Piala Dunia 2018 Rusia

Prediksi Final Piala Dunia Prancis vs Kroasia - Kesempatan Balas Dendam 20 Tahun yang Lalu

PIALA Dunia 2018 sudah hampir usai, Minggu (15/7) akhir pekan ini, Stadion Luzhniki di kota Moskow akan menjadi arena pertarungan partai

completesportnigeria
Final Piala Dunia 2018, Prancis Vs Kroasia 

TRIBUNSUMSEL.COM - PIALA Dunia 2018 sudah hampir usai, Minggu (15/7) akhir pekan ini, Stadion Luzhniki di kota Moskow akan menjadi arena pertarungan partai pamungkas antara Prancis melawan Kroasia.

Prancis melenggang ke final setelah menuntaskan perlawanan Belgia di semifinal.

Sementara sang kuda hitam Kroasia melangkah ke partai puncak setelah menyingkirkan Inggris di babak empat besar.

Bagi Vatreni--julukan Timnas Kroasia, final Piala Dunia 2018 ini adalah pencapaian tertinggi setelah sebelumnya mereka hanya mampu melaju ke babak semifinal pada Piala Dunia 1998.

Mereka kini memiliki kesempatan untuk membalas dendam pada Prancis setelah kalah 1 2 di Paris ketika kedua tim bertemu 20 tahun silam.

"Untuk sepak bola, melajunya Kroasia ke final Piala Dunia 2018 adalah sejarah yang harus ditulis dengan tinta emas," kata pelatih Kroasia, Zlatko Dalic. 20 tahun lalu, Dalic menjadi saksi kekalahan Davor Suker dkk dari Zinedine Zidane cs di Stadion State De France. Ketika itu ia datang fans Kroasia.

Ucapan Dalic ada benarnya. Dengan populasi sekitar 4 juta jiwa, Kroasia adalah negara terkecil yang mencapai final Piala Dunia sejak Uruguay pada 1950.

Sementara di Piala Dunia kali ini, jumlah populasi mereka hanya lebih banyak dari Uruguay dan Islandia. Dalam era permainan modern, itu adalah pencapaian yang mengejutkan.

Dengan kondisi demikian, laga melawan Prancis ibarat duel David melawan Goliath bagi mereka.

Selain menjadi juara tahun 1998, Prancis adalah negara yang paling sering mencicipi final dalam 20 tahun terakhir. Final tahun ini adalah yang ketiga bagi mereka setelah 1998 dan 2006.

Selain berpengalaman tampil di final Piala Dunia, skuat Les Bleus juga beberapa kali tampil di partai puncak turnamen besar lainnya.

Didier Deschamps yang menjadi kapten Prancis saat yang mengangkat trofi Piala Dunia di Prancis 1998, dan kini dipercaya sebagai pelatih Prancis, juga berhasil membawa skuat asuhannya ke final Piala Eropa dua tahun lalu.

Sebagai pelatih, Deschamps berpotensi mengikuti jejak Franz Beckenbauer yang berhasil menjadi juara dunia sebagai pemain dan pelatih.

Der Kaizer melakukannya kala menjadi kapten Jerman (Barat) pada 1974. Seperti Deschamps, Beckenbauer mengangkat trofi di tanah sendiri.

Enam belas tahun kemudian, Beckenbauer menjadi pelatih tim nasional dan membawa Tim Panser juara di Italia 1990. Jerman juara setelah mengalahkan Argentina 1 0.

Jika berhasil membawa Prancis juara, maka Deschamps akan dicatat sejajar dengan Beckenbauer. Tentu sebuah pencapaian yang membanggakan.

Di atas kertas, Prancis punya segalanya untuk mengungguli Kroasia. Saat ini mereka duduk di peringkat tujuh rangking Federasi Sepakbola Dunia (FIFA). Sementara Kroasia di posisi 20. Jarak yang cukup jauh, menunjukkan perbedaan kualitas kedua tim.

Dari sisi personel, Prancis dan Kroasia juga berbeda jauh.

CIES Football Observatory, lembaga riset sepakbola yang berbasis di Swiss, menaksir valuasi pasar seluruh pemain di skuat Prancis adalah 1,41 miliar euro (Rp 23,63 triliun). Ini adalah skuat termahal di Rusia 2018.

Prancis dihuni pemain pemain top yang tentunya punya 'harga' mahal.

Sebut saja Kylian Mbappe (Paris St Germain), Antoine Griezmann (Atletico Madrid), hingga Paul Pogba (Manchester United).

Sementara valuasi pasar tim Kroasia ditaksir hanya sekitar 416 juta euro (Rp 6,97 triliun). Jauh sekali dibanding Prancis.

Pemain termahal di skuat Kroasia adalah Ivan Rakitic (Barcelona), yang jasanya ditaksir senilai 68,3 juta euro (Rp 1,14 triliun).

Di kubu Prancis, pemain termahal mereka adalah Mbappe yang dipekirakan punya valuasi 186,5 juta euro (Rp 3,12 triliun). Mbappe nyaris lebih mahal tiga kali lipat dari Rakitic.

Namun, Kroasia bukan tanpa peluang. Di babak semifinal, tim termahal ketujuh ini berhasil menyingkirkan skuat termahal kedua, yaitu Inggris.

CIES menakar valuasi skuat Tim Tiga Singa di Rusia 2018 adalah 1,39 miliar (Rp 23,23 triliun), hanya kalah dari Prancis.

Kemudian dari segi usia, rata rata di tim nasional Prancis adalah 26,4 tahun. Sementara Kroasia ada di 27,5 tahun.

Usia yang lebih matang menjanjikan pengalaman, ketenangan, dan daya tahan yang lebih. Hal ini sudah dibuktikan Kroasia kala mengalahkan Inggris.

Pemain pemain Inggris yang berusia lebih muda (rata rata 25,9 tahun) bergelimpangan karena kelelahan kala harus bertarung dengan tempo tinggi di babak perpanjangan waktu.

Akhirnya Kroasia pun mampu mencuri gol kemenangan pada menit menit akhir laga, tidak perlu sampai melalui adu penalti.

Pengalaman dan determinasi pemain pemain Kroasia yang seperti tank ini patut diwaspadai oleh Prancis. Jika anak anak muda Prancis kelelahan dan lengah, maka Kroasia siap menghukum.

Selain itu, sejarah juga sebenarnya memihak Kroasia. Setiap 20 tahun biasanya akan muncul juara dunia baru.

Pada 1998, Deschamps menjadi juara baru mengalahkan kekuatan tradisional, Brasil.

20 tahun sebelumnya, yakni pada tahun 1978, Argentina untuk kali pertama menjadi juara dunia setelah di partai final mengalahkan Belanda.

Argentina kemudian meraih titel kedua di Meksiko 1986 di bawah kepemimpinan Deigo Maradona.

Mundur lagi ke 1958, Brasil untuk kali pertama menjadi juara dunia dunia. Saat itu, Edson Arantes do Nascimento alias Pele menjalani debutnya di Piala Dunia. Brasil kini menjadi kekuatan besar dengan lima titel juara dunia.

Bila melihat catatan itu, tidak heran banyak yang memperkirakan akan ada juara dunia baru di Rusia 2018. (tribunnews/dod)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved