5 Fakta Dita Oepriarto Otak Pelaku Bom Surabaya, No 4 Peluk Istri dan Anak Sebelum Eksekusi
Sosok pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) akhirnya terungkap.
TRIBUNSUMSEL.COM-Sosok pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) akhirnya terungkap.
Diketahui, tiga gereja yang menjadi sasaran aksi terorisme ini adalah :
salah satu pelaku bernama Dita Suprianto.
Berikut 5 fakta Dita Oepriarto.
1. IPK
Pihak Universitas Airlangga tiba-tiba membagikan undangan ke wartawan terkait alumni mahasiswanya bernama Dita Oepriarto.
Dita ini merupakan terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Pantikosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno, Minggu (13/5/2018) pagi.
Menurut daftar riwayat pelaku yang TribunJatim.com peroleh dari pihak kepolisian, Dita merupakan alumni SMP 4, SMA 5 , dan D3 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (Unair).
“Menurut catatan kami Dita ini tidak lulus atau DO,” jelas Suko Widodo, Humas Unai saat kepada TribunJatim.com.
“Malah catatan yang ada Dita ini hanya memiliki IPK (Indeks Prestasi Komulatif) 1,7 saja,” tandasnya.
Meski memiliki catatan pendidikan yang jelek secara nilai komulatif, pihak Unair tak mengetahui secara persis akan kegiatan Dita selama menjadi mahasiswa di Unair.
2. Nikah Tak Direstui
Menurut Sumarto, Puji merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Koesni dan Minarti.
Sumarto menjelaskan, saat menikah pihak keluarga tidak menyetujui pernikahan Puji dengan suaminya, Dita Supriyanto.
"Keluarga jarang berkomunikasi dengan Puji, dan dia juga jarang pulang," kata Sumarto.
Sumarto menjelaskan, meski jarang berkomunikasi, pihak keluarga tetap perhatian pada Puji.
Bahkan pihak keluarga pernah membelikan mobil hingga tapi dijual.
"Pernah dibelikan mobil tapi dijual terus. Terakhir dibelikan mobil, agar tidak dijual BPKB-nya tidak diberikan ada di Banyuwangi," kata Sumarto.
Tidak hanya itu, rumah Puji di Surabaya juga merupakan pemberian dari orangtuanya.
Usaha Jual Herbal
Warga mengetahui keseharian keluarga itu sebagai penjual obat herbal.
"Dia tetap nyapa, tapi hanya sekedar nyapa nanti itu aja dan masuk gitu aja. Anaknya juga sering sepedaan di depan rumah. Pekerjaan saya ga tau pasti, yang tau saya tau sering jual herbal gitu," papar Tanjung.
Tertutup
Dita telah tinggal sejak tahun 2010-2011 silam dan diketahui berasal dari Banyuwangi.
"Setengah tertutup, kalau ketemu ya nyapa. Sebelum ada insiden sekitar jam 13.00 WiB ada beberapa orang datang. Busananya sama, tertutup begitu," katanya pada TribunJatim.com di lokasi.
Meski sesekali terlihat, keluarga tersebut juga kerap menyapa warga lain.
4. Nangis bersama sebelum Pemboman
Dita Oepriarto dan keluarga, pengebom tiga gereja di Surabaya, sempat salat Subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya. Rumahnya tergolong besar di Wisma
Indah Blok K-22 Rungkut, Surabaya.
Dikutip dari berbagai situs online, Khorihan, Ketua RT tempat Dita dan keluarga tinggal, mengungkapkan momen tersebut.
"Mereka masih salat Subuh berjemaah sebelum hari pemboman.. Oh iya, Maghrib sebelumnya anak kedua habis salat sempat nangis-nangis terus dirangkul, dicium, di'puk-puk'," kata Khorihan saat ditemui kumparan di kediamannya, Senin (14/5),
Keluarga pelaku ledakan bom di Surabaya
Khorihan menjelaskan, Dita memang kerap salat berjemaah dengan anak lelakinya. Sementara istri dan dua anak perempuan Dita menunggu di rumah.
"Kebiasaan Dita sekeluarga datang salat setelah ikamah, setelah salat pulang. Kebiasaan selalu rangkul anak dan cium kening anak habis salat jemaah,"
Ketua JAD Surabaya
Dikutip dari Surya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut Dita Oepriarto sebagai Ketua JAD (jaringan Ansarut Daulah) Surabaya.
"Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansarut Tauhid). Keduanya terkait dengan ISIS," kata Jenderal Tito Karnavian.
Pimpinan mereka adalah Abdurahman yang yang saat ini ditahan di Mako Brimob.