Gerhana Matahari 2019

Catat Tanggalnya, Tahun Depan Gerhana Matahari Muncul, Indonesia Tempat yang Paling Beruntung

Kemunculan Gerhana Matahari akan terjadi tahun 2019 tepatnya tanggal ini, jangan dilewatkan

National Geografi

TRIBUNSUMSEL.COM-Setelah fenomena Gerhana Bulan total terlama pada 28 Juli 2018, mungkin banyak yang bertanya kapankah masyarakat Indonesia bisa melihat kembali Gerhana Bulan Total.

Dilansir dari infoastronomy.org, Gerhana Bulan Total diprediksi akan kembali muncul pada tanggal 21 Januari 2019.

21 Januari 2019 nanti, gerhana Bulan total akan terjadi juga.

Tapi sayangnya Indonesia tidak kebagian.

Negara kita berada di sisi siang hari Bumi sehingga tidak berkesempatan melihat gerhana Bulan karena Bulan ada di nadir.

Berbeda dengan gerhana Bulan total 28 Juli 2018, gerhana Bulan parsial adalah peristiwa ketika hanya sebagian wajah Bulan saja yang masuk atau terhalang bayangan umbra Bumi.

Dengan kata lain, pada puncak gerhana, kita tidak akan melihat Bulan yang berubah warna menjadi merah, melainkan hanya Bulan yang tampak seperti "tergigit" saja.

Infografik gerhana Bulan parsial 17 Juli 2018. Kredit: Fred Espenak

Menurut informasi dari laman EclipseWise, gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019 bisa diamati di Amerika Selatan, Afrika, Eropa, Asia, dan Australia.

Dengan begitu, Indonesia termasuk di dalam area yang bisa diamati ini.

Pada puncak gerhana parsial, sekitar 65% wajah Bulan akan masuk bayangan umbra.

Kita akan melihat Bulan yang tadinya purnama berubah menjadi seperti Bulan sabit. 

Total durasi gerhana ini akan mencapai 5 jam 34 menit, sementara durasi gerhana parsialnya adalah 2 jam 58 menit.

Gerhana Bulan parsial 17 Juli 2019 bisa mulai diamati dari pukul 01:43 WIB, ketika Bulan masuk bayangan penumbra.

Gerhana parsial akan dimulai pada pukul 03:01 WIB, puncaknya pukul 04:30 WIB, dan gerhana parsial berakhir pukul 04:59 WIB.

Gerhana akan benar-benar berakhir ketika Bulan keluar dari penumbra pukul 07:17 WIB.

Namun jangan bersedih karena pada tahun 2019 masyarakat Indonesia diprediksi akan dimanjakan dengan munculnya fenomena Gerhana Matahari Cincin.

Disebut-sebut Indonesia menjadi lokasi lintasan gerhana matahari paling strategis.

Dilansir dari Infoastronomy.org, berbeda dengan gerhana Matahari total 9 Maret 2016, yang mana seluruh wajah Matahari tertutupi oleh Bulan.

Gerhana cincin adalah peristiwa yang lebih unik.

Kita akan melihat Matahari yang tadinya bulat di langit, berubah menjadi semacam cincin yang dijuluki sebagai "Ring of Fire".

Hal ini terjadi karena saat gerhana terjadi, Bulan sedang berada di apogee, atau jarak terjauhnya dari Bumi.

Itu membuat diameter sudut Bulan menjadi lebih kecil dalam pandangan dari Bumi, sekitar 1,2 menit busur lebih kecil dari diameter sudut Matahari.

Sehingga saat Bulan melintas di depan Matahari, ia menyisakan sisi terluar Matahari yang tidak terhalangi, tepatnya hanya 94% wajah Matahari yang terhalang oleh Bulan.

Gerhana Matahari Cincin
Gerhana Matahari Cincin (BMKG)

Berbeda dengan gerhana Bulan yang bisa diamati di seluruh area malam Bumi, gerhana Matahari memiliki jalur gerhana tersendiri.

Yang mana hanya wilayah-wilayah yang dilintasi jalur gerhana saja yang berkesempatan melihat gerhana cincin (atau gerhana total, bila yang terjadi adalah gerhana Matahari total).

Jalur gerhana cincin itu melintasi berbagai negara selain Indonesia, yakni mulai dari Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Sri Langka, Singapura, Malaysia, Filipina, dan berakhir di Samudera Pasifik.

Namun, Indonesia cukup beruntung karena menjadi titik pusat gerhana yang disebut sebagai "Greatest Eclipse", yakni pada koordinat 01° 00,5' LU dan 101° 57,4' BT, dekat Pulau Padang, Riau.

Sementara itu, wilayah dengan durasi gerhana cincin terlama juga di Indonesia, yakni di Pulau Kelong, dekat Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dengan durasi sekitar 3 menit 40 detik.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved