukakan, kini dirinya lebih mengutamakan untuk menyekolahkan anak yatim dari PAUD hingga SMA.