Berita Muaraenim
Namanya Viral Gara-gara KTP Tercecer, Ibu Retno Jadi Sakit dan Takut Banyak Orang yang Datang
Terkait tercecernya E-KTP milik Retno Heriadi (34) warga Dusun I Desa Cinta Kasih Kecamatan Belimbing Kabupaten Muaraenim di Kabupaten
Penulis: Ika Anggraeni | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM - Terkait tercecernya E-KTP milik Retno Heriadi (34) warga Dusun I Desa Cinta Kasih Kecamatan Belimbing Kabupaten Muaraenim di Kabupaten Bogor yang diklaim rusak dan invalid oleh Kemendagri membuat Keluarga Retno Heriadi resah.
"Ibu saya punya riwayat penyakit darah tinggi,semenjak E-KTP kakak saya ditemukan di Bogor tersebut ibu saya sakit, karena kefikiran masalah tersebut padahal kakak saya tidak tahu apa-apa," kata Heni (29), adik kandung Retno, Rabu (30/5).
Selain itu lanjutnya karena berita E-KTP itu membuat keluarganya sedikit resah dan terganggu karena rumahnya selalu ramai dikunjungi orang.
"Yang datang banyak, polisi, kejaksaan, wartawan mereka datang ke rumah kami dan terus bertanya tentang masalah itu."
"Kami malu, semua orang ngomongi kami, aktivitas kami jadi terhambat karena masalah itu."

"Setiap kali ada orang datang, ibu saya jadi ketakutan saya takut penyakitnya tambah parah, kami mohon tolong jangan beritakan kami lagi."
"Ini saja gara-gara berita-berita itu saya, suami dan anak-anak terpaksa nginap di sini karena saya harus menjaga ibu."
"Saya takut penyakit beliau semakin menjadi karena beliau banyak pikiran oleh masalah ini," katanya.
Rohayu, ibu Retno, mengaku resah dan ketakutan kalau ada orang yang ke rumahnya untuk bertanya masalah E-KTP tersebut.
"Saya ini punya penyakit darah tinggi, saya takut kalau ada yang datang dan banyak bertanya, badan saya rasanya gemetar, padahal anak saya tidak salah apa-apa," tuturnya.
Ditambahkan Herman, ayah Retno semenjak berita itu viral, ia dan keluarga merasa dirugikan.
"Kami rugi waktu dan pikiran, aktivitas saya jadi terganggu, dan identitas anak saya jadi tersebar kemana-mana."
"Kami semakin takut itu disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," jelasnya.
Untuk itu lanjutnya ia berharap agar Mendagri dapat mengembalikan E-KTP retno kepadanya secara langsung.
"Kami ini orang dusun, tidak tahu apa-apa,andai bisa bertemu pak menteri kami minta pak menteri langsung yang menyerahkan KTP yang katanya rusak itu kepada kami."
"Dan kami minta agar E-KTP Retno itu tidak ditayangkan lagi di media apapun."
"Kasihan ibu retno, dia sampai sakit gara-gara memikirkan itu, biar kami saja yang memusnahkannya biar kami tahu bahwa E-KTP Retno itu sudah benar-benar di musnakan," pungkasnya. (ika)
Retno Mendadak Terkenal
Sebelumnya, nama Retno Herianto, warga Muaraenim, mendadak terkenal.
KTP elektronik miliknya menjadi viral di medsos, media elektronik, dan televisi karena menjadi bukti satu dari ribuan lembar e-KTP yang tercecer di Jalan Salabenda, Kemang, Kabupaten Jawa Barat.
Berbekal alamat di e-KTp yang tersebar itu, Tribun Sumsel menelusuri kediaman orangtua Retno di Desa Cinta Kasih, Kecamatan Belimbing Kabupaten Muaraenim, Senin (28/5).
Tribun diterima ayahnya, Herman (63). Dia membuktikan Retno benar anaknya dengan memperlihatkan Kartu Keluarga dan foto-foto Retno.
Fakta terungkap. Bahwa memang ada perbedaan antara tanggal lahir Retno yang tertera di e-KTP dengan di Kartu Keluarga seperti diklaim Kemendagri.
Pada KTP tertulis 28-09-1983, sementara di KK 29-09-1983. Hanya saja, menurut Herman, putranya itu tak pernah melakukan penggantian e-KTP.
"Itu benar foto anak saya, biodatanya pun sama. Namun yang membuat saya bingung adalah KTP Retno anak saya ada sama retno, tapi kenapa ada lagi KTPnya yang tercecer itu, bearti e-KTP anak saya ada dua," kata Herman.
Tribun tidak bertemu dengan Retno di rumah itu. Herman mengatakan, Retno tinggal dan menginap di kebunnya yang berada di Desa Air Cekdam.
"Retno jarang pulang, kalau pulang paling sebulan sekali, karena dia mengurus kebun kami di Desa air cekdam," jelasnya.
Herman mengatakan, polisi telah mendatangi rumahnya dan mebuta keluarga kaget.
Dari polisi itu pula dia mengetahui ada berita e-KTP anaknya yang ditemukan tercecer bersama ribuan E-KTP di Kabupaten Bogor tersebut.
"Kemudian saya dilihatkan foto e-KTP yang beredar di media sosial tersebut. Setelah saya lihat, itu benar foto retno, dan biodatanya pun sama persis. Saya katakan apa adanya saja dengan anggota polisi tersebut bahwa KTP anak saya ada," katanya.
Dikatakan Herman, Retno pertama kali melakukan perekaman e-KTP pada 2012.
"Dia merekam di Kecamatan Gunung Megang, karena waktu itu Desa Cinta Kasih masih termasuk wilayah Kecamatan Gunung Megang belum menjadi Kecamatan Belimbing," tututnya.
Setelah melakukan perekaman, Retno baru mendapatkan e-KTPnya pada 2015.
"Kata orang pembuatan E-KTP itu memang lama. Setelah e-KTP Retno didapat, sampai sekarang, ia masih menggunakan e-KTP tersebut," terangnya.
Ditegaskan Herman, sejak memperoleh e-KTP tersebut anaknya tidak pernah melakukan penukaran e-KTP.
"Karena dapatnya lama, jadi dia sampai sekarang masih pake E-KTP itu, tidak pernah menukar ataupun mengembalikan, alamat kecamatan yang seharusnya sudah berubah menjadi Kecamatan Belimbing belum ia ubah, makanya saya bingung bagaimana ada e-KTP serupa punya retno," tegasnya.